Indeks ditutup naik 57,53 poin atau 0,69% ke level 8.394,59. Sebanyak 303 saham naik, 332 turun, dan 321 tidak bergerak.
Dengan demikian sepanjang pekan lalu, IHSG menguat 2,26%. Mengutip Refinitiv, mayoritas sektor berada di zona hijau, meskipun jumlah saham yang turun lebih banyak dibandingkan dengan yang naik. Energi dan properti tercatat sebagai sektor yang mengalami kenaikan lebih dari 2%.
Namun secara kumulatif, rupiah masih melemah 0,33% sepanjang pekan, dengan rentang pergerakan berada di Rp16.610-Rp16.740/US$.
Penguatan rupiah di akhir pekan turut ditopang oleh sentimen positif dari dalam negeri, terutama setelah Bank Indonesia (BI) melaporkan kenaikan cadangan devisa (cadev) pada Oktober 2025.
Dari pasar Surat Berharga Negara (SBN), imbal hasil SBN tenor 10 tahun melandai ke 6,14% pada Jumat pekan lalu, dari 6,17% pada perdagangan sebelumnya. Imbal hasil yang melandai harga SBN tengah naik karena diburu investor.
Bursa Wall Street ditutup beragam pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (7/11/2025).
Nasdaq Composite ditutup melemah karena kerugian lebih lanjut di saham kecerdasan buatan (AI).
Indeks Nasdaq turun 0,21% untuk ditutup pada 23.004,54. Sebaliknya, S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average bergerak naik tipis.
Indeks broad-based S&P 500 naik 0,13% menjadi 6.728,80, sementara indeks 30 saham Dow menguat 74,80 poin, atau 0,16%, menjadi 46.987,10.
Saham-saham mulai bangkit dari titik terendah setelah Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer, D-N.Y., menawarkan rencana baru kepada Partai Republik yang memungkinkan berakhirnya penutupan pemerintah AS yang memecahkan rekor.
Dalam proposal tersebut, pendanaan jangka pendek akan diberikan untuk operasi pemerintah federal dengan imbalan perpanjangan satu tahun kredit pajak tambahan dari Affordable Care Act.
Di tengah penutupan ini, kekhawatiran investor mengenai kekuatan ekonomi AS semakin meningkat.
Survei dari University of Michigan mengungkapkan pada hari Jumat bahwa sentimen konsumen mendekati level terendah sepanjang masa. Data ini muncul hanya sehari setelah firma Challenger, Gray & Christmas melaporkan bahwa pengumuman pemutusan hubungan kerja (PHK) pada Oktober mencapai level tertinggi dalam 22 tahun untuk bulan tersebut.
Investor mendapat sedikit informasi dari data ekonomi karena penutupan pemerintah yang sedang berlangsung.
Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) seharusnya merilis laporan nonfarm payroll pada hari Jumat, tetapi untuk bulan kedua berturut-turut tidak dapat melakukannya.
Para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan laporan tersebut akan menunjukkan penurunan 60.000 pekerjaan dan kenaikan tingkat pengangguran menjadi 4,5%.
Senat diperkirakan akan melakukan pemungutan suara pada Jumat untuk melanjutkan langkah pendanaan sementara yang telah disahkan DPR. Keterlambatan pendanaan federal terpanjang sepanjang sejarah ini menimbulkan ancaman terhadap aktivitas ekonomi, termasuk gangguan penerbangan akibat kekurangan pengendali lalu lintas udara yang telah bekerja tanpa gaji sejak Oktober.
Menteri Transportasi Sean Duffy mengatakan pada Rabu bahwa dia akan memangkas 10% penerbangan di 40 bandara besar mulai Jumat, langkah yang bisa memengaruhi 3.500 hingga 4.000 penerbangan per hari. Hingga Jumat pagi, lebih dari 700 penerbangan AS telah dibatalkan.
"Tidak ada yang menyukai kegelapan, dan kita telah berada dalam ketidakpastian untuk sementara terkait data pemerintah, tetapi saya pikir hal ini bisa memengaruhi perilaku lebih lanjut," kata Leah Bennett, kepala strategi investasi di Concurrent Asset Management, kepada CNBC.
Ketiga indeks acuan ditutup melemah pekan lalu karena kekhawatiran tentang valuasi sektor teknologi yang tinggi dan pasar yang sangat terkonsentrasi tetap ada.
Nasdaq turun sekitar 3% sepanjang pekn lalu, mencatat kinerja terburuk dalam lima hari sejak minggu yang berakhir 4 April, ketika indeks turun 10%. S&P 500 dan Dow masing-masing kehilangan lebih dari 1% dalam sepekan.
Di antara saham yang tertinggal pada hari Jumat adalah pemain AI terkemuka, Oracle, yang turun hampir 2%. Hal ini membuat penurunannya sepanjang pekan lalu mencapai sekitar 9%. Advanced Micro Devices (AMD), yang turun hampir 9% dalam pekan lalu, dan Broadcom, turun lebih dari 5% sepanjang pekan lalu, juga mengalami penurunan.
Pemimpin AI utama kehilangan momentum pada Kamis, dengan Nvidia, AMD, Tesla, dan Microsoft mencatatkan penurunan signifikan yang menekan pasar secara luas. Indeks saham utama AS ditutup lebih rendah secara keseluruhan, dengan Nasdaq Composite yang didominasi teknologi turun 1,9% dan Dow 30 saham menutup hampir 400 poin lebih rendah.
Pekan ini pasar global dan domestik bersiap menghadapi periode yang padat data ekonomi. Setelah minggu lalu relatif tenang, bursa, obligasi, dan nilai tukar berpotensi bergerak dinamis akibat rilis penting dari Amerika Serikat, China, dan Jepang.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) juga akan merilis dua data yang mencerminkan kekuatan konsumsi masyarakat. Sorotan utama tetap tertuju pada inflasi Amerika Serikat yang akan keluar Kamis malam, penentu arah kebijakan The Fed berikutnya. Sementara pada Jumat, data dari China akan menjadi barometer utama apakah pemulihan ekonomi negara itu benar-benar berlanjut atau mulai kehilangan tenaga.
Mayoritas data yang dirilis pekan ini adalah terkait penjualan ritel dan inflasi yang terkait dengan kemampuan daya beli. Setelah China mengumumkan data inflasi di luar dugaan pekan lalu maka pekan ini terdapat rilis sejumlah penjualan dari Indonesia ataupun IHK dari Amerika Serikat.
Awal pekan ini dibuka dengan rilis data penting dari dalam negeri.
Bank Indonesia (BI) dijadwalkan mengumumkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2025 hari ini Senin, (10/11/2025) yang mencerminkan tingkat optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi enam bulan ke depan.
Ini akan menjadi perhatian utama pelaku pasar karena berfungsi sebagai indikator awal untuk mengukur arah konsumsi rumah tangga komponen terbesar penyumbang PDB nasional. Pada September 2025, IKK tercatat di level 115,0, turun dari 117,2 di bulan sebelumnya. Meski masih berada di zona optimis (di atas 100), tren penurunan ini mengindikasikan munculnya kekhawatiran di kalangan konsumen.
Jika IKK Oktober kembali melemah hingga mendekati atau bahkan di bawah 110, pasar akan menafsirkan hal itu sebagai sinyal bahwa tekanan terhadap daya beli masyarakat semakin nyata. Inflasi, harga pangan yang belum turun, serta kebijakan suku bunga tinggi BI-Rate bisa menjadi faktor utama yang menekan konsumsi. Dampaknya, sektor-sektor seperti barang konsumsi, ritel, dan otomotif di IHSG berpotensi tertekan.
Namun, jika IKK justru menguat, ini bisa menjadi kabar baik bagi pasar di awal pekan. Kenaikan indeks akan menandakan bahwa keyakinan masyarakat terhadap ekonomi mulai pulih di kuartal IV, memberikan harapan bahwa konsumsi domestik masih mampu menjadi penopang utama pertumbuhan.
Laporan Survei Penjualan Eceran September 2025
Pada Selasa (11/11/2025), publik akan menantikan data kerasnya Indeks Penjualan Riil (IPR) untuk September 2025. Angka ini akan menjadi ujian penting bagi kekuatan konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi penopang utama ekonomi nasional.
Bulan lalu, BI memperkirakan penjualan eceran tumbuh solid 5,8% YoY lonjakan besar dibandingkan realisasi Agustus yang hanya 3,5%.
Jika realisasi IPR kali ini mampu memenuhi atau bahkan melampaui ekspektasi itu, pasar berpotensi bereaksi positif. Artinya, pelemahan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di September belum berimbas signifikan terhadap penjualan di lapangan. Sebaliknya, jika hasilnya meleset jauh di bawah 4%, pasar bisa menilai BI terlalu optimistis. Ini menandakan tekanan pada daya beli masyarakat semakin nyata. BI pun akan berada di posisi dilematis: menjaga stabilitas Rupiah di tengah konsumsi yang mulai melemah.
Inflasi Amerika Serikat
Inilah data paling ditunggu pekan ini. Dari Negeri Paman Sam, pada Kamis malam, pasar global akan menanti rilis Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat untuk Oktober pada Kamis (13/11/2025).
Data ini menjadi salah satu penentu arah kebijakan The Fed, pergerakan dolar AS, hingga sentimen aset berisiko seperti IHSG, SBN, dan emas.
Inflasi AS pada September sebelumnya melandai ke 3,0% baik untuk headline maupun core CPI, memberi sinyal pendinginan harga. Konsensus memperkirakan inflasi Oktober tetap stabil di level yang sama. Ada dua kemungkinan besar.
Jika inflasi tetap di 3,0% atau bahkan turun ke 2,9%, pasar berharap The Fed akan memangkas suku bunga lagi pada Desember 2025. Dolar AS bisa melemah, yield US Treasury turun, dan aset berisiko di negara berkembang termasuk rupiah dan IHSG berpotensi menguat.
Namun, jika inflasi naik kembali ke 3,1-3,2%, pasar akan khawatir The Fed masih akan menahan pemangkasan. Dolar AS berpotensi melonjak, yield Treasury meningkat, dan Rupiah bisa kembali tertekan di kisaran 16.500-17.000 per dolar AS.
China Industrial Production YoY & China Retail Sales YoY
Menuju akhir pekan, perhatian beralih ke data ekonomi China. Jumat pagi (14/11/2025) akan dirilis angka produksi industri Oktober, indikator penting untuk mengukur kekuatan sektor manufaktur.
Pada September, data ini melonjak 6,5% YoY di atas perkiraan 5,0%. Namun untuk Oktober, pasar memperkirakan perlambatan ke 5,6%. Jika hasilnya tetap kuat di atas 6%, ini menjadi sinyal positif bagi permintaan global, terutama untuk bahan baku seperti batu bara, nikel, dan logam dasar, komoditas unggulan Indonesia. Sebaliknya, jika data melemah, harga komoditas berisiko terkoreksi, yang dapat menekan kinerja emiten sektor tambang di IHSG.
Masih dari China, data penjualan ritel Oktober akan dirilis bersamaan. Berbeda dengan produksi industri yang mewakili sisi pasokan, data ini menunjukkan kekuatan konsumsi domestik masyarakat China.
Pada September, penjualan ritel hanya tumbuh 3,0% YoY terlemah dalam hampir satu tahun terakhir. Ini menandakan konsumen masih menahan belanja di tengah ketidakpastian ekonomi. Jika tren lemah ini berlanjut, berarti pemulihan ekonomi China masih timpang: pabrik berproduksi, tapi daya beli belum bangkit.
Penjualan Mobil dan Motor Indonesia
Penjualan mobil baru di Indonesia sepanjang Januari-Oktober 2025 tercatat sebanyak 635.844 unit, turun sekitar 10,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai lebih dari 711 ribu unit. Penurunan ini mencerminkan tekanan pada daya beli masyarakat sekaligus dampak kebijakan fiskal yang memengaruhi harga kendaraan.
Di sisi lain, penjualan sepeda motor justru menunjukkan tren positif. Berdasarkan data terbaru, penjualan motor meningkat 8,4% secara tahunan menjadi 590.362 unit pada Oktober 2025, setelah tumbuh 7,3% di September. Ini menandai bulan ketiga berturut-turut dengan kenaikan tahunan, seiring dengan pemangkasan suku bunga sebesar 150 bps oleh bank sentral sejak September 2024.
Secara kumulatif, penjualan sepeda motor untuk sepuluh bulan pertama 2025 naik tipis 0,2% dibanding periode sama tahun lalu. Secara bulanan, penjualan motor juga naik 4,1% di Oktober, bangkit dari penurunan 1,9% di September.
IHK China Naik
Minggu pekan lalu (9/11/2025), China mengumumkan data Indeks Harga Konsumen (IHK).
Indeks Harga konsumen (IHK) China naik 0,2% secara tahunan (yoy) pada Oktober 2025, melampaui ekspektasi dan tidak ada perubahan dan bangkit dari penurunan 0,3% pada bulan sebelumnya. Ini merupakan kenaikan pertama inflasi konsumen sejak Juni dan laju tercepat sejak Januari.
Inflasi non-makanan meningkat (0,9% dibanding 0,7% di September), didorong oleh perluasan program tukar tambah konsumen dan peningkatan belanja liburan selama Golden Week, yang keduanya membantu mendorong permintaan domestik. Harga terus meningkat untuk sektor perumahan (0,1% vs 0,1%), pakaian (1,7% vs 1,7%), kesehatan (1,4% vs 1,1%), dan pendidikan (0,9% vs 0,8%). Sementara itu, biaya transportasi turun dengan laju lebih lambat (-1,5% vs -2,0%).
Kenaikan IHK ini diharapkan bisa mencerminkan kebangkitan konsumsi warga China yang akan berimbas kepada ekonomi mereka.
Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Laporan Survei Konsumen Oktober 2025
-
Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR dengan antara lain Menteri Perdagangan, CEO Danantara Indonesia, dan Direktur Utama Krakatau Steel membahas industri baja nasional di ruang rapat Komisi VI DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Kota Jakarta Pusat
-
Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR dengan Dirjen KPAII dan Dirjen ILMATE Kementerian Perindustrian serta Satgas CS-137 membahas kontaminasi radioaktif CS-137 di kawasan Industri Cikande, Serang, Banten
-
Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR dengan BKSJI Kementerian Perindustrian dan Dirut PT Tirta Investama dan perusahaan Air Minum dalam Kemasan (AMDK) lain membahas Standardisasi Bahan Baku AMDK di ruang rapat Komisi VII DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Kota Jakarta Pusat
-
OJK akan menyelenggarakan kegiatan Edukasi Keuangan bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) sekaligus memperingati Hari Pahlawan Tahun 2025 di Puri Ardhya Garini, Kota Jakarta Timur.
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
- Tanggal akhir perdagangan waran pasar reguler dan negosiasi PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP)
-
RUPS Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)
-
RUPS PT Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI)
-
RUPS PT Futura Energi Global Tbk (FUTR)
-
RUPS PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA)
-
RUPS PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk (PORT)
-
Tanggal Pembayaran Dividen Tunai Interim PT Formosa Ingredient Factory Tbk (BOBA)
-
Tanggal DPS Dividen Tunai Interim PT Multipolar Technology Tbk
-
Tanggal DPS Dividen Tunai Interim PT Segar Kumala Indonesia Tbk
-
Tanggal DPS Dividen Tunai Interim PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk
-
Tanggal cum Dividen Tunai Interim PT Triputra Agro Persada Tbk (TPAG)
-
Tanggal cum Dividen Tunai Interim PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA)
-
Tanggal cum Dividen Tunai Interim PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)
-
Tanggal cum Dividen Tunai Interim PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.