Usai Purbaya Effect, RI Menguji Kesaktian Oktober Sebagai Bear Killer

Gelson Kurniawan, CNBC Indonesia
02 October 2025 08:30
saham
Foto: saham

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia pasar modal memasuki Oktober dengan sebuah mitos populer. Bulan kesepuluh ini seringkali dianggap sebagai "Bear Killer" atau pembunuh tren pasar yang sedang lesu (bearish).

Secara historis, Oktober memang sering menjadi titik balik di mana pasar saham mulai menunjukkan kekuatannya kembali setelah melewati periode September yang secara statistik seringkali negatif.

Memasuki Oktober 2025, teori ini kembali diuji di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian. Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menunjukkan performa "September Ceria" tahun ini dan ditutup di level kuat 8.061, pasar kini dibayangi oleh awan kelabu dari Amerika Serikat: government shutdown yang berpotensi melumpuhkan data ekonomi global.

Seperti diketahui, 

September 2025, IHSG mampu mencatatkan penguatan sebesar 2,94% dengan mendarat di level 8.061,06 hingga 30 September 2025. Penguatan ini menjadi anomali.

September biasanya dikenal dengan bulan koreksi perdagangan pasar saham, akan tetapi tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang dominan mengalami penurunan. Dalam Sembilan tahun sebelumnya, hanya dua kali IHSG di September berakhir hijau dan selebihnya merah,

IHSG berhasil reli kembali pada September dengan kenaikan mencapai 2,94% yang lagi-lagi didorong oleh pemangkasan suku bunga BI menjadi 4,75% dan gebrakan baru dari Menteri Keuangan Purbaya. Di antaranya pemberian likuiditas terhadap bank Himbara, tidak adanya kenaikan tarif cukai tembakau (CHT) untuk 2026, kucuran stimulus ekonomi hingga inspeksi langsung ke kantor bank-bank BUMN.

Pertanyaannya kini adalah: apakah kekuatan historis Oktober cukup ampuh untuk menahan potensi gejolak dari sentimen eksternal, atau justru mitos "Bear Killer" akan memudar tahun ini?

Bagaimana Statistik Berbicara? Kekuatan Historis Oktober di IHSG

Untuk menguji validitas mitos "Bear Killer", Tim Riset CNBC Indonesia telah mengompilasi data kinerja bulanan IHSG dalam 10 tahun terakhir (2015-2024).

Data menunjukkan bahwa Oktober memang memiliki reputasi yang cukup baik. Dalam satu dekade terakhir, IHSG tercatat menguat sebanyak 8 kali dan hanya melemah 2 kali pada bulan Oktober. Ini memberikan probabilitas kenaikan sebesar 80%. Rata-rata imbal hasil (average return) IHSG selama bulan Oktober dalam periode tersebut adalah positif, di kisaran +1,57%.

Secara statistik, reputasi Oktober sebagai bulan yang cenderung positif bagi pasar saham Indonesia memang memiliki dasar yang kuat.

Tantangan Fundamental Oktober 2025: Badai Sempurna dari Eksternal

Meskipun data historis memberikan harapan, kondisi fundamental pada Oktober 2025 ini sangat berbeda dan penuh tantangan. Investor tidak bisa hanya bergantung pada statistik masa lalu.

Setidaknya ada dua katalis utama yang berpotensi mengguncang pasar IHSG pada beberapa waktu ke depan baik dari sisi eksternal dan internal:

  1. Kebingungan The Fed

     Akibat government shutdown di AS, rilis data ekonomi krusial seperti data tenaga kerja dan data inflasi resmi ditunda. Hal ini membuat Bank Sentral AS, The Federal Reserve, "buta arah" dan harus mengambil keputusan suku bunga di pertemuan berikutnya pada akhir Oktober tanpa memiliki data yang jelas. Kondisi ini menciptakan ketidakpastian yang sangat dibenci oleh pasar.

  2. Musim Rilis Laporan Keuangan Kuartal III

    Oktober adalah bulan di mana emiten-emiten akan mulai merilis laporan keuangan untuk periode kuartal ketiga 2025. Hasil kinerja ini akan menjadi penentu sentimen domestik. Kinerja yang di bawah ekspektasi dapat menjadi tekanan tambahan bagi keseluruhan harga IHSG.

