Ini Penjelasan Analis Soal Ambruknya IHSG, Masih Ada Peluang Bangkit

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
15 October 2025 08:40
saham
Foto: saham

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham akhirnya ambles pada perdagangan kemarin, Selasa 914/10/2025). Perang tarif yang memanas antara Amerika Serikat (AS) dengan China, baru mulai direspon pasar kemarin.

Pada perdagangan intraday sesi II Selasa (14/10/2025), IHSG sempat jatuh hingga 3,08% di level 7.974,03. Menyentuh level terendah sejak 18 September 2025. IHSG pun ditutup melemah 1,95% di level 8.066,52.

Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan penurunan IHSG disebabkan oleh jatuhnya harga saham konglomerat. 

"Penurunan harga saham konglomerat mengindikasikan adanya aksi profit taking yang dilakukan para pelaku pasar untuk mengalihkan asetnya ke instrumen safe haven seperti emas misalnya, karena uncertainties remain strong," ujarnya kepada CNBC Indonesia.

Faktor ketidakpastian salah satunya disebabkan terjadinya eskalasi perang dagang antara AS dengan China.

Sementara itu, ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang mengatakan koreksi saat ini hanya koreksi sehat.

"Ada adjustment risk off tapi harusnya positif," ujarnya.

Adapula, Investment Specialist PT Mirae Asset Sekuritase, Raja Paian mengatakan koreksi yang terjadi karena pengaruh dari kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yg kembali menekan China. Selain itu, pergerakan IHSG yang sudah overbought, terutama saham konglomerat. IHSG bisa menguat jika pergerakan saham konglo koreksi terbatas dan saham fundamental big caps mulai pulih kinerjanya.

Adapun, Investment Analyst Indo Premier Investment Management, Martin Aditya mengatakan IHSG terjun karena terdapat rilis APBN Kita

"Most likely investor takut defisit APBN akan melebar, selain itu memang secara technically potensi koreksi,"ujarnya.

Martin menambahakn bahwa tren IHSG masih akan naik mengingat tren penurunan suku bunga akan berlanjut, bond yield masih kuat kan di saat IHSG turun, yield obligasi kompak turun. Hal ini jika dilihat ternyata defisit APBNnya masih dapat terjaga. Lalu ke depannya akan banyak program-program yang mendukung pertumbuhan ekonomi dari Menteri Keuangan Purbaya.

Investor asing masih cenderung net sell, akan tetapi investor domestik masih nampak kuat jika dilihat beberapa minggu terakhir.

Sebagai catatan, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 mencapai Rp 371,5 triliun, atau 1,56% dari Produk Domestik Bruto (PDB) per 30 September 2025. Adapun,target defisit APBN 2025 mencapai 2,78%.

Pendapatan negara mencapai Rp 1.863,3 triliun atau 65% terhadap outlook. Ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi tahun lalu pada periode yang sama Rp 2.008,6 triliun.

Setoran penerimaan pajak per September 2025 baru sebesar Rp 1.295,3 triliun atau turun 4,4% dibanding realisasi pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp 1.354,9 triliun.
Secara nominal, penerimaan pajak itu setara dengan 62,4% dari perkiraan penerimaan pajak hingga akhir tahun yang hanya berani dipatok Kementerian Keuangan Sebesar Rp 2.076,9 triliun.

Dari sisi belanja, realisasi mencapai sebesar Rp 2.234,8 triliun per 30 September 2025 atau 63,4% dari outlook 2025.

(Dok. Kementerian Keuangan RI)Foto: (Dok. Kementerian Keuangan RI)
(Dok. Kementerian Keuangan RI)



Akankah Bear Killer Oktober akan terjadi pada tahun ini?

Jika melihat penutupan IHSG pada dua bulan lalu, Agustus dan September yang berhasil ditutup menguat, tak menutup kemungkinan Oktober ini IHSG akan ditutup pada level penguatan.

ihsgFoto: stockbit

Melihat track record yang berulang pada 2017 dan 2021 dimana Agustus, September dan Oktober berada di zona hijau, barulah November IHSG akan mengalami sedikit koreksi wajar.

Apa alasan yang dapat mendorong IHSG tetap menguat di Oktober meskipun terdapat momen Bear Killer?

AS-China Baik-Baik Saja

Perang dagang China-AS kembali memanas dalam sepekan terakhir. Trump menagncam akan memberikan tarif 100% kepada produk impor China. Terbaru, Trump pada Selasa mengatakan bahwa pemerintahannya sedang mempertimbangkan untuk menghentikan seluruh hubungan dagang dengan China terkait minyak goreng sebagai bentuk pembalasan (retribution) atas keputusan Beijing yang menolak membeli kedelai dari Amerika Serikat.

Dalam unggahan di Truth Social, Trump menuduh bahwa China melakukan "tindakan bermusuhan secara ekonomi" (Economically Hostile Act) dengan "sengaja tidak membeli kedelai dari AS dan menyebabkan kesulitan bagi para petani kedelai Amerika."

Trump menambahkan bahwa mengakhiri bisnis dengan China dalam perdagangan minyak goreng dan komoditas lain merupakan langkah pembalasan yang sedang dipertimbangkannya.

Namun, sejarah bicara gertakan Trump biasanya akan mereda. Catatan perang dagang di Trump 2.0 sejak April 2025 menunjukkan Trump lebih sering mengalah.

Perang Gaza Israel Usai

Berkurangnya resiko geopolitik biasanya akan mendorong investor kembali masuk ke pasar modal.

Setelah 2 tahun perang yang meluluhlantakkan Jalur Gaza dan mengguncang kawasan Timur Tengah, Israel dan Hamas akhirnya memulai babak baru menuju perdamaian.

Pada Senin (13/10/2025) waktu setempat, Hamas menyerahkan kelompok terakhir dari sandera Israel yang masih hidup, sementara Israel membebaskan ribuan tahanan Palestina sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata yang difasilitasi Amerika Serikat.

Presiden AS Donald Trump, yang memimpin upaya diplomatik tersebut, mengumumkan secara resmi berakhirnya perang dalam pidato di Knesset, parlemen Israel.

Dilansir Reuters, militer Israel menyatakan telah menerima seluruh 20 sandera yang dikonfirmasi masih hidup, setelah mereka dipindahkan keluar dari Gaza oleh Palang Merah. Di Tel Aviv, ribuan warga tumpah ruah di "Hostage Square", menangis, berpelukan, dan bersorak ketika berita pembebasan diumumkan.

Di sisi lain, ribuan warga Palestina berkumpul di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, menyambut hampir 2.000 tahanan dan narapidana yang dibebaskan oleh Israel. Suasana haru dan sukacita menyelimuti massa yang memegang foto anggota keluarga mereka.

Beberapa tahanan yang bebas terlihat melambaikan tangan dari jendela bus sambil mengacungkan tanda kemenangan, sementara pejuang Hamas bertopeng menjaga lokasi, menandakan kompleksitas situasi di lapangan yang masih jauh dari stabil.

Banjir Likuiditas Perbankan

Daya beli dan ekspansi bisnis dapat meningkat usai banjirnya likuiditas bank BUMN yang sudah dikucurkan oleh pemerintah. Hal ini pun akan berdampak positif bagi beberapa sektor.

Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah mengguyurkan dana segar sebesar Rp 200 triliun ke 5 bank. Adapun uang tersebut merupakan dana menganggur yang sebelumnya parkir di Bank Indonesia (BI)

Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa sudah melakukan transfer uang Rp 200 triliun ke 5 bank yang dimulai pada Jumat (12/9/2025).

Masing-masing penerimanya adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk.

BRI, Bank Mandiri, dan BNI menerima Rp 55 triliun. Kemudian BTN Rp 25 triliun dan BSI Rp 10 triliun dalam bentuk deposito on call.

Belum lagi yang terbaru, Purbaya tengah mengkaji akan menempatkan dana pemerintah sebesar Rp10 triliun hingga Rp20 triliun kepada bank pembangunan daerah, yang kini dikabarkan dimana PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) dan PT Bank DKI (Bank Jakarta) yang diperkirakan akan menerima kisaran masing-masing Rp5 triliun hingga Rp10 triliun.

Paket Stimulus Ekonomi

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa membocorkan pemerintah tengah menyiapkan paket stimulus ekonomi terbaru. Sebelumnya pemerintah telah merilis paket stimulus ekonomi pada Juni 2025 dan paket kedua pada September 2025.

Menurut Purbaya, paket stimulus ini akan diumumkan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Adapun, paket tersebut akan diumumkan dalam waktu dekat dan akan berlaku pada kuartal IV-2025. Purbaya menambahkan paket stimulus ini masih dimatangkan secara teknis.

Purbaya pun menuturkan paket baru ini adalah penguatan dari paket stimulus sebelumnya yang terdiri atas 8 program akselerasi, 4 program lanjutan, dan 5 program penyerapan tenaga kerja. Penambahan paket baru ini dalam rangka penguatan dan perluasan sektor penerima stimulus.

Dalam perkembangan terbaru, Purbaya buka suara ihwal rencananya menurunkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN). Sebagaimana diketahui, tarif PPN sebetulnya secara gradual mengalami kenaikan. Namun, baru kali ini Purbaya membuka peluang penurunan.

"Nanti kita lihat bisa enggak kita turunkan PPN itu untuk mendorong daya beli masyarakat ke depan. Tapi kita pelajari dulu hati-hati," kata Purbaya saat konferensi pers APBN edisi September 2025, Selasa (14/10/2025).

Purbaya mengatakan, sebelum mengeksekusi rencana penurunan tarif PPN itu, pemerintah akan lebih dulu melihat setoran pajak sampai akhir tahun, sambil melihat secara cermat keseluruhan kondisi masyarakat.

Selain itu, pemerintah akan memperpanjang stimulus pajak.

Insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas penyerahan rumah tapak dan satuan rumah susun yang Ditanggung Pemerintah (DTP) sebesar 100% akan diperpanjang hingga 31 Desember 2027.
Hal ini diungkapkan oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dalam konferensi pers APBN KITA Edisi Oktober 2025, Selasa (14/10/2025).

Optimis The Fed Pangkas Suku Bunga

Shutdown pemerintahan AS yang masih berlangsung dapat menambah keyakinan pasar bahwa bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan kembali memangkas suku bunga pada akhir Oktober.

Shutdown pemerintah AS menimbulkan ketidakpastian dan menekan pasar keuangan. Kondisi ini memperbesar peluang The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps pada akhir Oktober.

Pasar bahkan melihat probabilitas 97% untuk pemangkasan 25 bps, serta 3% untuk pemangkasan lebih agresif sebesar 50 bps, menurut CME FedWatch.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation