Titik Balik Dunia: Keputusan The Fed Pekan Ini Bisa Ubah Segalanya
Pekan ini pasar akan kembali diuji dengan sederet sentimen penting, mulai dari keputusan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) hingga rilis inflasi dari Cina, dua katalis yang punya peluang nyata membelokkan arah pasar dalam waktu singkat.
Situasi ini datang ketika IHSG baru saja mencetak rekor baru. Sepanjang pekan lalu (1-5 Desember 2025), indeks domestik melonjak dan menembus All Time High (ATH), mendekati level 8.700. Momentum ini membuat ungkapan "sky is the limit" terasa tepat untuk menggambarkan posisi resistance IHSG saat ini.
Meskipun demikian, kehati-hatian tetap menjadi kunci. Level psikologis 9.000 kini menjadi target terdekat, yang sebenarnya tinggal membutuhkan kenaikan kurang dari 4%. Di sisi lain, area 8.500 perlu dicermati sebagai support penting, selaras dengan posisi MA20 harian. Setelah reli panjang, peluang pullback tetap terbuka, sehingga strategi antisipatif menuju area support wajib disiapkan investor.
Sentimen Domestik, Dua IPO Besar Siap Mengalihkan Likuiditas
Pasar lokal akan diramaikan oleh dua agenda IPO penting.
Senin (8/12/2025), PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO)-produsen minuman kesehatan berbahan sarang burung walet-resmi melantai di BEI. RLCO menjadi IPO pertama yang menerapkan aturan baru terkait batasan maksimal 10% alokasi ritel. Investor kecil yang antre di bawah Rp100 juta hanya kebagian sekitar 1-2 lot, sedangkan investor besar mendapat alokasi 0,1%.
Berikutnya, penawaran saham PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) akan berlangsung pada 10-15 Desember 2025. Biasanya, ramainya antrean IPO seperti ini menyerap likuiditas dan membuat pergerakan di pasar reguler sedikit menipis-terlebih dengan aturan baru penjatahan yang lebih ketat bagi investor bermodal kecil.
Data Besar dari China (Senin)
Pekan ini dibuka dengan sentimen regional yakni data neraca dagang Cina, yang diumumkan Senin pagi (8/12/2025) pukul 10.00 WIB. Konsensus memproyeksikan surplus dagang November meningkat ke US$100,2 miliar, naik dari bulan sebelumnya US$90,07 miliar.
Ekspektasi kenaikan surplus ini ditopang oleh proyeksi ekspor tumbuh 3,8% YoY, mengungguli impor yang diperkirakan naik 2,8% YoY. Jika realisasi sejalan, ini akan menjadi sinyal awal bahwa permintaan eksternal mulai pulih dan aktivitas perdagangan Cina berangsur membaik.
Sebagai pembanding, pada Oktober surplus justru mengecil ke US$95,6 miliar - terendah sejak Februari - seiring ekspor turun dan impor meningkat. Saat itu, ekspor anjlok 1,1% YoY, jauh di bawah estimasi kenaikan 3%, dipengaruhi melemahnya pesanan global setelah percepatan pengiriman menjelang tarif baru AS, serta efek libur Golden Week dan basis tinggi tahun lalu.
Impor pun hanya tumbuh 1% YoY, jauh lebih lemah dibanding lonjakan 7,4% di September. Jika data November benar membaik, pasar bisa membaca ini sebagai turning point kecil bagi ekonomi Cina yang belakangan masih bergerak lesu.
Inflasi Cina
Masih dari Negeri Tirai Bambu, investor juga menantikan rilis data inflasi November, yang dijadwalkan keluar Rabu (10/12/2025) pukul 08.30 WIB. Inflasi diproyeksikan melonjak ke 0,9% YoY, jauh lebih tinggi dari 0,2% di Oktober.
Jika terealisasi, ini akan menjadi momentum pemulihan harga konsumen paling kuat sejak Februari 2023. Penting diingat, Cina baru kembali mencatat inflasi bulan lalu setelah dua bulan berada di zona deflasi-dan kenaikan lanjutan akan memperkuat keyakinan bahwa permintaan domestik mulai pulih.
Data Tenaga Kerja AS Job Openings & Klaim Pengangguran
Dari Amerika Serikat, dua rilis besar pekan ini akan menjadi panduan utama sentimen global.
Pertama, data pembukaan lapangan pekerjaan (Job Openings/JOLTs) diperkirakan berada di kisaran 7,2 juta lowongan pada September 2025. Angka ini sedikit lebih rendah dari realisasi sebelumnya 7,227 juta, sehingga jika data aktual lebih tinggi, pasar akan menilai permintaan tenaga kerja AS masih solid.
Kedua, klaim pengangguran mingguan untuk periode yang berakhir 8 Desember diproyeksikan mencapai 205 ribu, naik dari minggu sebelumnya 191 ribu. Continuing claims diperkirakan berada di 1,943 juta, sedikit lebih tinggi dari 1,939 juta minggu sebelumnya.
Arah dua data ini akan memberi gambaran seberapa cepat pasar tenaga kerja AS mendingin - indikator kunci dalam menilai peluang pelonggaran The Fed tahun depan.
Puncak Sentimen, Keputusan Suku Bunga The Fed
Pertemuan The Fed bulan ini menjadi salah satu agenda paling krusial. Pasar ingin memastikan apakah era Quantitative Tightening (QT) benar-benar berakhir, terutama setelah Ketua The Fed sebelumnya menyebut bahwa cadangan perbankan sudah lebih longgar.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga terus menguat. Berdasarkan CME FedWatch per 6 Desember 2025, peluang penurunan suku bunga pada Desember nyaris mencapai 86,2%. Tingkat optimisme sebesar ini menunjukkan pasar semakin percaya inflasi AS telah terkendali.
Setiap Desember selalu menjadi momen yang paling ditunggu pasar global. Keputusan di penghujung tahun ini kerap menjadi penentu arah kebijakan moneter selama 12 bulan berikutnya, memengaruhi Wall Street, IHSG, rupiah, obligasi, hingga emas. Tak heran Desember dijuluki sebagai "signal-setting meeting".
Salah satu alasan utamanya adalah rilis dot plot terbaru-peta proyeksi suku bunga para pejabat The Fed. Perubahan kecil saja bisa mengguncang pasar bernilai miliaran dolar karena menjadi dasar investor membaca arah likuiditas global ke depan.
Desember juga menjadi waktu pertama Fed merespons data inflasi akhir tahun. Jika inflasi melunak dan ekonomi mulai melemah, peluang pemangkasan suku bunga lebih cepat terbuka. Nada dovish Jerome Powell biasanya langsung memicu risk-on di pasar global.
Selain itu, pertemuan Desember kerap menentukan sentimen kuartal pertama. Sikap dovish biasanya menguatkan IHSG dan rupiah, sementara sikap hawkish memperkuat dolar AS, menekan rupiah, dan mendorong kenaikan imbal hasil obligasi.
Volatilitas juga meningkat karena likuiditas perdagangan menjelang liburan cenderung menipis. Satu komentar dari Powell dapat mengguncang saham teknologi, dolar AS, maupun emas.
Pertanyaan terbesar yang dinantikan pasar adalah apakah Desember menjadi momen Fed Pivot-peralihan dari era suku bunga tinggi menuju pelonggaran. Secara historis, pivot Fed selalu menghasilkan pergerakan besar di saham, obligasi, dan aset berisiko.
Sebagai catatan, pada pertemuan Oktober 2025, The Fed kembali memangkas suku bunganya sebesar 25 bps ke level 3,75-4,00%. Namun, The Fed belum yakin akan menurunkan suku bunga lagi di Desember.
(emb/emb)