Analisis Teknikal IHSG di Bulan Oktober

ihsg oktober 2025

Secara teknikal, setelah ditutup di level 8.061 pada pasar bursa efek di bulan September, IHSG kini berpotensi sedang berada dalam fase konsolidasi.

  • Level support terdekat berada di area psikologis 8.005 dan support kuat di 7.830 hingga 7.920.

  • Level resistance yang perlu ditembus untuk melanjutkan penguatan berada di 8.150 hingga 8.200 sebelum menemukan potensi all time high selanjutnya.

  • Dari segi indikator stochastic, sekarang ini IHSG berada di zona netral pada hari ini Rabu (1/10/2025).

Analis JPMorgan juga menyampaikan adanya kenaikan target IHSG kemarin (30/9/2025), setelah penutupan pasar saham RI. Hal ini menjadi peran penting bagi bursa efek Indonesia untuk meningkatkan likuiditas dan menciptakan kenaikan harga dengan atensi yang diberikan oleh analis JPMorgan tersebut.

Bagaimana dengan Amerika?

Bursa Amerika Serikat (AS) juga biasanya akan bangkit pada Oktober. Market AS bahkan pada umumnya tampil impresif pada bulan ke-10 di tahun-tahun diselenggarakannya pemilu jeda AS atau midterm election. AS sendiri akan menggelar midterm election pada 8 November mendatang.

Dilansir dari Market Watch dan merujuk hitungan Stock Trader's Almanac, sejak 1950, pernah terjadi tujuh kali pembalikan arah yang luar biasa di bursa AS pada Oktober dari kondisi market terburuk ke kondisi yang lebih baik.


Bursa S&P 500 juga pernah mengalami kejatuhan parah pada 1974, 1986, 2001, 2022, 2008, dan 2011. Market berbalik arah menjadi positif pada Oktober tahun terrsebut, kecuali pada 2008. Tuah Oktober sebagai bulan "bear killer" pupus di tengah Krisis Financial AS.

Ekonomi AS dan fenomena bear killerFoto: market watch
Ekonomi AS dan fenomena bear killer

Hitungan Stock Trader's Almanac juga menunjukkan Oktober mampu membalikkan kondisi market yang melemah "bear market" ke kondisi "bullish" sebanyak 12 kali sejak Perang Dunia II yakni pada 1946, 1957, 1960, 1962, 1966, 1974, 1987, 1990, 1998, 2001, 2002, dan 2011.

Namun, banyak analis mengingatkan jika fenomena Oktober sebagai "bear killer" tidak boleh ditelan mentah-mentah. Periode 2008 menjadi pengalaman yang perlu diperhatikan apalagi kondisi tahun ini juga sangat berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Bursa saham pasti memiliki tahun-tahun yang sulit dan kita tidak boleh menggampangkan tahun tersebut. Ada perubahan-perubahan dalam kondisi makro yang menekan perdagangan saham. Jujur saja, untuk tahun ini, sangat sulit memproyeksi kondisi dalam beberapa bulan ke depan," tutur Anthony Saglimbene, chief markets strategist dari Ameriprise Financial, seperti dikutip dari Market Watch.

Namun, Oktober kali ini AS akan diuji oleh shutdown. 

Pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi mengalami government shutdown pada Rabu (1/10/2025) pukul 00:00 waktu setempat. Hal ini terjadi setelah Kongres gagal mencapai kesepakatan pendanaan.
Kebuntuan politik antara pemerintahan yang dipimpin Donald Trump dari Partai Republik ini dengan oposisi dari Demokrat membuat anggaran sementara yang diajukan tidak dapat lolos.

Shutdown kali ini menjadi yang keempat selama Trump memimpin dalam dua periode dan yang pertama sejak 2018, dengan potensi menimbulkan dampak yang cukup signifikan pada perekonomian AS.

Penutupan pemerintah AS ini bukan hanya akan berdampak bagi ratusan ribu pekerja pemerintahan di AS, tetapi juga akan mempengaruhi pergerakan pasar keuangan AS maupun global.

Pasar saham AS biasanya mampu melewati penutupan pemerintah sebelumnya tanpa gangguan berarti, namun kali ini risikonya bisa lebih besar mengingat banyaknya faktor ekonomi yang sedang bermain. Investor tetap khawatir terhadap melambatnya pasar tenaga kerja dan risiko inflasi, serta valuasi saham yang berada di level historis tinggi dan tingkat konsentrasi pasar yang meningkat.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(gls/gls)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation