Mampukah Kesaktian "Bear Killer" Oktober Jinakkan Amukan Trump?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
13 October 2025 08:15
Ilustrasi bearish market vs bullish market
Foto: Pixabay/gerd Altmann

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham kini bersiap mengalami gejolak usai aksi gila yang dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Pasar saham AS beserta obligasi dan indeks dolar kompak mengalami penurunan tajam.

Pasar keuangan Tanah Air hari ini pun berpeluang bernasib sama dengan pasar keuangan AS.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi menghidupkan kembali perang dagang dengan China. Pada Jumat (10/10/2025), ia mengumumkan kenaikan tarif impor hingga 100% terhadap produk asal Beijing.

Melansir Reuters, Trump juga mengeluarkan kontrol ekspor baru untuk "semua perangkat lunak penting" terhadap China mulai 1 November atau sembilan hari sebelum masa keringanan tarif berakhir.

Langkah ini diambil setelah China memperluas kontrol ekspor terhadap unsur tanah jarang, bahan krusial bagi industri teknologi global, mulai dari kendaraan listrik hingga radar militer.

"Itu mengejutkan. Saya pikir itu sangat, sangat buruk," ujar Trump di Gedung Putih menanggapi kebijakan China. "Untuk setiap elemen yang berhasil mereka monopoli, kita punya dua."

Trump juga sempat menyebut bahwa pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping di Korea Selatan, yang dijadwalkan tiga minggu mendatang, kemungkinan besar dibatalkan.

"Sekarang tampaknya tidak ada alasan untuk melakukannya," tulisnya di platform Truth Social. Meski begitu, ia menambahkan, "Saya belum membatalkan. Saya berasumsi kita mungkin akan mengadakannya."

Alasan Trump Ngamuk ke China

Menurut sejumlah analis, kemarahan Trump dipicu oleh langkah Beijing yang dianggap mengkhianati semangat gencatan senjata tarif yang dicapai awal tahun ini.

"Postingan Trump bisa jadi awal dari berakhirnya gencatan senjata tarif," kata Craig Singleton, pakar China di Foundation for Defense of Democracies. "Washington menilai langkah ekspor kontrol Beijing sebagai pengkhianatan. Beijing tampaknya telah bertindak berlebihan."

China diketahui memproduksi lebih dari 90% logam tanah jarang dunia, yang menjadi tulang punggung banyak sektor industri strategis. Keputusan Beijing memperketat pengendalian ekspor ini dinilai sebagai "perintah bersaing" yang mengancam kepentingan industri AS.

"Trump merasa harus membalas secara finansial karena langkah China itu mengancam dominasi teknologi dan keamanan ekonomi AS," ujar Scott Kennedy, analis di Center for Strategic and International Studies (CSIS).

Reaksi Pasar

Pasar keuangan AS ambruk berjamaah usai Trump berkumandang, mulai dari wall street, obligasi 2 tahun hingga 30 tahun dan indeks dolar AS.

Kesaktian Bear Killer Diuji

Bulan Oktober seringkali dianggap sebagai "Bear Killer" atau pembunuh tren pasar yang sedang lesu (bearish).

Secara historis, Oktober memang sering menjadi titik balik di mana pasar saham mulai menunjukkan kekuatannya kembali setelah melewati periode September yang secara statistik seringkali negatif.

Memasuki Oktober 2025, teori ini kembali diuji oleh aksi gila Trump yang masih bersiteru dengan China mengenai kenaikan tarif.

Akan tetapi gelombang penurunan pada Oktober karena perang tarif saat ini, diperkirakan tidak akan sedalam saat Liberation Day yang terjadi pada awal tahun ini.

Pada awal 2025, Trump sempat memberikan ancaman kepada beberapa negara atas kenaikan tarif dagang kepada AS.

Dimana pada 9 April lalu, Trump memberlakukan kebijakan tarif resiprokal alias tarif timbal balik untuk produk impor dari berbagai negara, tidak terkecuali produk dari Indonesia.

Dimana saat itu pergerakan IHSG sempat turun tajam sejak awal tahun hingga awal April 2025. Bahkan IHSG sempat jatuh di level terdalam sejak Juni 2021 tepatnya pada 8 April 2025 di level 5.888,61.

Namun nampaknya koreksi yang terjadi pada IHSG di Oktober ini tidak akan sedalam pada awal tahun.

Lantaran masalah tarif saat ini adalah sisa ego antara pemerintahan AS dengan China.

Dimana masalah tarif dengan semua negara yang masuk dalam kenaikan tarif resiprokal AS telah disepakati, akan tetapi hanya China yang belum mendapatkan kesepakatan utuh dari AS.

Melihat track record periode Agustus dan September tahun ini menguat, maka pada Oktober IHSG hanya berpeluang mengalami sedikit koreksi atau penguatan tipis.

Dalam 10 tahun terakhir, IHSG cenderung menguat, hanya pada 2018 dan 2023 mengalami penurunan tajam.

ihsgFoto: stockbit

Bagaimana dengan Amerika?

Bursa Amerika Serikat (AS) juga biasanya akan bangkit pada Oktober. Market AS bahkan pada umumnya tampil impresif pada bulan ke-10 di tahun-tahun diselenggarakannya pemilu jeda AS atau midterm election. AS sendiri akan menggelar midterm election pada 8 November mendatang.

Dilansir dari Market Watch dan merujuk hitungan Stock Trader's Almanac, sejak 1950, pernah terjadi tujuh kali pembalikan arah yang luar biasa di bursa AS pada Oktober dari kondisi market terburuk ke kondisi yang lebih baik.

Ekonomi AS dan fenomena bear killerFoto: market watch
Ekonomi AS dan fenomena bear killer



Bursa S&P 500 juga pernah mengalami kejatuhan parah pada 1974, 1986, 2001, 2022, 2008, dan 2011. Market berbalik arah menjadi positif pada Oktober tahun terrsebut, kecuali pada 2008. Tuah Oktober sebagai bulan "bear killer" pupus di tengah Krisis Financial AS.

Hitungan Stock Trader's Almanac juga menunjukkan Oktober mampu membalikkan kondisi market yang melemah "bear market" ke kondisi "bullish" sebanyak 12 kali sejak Perang Dunia II yakni pada 1946, 1957, 1960, 1962, 1966, 1974, 1987, 1990, 1998, 2001, 2002, dan 2011.

Namun, banyak analis mengingatkan jika fenomena Oktober sebagai "bear killer" tidak boleh ditelan mentah-mentah. Periode 2008 menjadi pengalaman yang perlu diperhatikan apalagi kondisi tahun ini juga sangat berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Bursa saham pasti memiliki tahun-tahun yang sulit dan kita tidak boleh menggampangkan tahun tersebut. Ada perubahan-perubahan dalam kondisi makro yang menekan perdagangan saham. Jujur saja, untuk tahun ini, sangat sulit memproyeksi kondisi dalam beberapa bulan ke depan," tutur Anthony Saglimbene, chief markets strategist dari Ameriprise Financial, seperti dikutip dari Market Watch.

Namun, Oktober kali ini AS akan diuji oleh shutdown dan memanasnya perang dagang AS-China.

Bagaimana Proyeksi Pasar Saham?

Estimasi koreksi tipis yang kemungkinan terjadi atau bahkan masih tetap bertahan menguat meskipun sedikit pada periode Oktober, dilandasi oleh banyaknya program pemerintah RI yang kini sudah dan akan berjalan. Hal ini lah yang akan menjadi daya tarik untuk membuat investor memburu saham murah saat pasar jatuh di bulan ini.

Diketahui Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa telah menggelontorkan dana Rp200 triliun untuk BRI, Bank Mandiri, dan BNI masing-masing Rp 55 triliun, kemudian BTN Rp 25 triliun dan BSI Rp 10 triliun dalam bentuk deposito on call.

Dana tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kredit masyarakat dan sektor swasta.

Belum lagi yang terbaru, Purbaya tengah mengkaji akan menempatkan dana pemerintah sebesar Rp10 triliun hingga Rp20 triliun kepada bank pembangunan daerah, yang kini dikabarkan dimana PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) dan PT Bank DKI (Bank Jakarta) yang diperkirakan akan menerima kisaran masing-masing Rp5 triliun hingga Rp10 triliun.

Kemudian, Purbaya mulai melakukan pergeseran anggaran antar Kementerian/Lembaga yang tidak bisa melakukan penyerapan maksimal hingga akhir Oktober 2025.

Hal ini sebagai upaya untuk menjaga efektivitas belanja pemerintah di penghujung tahun.

Purbaya menekankan pergeseran ini juga menjadi upaya pemerintah dalam menjaga target defisit fiskal berada di bawah 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Adapun masing-masing Kementerian/Lembaga ditargetkan telah menggunakan 95% anggaran.

Sehingga hal ini lah yang akan mendorong laju IHSG.

IHSG telah mengalami kenaikan yang cukup tajam dalam 3 bulan terakhir yang mencapai 18,92%, sehingga untuk melanjutkan relinya, IHSG harus menemukan pijakan dengan mengalami koreksi sehat di momentum Bear Killer ini.

Secara teknikal IHSG rentan menuju support level 7980 hingga 7890. Namun, usai berpijak ke level support tersebut, IHSG masih berpeluang besar untuk melanjutkan relinya.

ihsgFoto: ihsg

Lanjutnya reli IHSG didorong oleh optimisme bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga di periode Oktober. Hal ini dilandasi oleh penurunan pasar keuangan AS usai kenaikan tarif 100% AS kepada China hingga efek Shutdown AS.

Data ekonomi AS akan menurun pada bulan ini efek tutupnya pemerintahan AS alias Shutdown, yang dimana hingga 750.000 pekerja dirumahkan dan tidak akan dibayar sampai penutupan berakhir.

Selain itu kabar terbaru, The Organization for Economic Co-operation and Development's (OECD) memproyeksikan ekonomi AS masih diperkirakan akan melambat tajam, dari pertumbuhan 2,8% pada tahun 2024 menjadi hanya 1,8% pada tahun 2025, sebelum merosot ke 1,5% pada tahun 2026. Angka tersebut hampir setengah dari rata-rata historis pascaperang yang sebesar 3,5%.

Dengan laju pertumbuhan tersebut, ekonomi Amerika akan membutuhkan waktu lebih dari tiga dekade untuk berlipat ganda, mengakibatkan satu generasi mengalami kenaikan upah yang lebih lambat, lebih sedikit peluang, dan berkurangnya kesejahteraan.

Permasalahan inilah yang akan menjadi daya dorong The Fed untuk melakukan pemangkasan suku bunga, yang pada akhirnya akan mendorong kembali relinya pasar hingga akhir tahun.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation