MARKET DATA
Newsletter

Sentimen Positif Lokal Melawan Badai Global: RI Bertahan atau Tumbang?

Gelson Kurniawan,  CNBC Indonesia
16 December 2025 06:20
ilustrasi trading
Foto: Pexels
  • Pasar keuangan Indonesia ambruk berjamaah, IHSG dan rupiah melemah
  • Wall Street kompak melemah di tengah kekhawatiran mengenai AI
  • Data ekonomi AS dan rapat Bank Indonesia akan menjadi penggerak sentimen pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia berakhir di zona merah, rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sama-sama melemah.

Tekanan di pasar keuangan Indonesia hari ini diharapkan bisa mereda. Selengkapnya mengenai proyeksi sentimen hari ini bisa dibaca pada halaamn 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 10,84 poin atau turun 0,13% ke level 8.649,66 pada akhir perdagangan kemarin, Senin (15/12/2025). Koreksi ini terjadi meski saham-saham blue chip sektor perbankan kompak menguat.

Nilai transaksi kemarin tergolong ramai atau mencapai Rp 33,45 triliun, melibatkan 58,34 miliar saham dalam 3,59 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar turun menjadi Rp 15.816 triliun.

Saham emiten yang tergabung dalam konglomerasi bisnis Grup Bakrie tercatat masih mendominasi transaksi harian bursa. Tercatat 3 saham paling aktif kemarin di pasar reguler adalah BUMI dengan nilai transaksi Rp 5,12 triliun, BRMS Rp 2,26 triliun dan DEWA Rp 1,19 triliun.

Mayoritas sektor perdagangan berada di zona merah dengan koreksi terbesar dicatatkan oleh sektor energi, teknologi dan barang baku. Sementara kenaikan terbesar dicatat oleh sektor finansial, kesehatan dan konsumer primer.

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) melemah 5,08% ke Rp 100.850 per saham dan berkontribusi atas pelemahan 20,03 indeks poin. Sementara itu Bumi Resources (BUMI) kemarin melemah 6,32% ke Rp 344 per saham dengan kontribusi pelemahan 12,89 indeks poin.

Emiten perbankan tercatat menjadi penopang utama kinerja IHSG kemarin, khususnya bank blue chip raksasa RI dengan kapitalisasi raksasa. Saham Bank Central Asia (BBCA) naik 3,75% ke Rp 8.300 per saham dengan kontribusi penguatan 28,37 indeks poin.

Bank Rakyat Indonesia (BBRI) kemarin melesat 4,13% ke Rp 3.780 per saham menjadi penopang utama kinerja IHSG dengan sumbangan 24,74 indeks poin.

Kemudian ada Bank Mandiri (BMRI) yang terapresiasi 3,53% ke Rp 4.990 dengan sumbangan 14,19 indeks poin dan terakhir Bank Negara Indonesia (BBNI) yang melonjak 4,72% ke Rp 4.440 per saham dengan kontribusi 6,87 indeks poin.

Pada pekan lalu, investor domestik semakin mendominasi pasar. Rasio investor asing menciut jadi 24% dari sebelumnya 28%, sedangkan investor domestik meningkat dari 72% menjadi 76%.

Sementara untuk nilai tukar Rupiah, Rupiah berbalik arah dan ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin, Senin (15/12/2025).

Mengutip data Refinitiv, mata uang Garuda ditutup melemah 0,15% atau terdepresiasi ke level Rp16.660/US$. Padahal, pada pembukaan perdagangan pagi tadi rupiah sempat menguat 0,09% ke posisi Rp16.620/US$.

Namun seiring berjalannya perdagangan, tekanan kembali meningkat sehingga rupiah berakhir di zona merah. Sepanjang hari, rupiah bergerak dalam rentang Rp16.620 - Rp16.672 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB tercatat melemah tipis 0,03% ke level 98,370.

Pergerakan rupiah kemarin sejalan dengan rilis Statistik Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia periode Oktober 2025.

Dari sisi eksternal, pelemahan indeks dolar AS di pasar global masih belum mampu dimanfaatkan oleh rupiah.

Indeks dolar bertahan di kisaran, seiring pelaku pasar bersiap menghadapi rilis sejumlah data ekonomi penting AS yang sebelumnya tertunda akibat shutdown pemerintah AS.

Data nonfarm payrolls November dijadwalkan rilis pada Selasa, disusul data penjualan ritel Oktober, serta indeks harga konsumen (CPI) November yang akan dirilis Kamis.

Lanjut ke pasar obligasi RI, pada penutupan perdagangan kemarin SBN 10 tahun ditutup pada angka imbal hasil sebesar 6,16%, melemah dari hari sebelumnya yang ditutup pada level 6,19%. 
Pelemahan ini menandai harga SBN yang tengah menanjak karena diburu investor.

Dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street ambruk berjamaah pada perdagangan Senin atau Selasa dini hari waktu Indonesia.

Bursa jeblok seiring tekanan pada saham-saham kunci di sektor kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Indeks S&P melemah 0,16% dan berakhir di level 6.816,51, setelah sempat bergerak di zona positif pada awal sesi. Dow Jones Industrial Average turun 41,49 poin atau 0,09% ke 48.416,56, sementara Nasdaq Composite jeblok 0,59% ke 23.057,41.

Sejumlah saham AI membebani pergerakan pasar secara keseluruhan pada sesi Senin. Saham Broadcom dan Oracle, dua emiten yang pekan lalu memimpin rotasi keluar dari saham AI, masing-masing anjlok lebih dari 5% dan 2%. Saham lain seperti Microsoft juga mengalami tekanan.

Investor justru beralih ke sektor-sektor yang lebih sensitif terhadap kondisi ekonomi, seperti consumer discretionary dan industri, serta meningkatkan kepemilikan saham kesehatan.

Pergerakan tersebut terjadi setelah S&P 500 dan Nasdaq yang sarat saham teknologi menutup pekan sebelumnya di zona merah, sementara Dow Jones yang eksposurnya terhadap teknologi dan AI lebih kecil justru mencatat kenaikan yang cukup berarti. Sepanjang pekan lalu, saham Oracle anjlok 12,7%, sementara Broadcom turun lebih dari 7%. Sektor teknologi dalam indeks S&P 500 melemah 2,3%.

"Rasanya semua orang sedang membenci perdagangan saham AI saat ini. Tidak diragukan lagi," ujar David Wagner, Head of Equities di Aptus Capital Advisors, kepada CNBC.

Dia menambahkan pasar masih akan dipimpin oleh konsentrasi saham-saham besar, yakni kelompok Magnificent Seven, karena satu faktor utama yaitu operating leverage yang dimiliki perusahaan-perusahaan tersebut.

"Selama masih ada pertumbuhan pendapatan, perusahaan-perusahaan ini akan terus memperluas margin mereka dan akan menjadi penerima manfaat dari imbal hasil yang kuat tahun depan," tambahnya.

 

Dalam jangka pendek, Wagner tidak terlalu khawatir terhadap kinerja pasar secara keseluruhan. Ia menilai koreksi harga merupakan hal yang "sehat" dan "normal". Meski sebagian dari reli akhir tahun (Santa Claus rally) kemungkinan sudah terjadi, ia memperkirakan masih ada "ruang kenaikan" ke depan.

"Untuk mengubah arah pasar, fundamentalnya harus berubah, dan saya tidak melihat itu terjadi dalam waktu dekat," katanya.

Data ekonomi diperkirakan akan menjadi penentu arah pasar pekan ini. Data non-farm payrolls November dijadwalkan rilis pada Selasa, bersamaan dengan data penjualan ritel Oktober. Kedua laporan ini sempat tertunda akibat penutupan pemerintahan AS pada musim gugur lalu.

Ekonom yang disurvei Dow Jones memperkirakan data nonfarm payrolls November akan menunjukkan penambahan 50.000 lapangan kerja, turun tajam dibandingkan 119.000 pekerjaan yang tercipta pada September.

Sementara itu, indeks harga konsumen (CPI) November dijadwalkan rilis pada Kamis akhir pekan ini.

Pelaku pasar masih berada pada stance wait and see terhadap kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia yang akan diumumkan besok Rabu (17/12/2025) yang juga menjadikan pengumuman suku bunga BI terakhir pada tahun ini. Sejumlah data dari Amerika Serikat (AS) juga akan menjadi penggerak pasar hari ini.

Simak beberapa sentimen pasar hari ini:

RDG Bank Indonesia Hari Pertama

Kondisi eksternal yang suram akibat data China tersebut menjadi latar belakang yang berat saat Bank Indonesia (BI) memulai hari pertama Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini (Selasa, 16/12).

Gubernur BI dan timnya kini dihadapkan pada dilema kebijakan yang pelik. Di satu sisi, perlambatan tajam ekonomi mitra dagang utama menuntut adanya pelonggaran moneter agar ekonomi domestik tidak ikut terseret arus resesi global.

Namun di sisi lain, BI harus tetap waspada menjaga stabilitas Rupiah di tengah ketidakpastian arus modal. Konsensus pasar memprediksi BI kemungkinan besar akan menahan suku bunga (Hold) di pertemuan bulan ini.

Meski demikian, investor akan sangat jeli mencari sinyal pivot atau indikasi pemangkasan bunga di tahun depan dalam pernyataan resmi BI nanti, sebagai langkah antisipatif untuk menyelamatkan momentum pertumbuhan ekonomi nasional.

Alarm Bahaya dari China

Pasar keuangan global membuka pekan ini dengan kejutan negatif yang sangat menohok dari China. Data penjualan ritel China dilaporkan hanya tumbuh 1,3%, sebuah angka yang sangat rendah dan jauh di bawah ekspektasi pasar maupun capaian bulan sebelumnya.

Data ini bukan sekadar statistik, melainkan bukti nyata bahwa mesin pertumbuhan Asia sedang mengalami kerusakan serius. Kepercayaan diri konsumen di China tampaknya belum pulih, tertekan oleh krisis properti dan ketidakpastian pendapatan yang berkepanjangan.

Bagi Indonesia, runtuhnya daya beli di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini adalah peringatan dini. China adalah mitra dagang utama dan konsumen terbesar komoditas energi serta tambang.

Jika permintaan domestik mereka hancur seperti yang tercermin dari data ini, risiko penurunan harga komoditas dan perlambatan kinerja ekspor Indonesia menjadi sangat nyata di penghujung tahun ini.

 Utang Luar Negeri

Di tengah volatilitas global, fundamental eksternal Indonesia menunjukkan ketahanan yang solid. Data Utang Luar Negeri (ULN) per Oktober 2025 tercatat turun menjadi US$ 423,9 miliar dari bulan sebelumnya.

Penurunan ini didorong oleh sektor swasta yang terkontraksi 1,9% (yoy) menjadi US$ 190,7 miliar. Korporasi di sektor industri pengolahan dan pertambangan terlihat lebih memilih melunasi kewajiban atau menahan ekspansi utang baru, sebuah sikap hati-hati (prudent) dalam menghadapi ketidakpastian bunga global.

Sebaliknya, utang pemerintah justru tumbuh 4,7% (yoy) menjadi US$ 210,5 miliar. Kenaikan ini sejatinya adalah sinyal positif karena didorong oleh aliran masuk modal asing (inflow) ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) internasional.

Hal ini menandakan kepercayaan investor global terhadap prospek ekonomi Indonesia masih tinggi. Dengan rasio ULN terhadap PDB yang terjaga sehat di level 29,3% dan didominasi instrumen jangka panjang (86,2%), struktur pembiayaan Indonesia dinilai aman dari risiko guncangan nilai tukar jangka pendek.

Kelangsungan Perjanjian Dagang RI-AS

Di arena diplomasi ekonomi, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan negosiasi perjanjian dagang RI-AS terus berjalan  menepis rumor miring bahwa Indonesia mengingkari komitmen.

Airlangga menegaskan akan mengirim tim khusus ke Washington DC pekan depan untuk mempercepat finalisasi draf perjanjian, mengejar target kesepakatan yang telah dibicarakan antara Presiden Prabowo dan Presiden Trump.

Taruhannya sangat tinggi bagi Indonesia. Perjanjian ini bukan sekadar soal tarif, tapi soal akses pasar digital dan status Indonesia dalam rantai pasok global AS.

Meski ada gesekan terkait isu hambatan non-tarif dan perdagangan digital, pemerintah optimis Indonesia-sebagai negara prioritas ketiga yang bernegosiasi dengan AS-akan mencapai titik temu. Kesepakatan ini vital untuk memastikan produk Indonesia bisa bersaing dan "naik kelas" di pasar Amerika.

Airlangga bakal melakukan kunjungan kerja lagi ke Amerika Serikat, pada Rabu (15/12/2025). Dalam kunjungan itu Airlangga akan kembali melakukan perundingan terhadap penerapan tarif perdagangan yang resiprokal dengan Amerika Serikat.
"Tim sudah sampai di AS, dan mereka sudah mulai bicara, saya lusa ke sana," kata Airlangga, di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (15/12/2025).

Nantinya dia akan bertemu dengan United States Trade Representative (USTR). Dia juga berharap dengan target dari dari pertemuan itu, adalah membuat beberapa pengecualian pada beberapa komoditas untuk dikenakan tarif importasi 0% ke Amerika Serikat.

"Legal drafting-nya lagi dibahas," katanya.

Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan bahwa perundingan itu tidak akan dihadiri Presiden Prabowi Subianto. Hanya saja dia mengakui bahwa ada rencana untuk mempertemukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump denganPrabowo, meski tidak akan dilakukan pada tahun ini.

"Nanti akan diatur pertemuan Bapak Presiden dengan Presiden Trump," kata Airlangga.

Sebelumnya, pihak Kemenko Perekonomian telah melakukan pertemuan online dengan kantor perwakilan dagang AS atay USTR Jamieson Greer. Dari pertemuan itu diharapkan segera adanya penandatangan draft agreement terkai hal ini oleh dua pimpinan negara.

Lebih lanjut Airlangga juga menampik bahwa adanya risiko gagalnya kesepakatan ini.

Non-Farm Payrolls dan Tingkat Pengangguran AS

Pasar tenaga kerja Amerika Serikat kini menjadi pusat perhatian utama karena sinyal pendinginan yang berubah menjadi alarm bahaya. Konsensus pasar memperkirakan data Non-Farm Payrolls (NFP) bulan November anjlok drastis ke angka 35.000 tenaga kerja baru-dengan forecast terendah bahkan di 25.000.

Jika dibandingkan dengan capaian bulan Oktober yang sebesar 119.000, penurunan tajam ini menandakan bahwa perusahaan-perusahaan AS telah menginjak rem perekrutan secara mendadak, sebuah indikator klasik menuju perlambatan ekonomi yang lebih dalam.


Situasi ini diperparah dengan tingkat pengangguran yang dilaporkan naik ke level 4,4%, posisi tertinggi sejak Oktober 2021. Bagi The Fed, data ini mengubah narasi dari sekadar "menjaga inflasi" menjadi "menyelamatkan ekonomi".

Pasar tenaga kerja yang mendingin dengan cepat akan menekan daya beli konsumen AS, yang selama ini menjadi penopang utama ekonomi global. Hal ini memberikan tekanan besar bagi bank sentral untuk segera melonggarkan kebijakan moneter guna mencegah skenario hard landing.

Harga Minyak Jeblok

 Kontrak berjangka minyak mentah WTI turun ke kisaran US$56,6 per barel pada perdagangan Senin, level terendah sejak awal 2021, seiring tekanan kelebihan pasokan yang persisten mengalahkan risiko geopolitik. Harga minyak brent juga jeblok 1%.
Sepanjang tahun ini, harga minyak sudah ambruk 20%.

Pasokan global tetap melimpah, ditandai oleh tingginya persediaan serta kenaikan produksi dari Amerika Serikat, Brasil, dan Guyana, yang memperkuat ekspektasi bahwa pertumbuhan produksi akan terus melampaui permintaan hingga 2026, sehingga pasar fisik tetap terjaga pasokannya.

Dari sisi permintaan, sinyal pelemahan dari China-termasuk aktivitas industri yang melunak serta meningkatnya ketergantungan pada energi terbarukan untuk pembangkit listrik-semakin menegaskan kekhawatiran bahwa pertumbuhan permintaan tidak cukup kuat untuk menyerap kelebihan pasokan minyak.

Perkembangan seputar negosiasi perdamaian Ukraina juga menekan harga, karena setiap jalur yang kredibel menuju gencatan senjata akan mengikis premi risiko yang selama ini terkait dengan potensi gangguan pasokan Rusia.

Sementara itu, tindakan Amerika Serikat terhadap Venezuela serta ketegangan yang melibatkan Iran di Teluk Oman hanya memberikan dukungan terbatas, karena risiko-risiko tersebut dinilai belum cukup untuk memperketat pasokan global.



Bagi Indonesia pelemahan harga minyak berdampak ganda. Di satu sisi, pelemahan harga minyak akan menekan impor sehingga mengurangi beban transaksi berjalan dan rupiah.
Di sisi lain, pelemahan ini akan menekan pendapatan emiten minyak seperti PT Elnusa (ELSA), PT Rukun Raharja (RAJA),  PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), hingga AKR Corporindo Tbk (AKRA).

Strategi Investasi Hijau Menjadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Mari Elka Pangestu, memberikan pandangan strategis mengenai target pertumbuhan ekonomi 8%. Menurutnya, kunci untuk mencapai angka ambisius tersebut adalah Investasi Hijau.

Mari mengingatkan bahwa lanskap perdagangan global telah berubah; investor dan pembeli internasional kini mensyaratkan dekarbonisasi dan prinsip keberlanjutan dalam rantai pasok mereka.

Jika Indonesia ingin meningkatkan ekspor dan investasi secara signifikan, sektor manufaktur, pariwisata, hingga transportasi harus segera bertransisi ke energi baru terbarukan.

Tanpa label "hijau", produk Indonesia berisiko kehilangan daya saing dan ditolak pasar negara maju. Reformasi regulasi energi hijau bukan lagi pilihan opsional, melainkan prasyarat mutlak untuk menarik modal asing berkualitas.

Ketua Dewan Pakar Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Mari Elka Pangestu memberikan sambutan dalam acara Dialog Apindo Capres 2024 di Menara Bank Mega, Jakarta, Senin (11/12/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)Foto: Ketua Dewan Pakar Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Mari Elka Pangestu memberikan sambutan dalam acara Dialog Apindo Capres 2024 di Menara Bank Mega, Jakarta, Senin (11/12/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Presiden Restui Pembebasan PPN untuk Bencana

Menutup sentimen domestik, ada kabar baik dari sisi kebijakan fiskal untuk kemanusiaan. Presiden Prabowo Subianto secara langsung menyetujui pembebasan PPN bagi perusahaan garmen yang ingin menyumbangkan 125.000 potong pakaian sisa ekspor (reject) untuk korban bencana banjir dan longsor.

Sebelumnya, niat baik ini terganjal aturan birokrasi kepabeanan dan pajak yang kaku.

Keputusan cepat Presiden ini, yang didukung oleh Mendagri dan Menkeu, menunjukkan fleksibilitas pemerintah dalam merespons situasi darurat.

Syaratnya sederhana namun tegas yaitu harus ada surat resmi dan pengawasan ketat dari Kemendagri agar barang bantuan benar-benar sampai ke tangan korban bencana. Langkah ini menjadi preseden positif bahwa regulasi negara bisa melunak demi kepentingan rakyat yang mendesak.

Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Presiden Indonesia Prabowo Subianto di Kremlin, Moskow, Rusia, 10/12/2025. (Alexander Zemlianichenko/Pool via REUTERS)Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Presiden Indonesia Prabowo Subianto di Kremlin, Moskow, Rusia, 10/12/2025. (Alexander Zemlianichenko/Pool via REUTERS)

Rencana Kebijakan PPN 12%

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memberikan kepastian yang menenangkan pasar terkait isu pajak. Ia menegaskan bahwa pemerintah belum memiliki rencana untuk melakukan penyesuaian tarif PPN tahun depan (selain kenaikan khusus barang mewah menjadi 12% yang sudah terjadwal).

Purbaya menetapkan syarat baru yang cukup ambisius: ruang untuk mengutak-atik kebijakan PPN-baik naik maupun turun-baru akan terbuka jika pertumbuhan ekonomi nasional mampu tembus di atas 6%.

Pernyataan ini disambut positif karena menunjukkan pragmatisme tim ekonomi pemerintah. Mereka tampaknya menyadari bahwa mengerek beban pajak di saat pertumbuhan ekonomi masih moderat justru berisiko memukul daya beli masyarakat yang sedang rentan.

Prioritas fiskal saat ini jelas yaitu memperbesar kue ekonomi terlebih dahulu melalui akselerasi pertumbuhan, sebelum membicarakan porsi pungutan negara yang lebih besar.

Prabowo Cabut IUP-HPH Yang Merugikan Rakyat

Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan jajarannya untuk membekukan dan mengkaji ulang seluruh perizinan sumber daya alam, mulai dari IUP, HGU, HPH, hingga HTI.

Dalam Sidang Kabinet Paripurna (15/12/2025), ia menegaskan pemerintah tidak akan memperpanjang izin bagi perusahaan yang melanggar aturan atau tidak berkontribusi pada kemakmuran rakyat sesuai amanat Pasal 33 UUD 1945.

Sejauh ini, pemerintah telah mengambil langkah tegas dengan mencabut dan menguasai kembali 4 juta hektare lahan, serta memastikan tidak ada izin baru yang keluar tahun ini dari kementerian terkait.

Prabowo menyoroti tajam para pemegang konsesi yang hanya mengeruk kekayaan alam Indonesia namun melarikan keuntungannya ke luar negeri. Ia menilai tindakan tersebut merugikan kepentingan nasional.

Baginya, pengelolaan sumber daya alam harus berlandaskan asas keadilan, di mana kekayaan negara dinikmati bersama oleh seluruh rakyat, bukan hanya memperkaya segelintir kelompok saja.

Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini

  • Tingkat pengangguran Inggris
  • PMI Inggris
  • Non Farm Payroll AS
  • Retail Sales AS
  • Tingkat pengangguran AS
  • Housing Permits AS
  • Launching BRI Corporate Rebranding
  • Konferensi pers virtual Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Partai Buruh.

  • Menteri Pertanian dan Wakil Menteri Pertanian akan melaksanakan dialog dengan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia yang akan dilaksanakan di Auditorium Gedung F, Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Kota Jakarta Selatan.

  • Peluncuran laporan Bank Dunia Economic Prospects December 2025 edition"Digital Foundations for Growth" di Soehanna Hall, Energy Building, Kota Jakarta Selatan.

  • Media luncheon dalam rangka HUT ke-28 PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) di William's, Senayan, Jakarta Selatan.

  • Launching BRI Corporate Rebranding di Sky Lounge Lantai 38, Menara BRILiaN, Kota Jakarta Selatan. Turut hadir antara lain CEO Danantara Indonesia, Kepala BP BUMN, dan Direktur Utama BRI. 

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Pemberitahuan RUPS Rencana Bukit Asam Tbk
  • Pemberitahuan RUPS Rencana PT Adhi Karya (Persero) Tbk
  • Pemberitahuan RUPS Rencana PT Ginting Jaya Energi Tbk
  • Pembayaran Dividen Tunai Interim Surya Toto Indonesia Tbk
  • Pembayaran Dividen Tunai Interim PT Archi Indonesia Tbk
  • DPS Dividen Tunai Interim Unilever Indonesia Tbk
  • Cum Dividen Tunai Interim PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk.

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

-

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]



Most Popular
Features