Newsletter

Buka-Bukaan! Kemampuan Belanja Warga RI, AS & China Diadu Pekan Ini

Emanuella Bungasmara Ega Tirta,  CNBC Indonesia
10 November 2025 05:57
Foto kolase bendera Amerika Serikat dan China. IREUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)
Foto: Foto kolase bendera Amerika Serikat dan China. IREUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)

Pekan ini pasar global dan domestik bersiap menghadapi periode yang padat data ekonomi. Setelah minggu lalu relatif tenang, bursa, obligasi, dan nilai tukar berpotensi bergerak dinamis akibat rilis penting dari Amerika Serikat, China, dan Jepang.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) juga akan merilis dua data yang mencerminkan kekuatan konsumsi masyarakat. Sorotan utama tetap tertuju pada inflasi Amerika Serikat yang akan keluar Kamis malam, penentu arah kebijakan The Fed berikutnya. Sementara pada Jumat, data dari China akan menjadi barometer utama apakah pemulihan ekonomi negara itu benar-benar berlanjut atau mulai kehilangan tenaga.

Mayoritas data yang dirilis pekan ini adalah terkait penjualan ritel dan inflasi yang terkait dengan kemampuan daya beli. Setelah China mengumumkan data inflasi di luar dugaan pekan lalu maka pekan ini terdapat rilis sejumlah penjualan dari Indonesia ataupun IHK dari Amerika Serikat.

Awal pekan ini dibuka dengan rilis data penting dari dalam negeri.

Bank Indonesia (BI) dijadwalkan mengumumkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2025 hari ini Senin, (10/11/2025) yang mencerminkan tingkat optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi enam bulan ke depan.

Ini akan menjadi perhatian utama pelaku pasar karena berfungsi sebagai indikator awal untuk mengukur arah konsumsi rumah tangga komponen terbesar penyumbang PDB nasional. Pada September 2025, IKK tercatat di level 115,0, turun dari 117,2 di bulan sebelumnya. Meski masih berada di zona optimis (di atas 100), tren penurunan ini mengindikasikan munculnya kekhawatiran di kalangan konsumen.

Jika IKK Oktober kembali melemah hingga mendekati atau bahkan di bawah 110, pasar akan menafsirkan hal itu sebagai sinyal bahwa tekanan terhadap daya beli masyarakat semakin nyata. Inflasi, harga pangan yang belum turun, serta kebijakan suku bunga tinggi BI-Rate bisa menjadi faktor utama yang menekan konsumsi. Dampaknya, sektor-sektor seperti barang konsumsi, ritel, dan otomotif di IHSG berpotensi tertekan.

Namun, jika IKK justru menguat, ini bisa menjadi kabar baik bagi pasar di awal pekan. Kenaikan indeks akan menandakan bahwa keyakinan masyarakat terhadap ekonomi mulai pulih di kuartal IV, memberikan harapan bahwa konsumsi domestik masih mampu menjadi penopang utama pertumbuhan.

Laporan Survei Penjualan Eceran September 2025

Pada Selasa (11/11/2025), publik akan menantikan data kerasnya Indeks Penjualan Riil (IPR) untuk September 2025. Angka ini akan menjadi ujian penting bagi kekuatan konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi penopang utama ekonomi nasional.

Bulan lalu, BI memperkirakan penjualan eceran tumbuh solid 5,8% YoY lonjakan besar dibandingkan realisasi Agustus yang hanya 3,5%.

Jika realisasi IPR kali ini mampu memenuhi atau bahkan melampaui ekspektasi itu, pasar berpotensi bereaksi positif. Artinya, pelemahan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di September belum berimbas signifikan terhadap penjualan di lapangan. Sebaliknya, jika hasilnya meleset jauh di bawah 4%, pasar bisa menilai BI terlalu optimistis. Ini menandakan tekanan pada daya beli masyarakat semakin nyata. BI pun akan berada di posisi dilematis: menjaga stabilitas Rupiah di tengah konsumsi yang mulai melemah.

Inflasi Amerika Serikat

Inilah data paling ditunggu pekan ini. Dari Negeri Paman Sam, pada Kamis malam, pasar global akan menanti rilis Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat untuk Oktober pada Kamis (13/11/2025).

Data ini menjadi salah satu penentu arah kebijakan The Fed, pergerakan dolar AS, hingga sentimen aset berisiko seperti IHSG, SBN, dan emas.

Inflasi AS pada September sebelumnya melandai ke 3,0% baik untuk headline maupun core CPI, memberi sinyal pendinginan harga. Konsensus memperkirakan inflasi Oktober tetap stabil di level yang sama. Ada dua kemungkinan besar.

Jika inflasi tetap di 3,0% atau bahkan turun ke 2,9%, pasar berharap The Fed akan memangkas suku bunga lagi pada Desember 2025. Dolar AS bisa melemah, yield US Treasury turun, dan aset berisiko di negara berkembang termasuk rupiah dan IHSG berpotensi menguat.

Namun, jika inflasi naik kembali ke 3,1-3,2%, pasar akan khawatir The Fed masih akan menahan pemangkasan. Dolar AS berpotensi melonjak, yield Treasury meningkat, dan Rupiah bisa kembali tertekan di kisaran 16.500-17.000 per dolar AS.

China Industrial Production YoY & China Retail Sales YoY 

Menuju akhir pekan, perhatian beralih ke data ekonomi China. Jumat pagi (14/11/2025) akan dirilis angka produksi industri Oktober, indikator penting untuk mengukur kekuatan sektor manufaktur.

Pada September, data ini melonjak 6,5% YoY di atas perkiraan 5,0%. Namun untuk Oktober, pasar memperkirakan perlambatan ke 5,6%. Jika hasilnya tetap kuat di atas 6%, ini menjadi sinyal positif bagi permintaan global, terutama untuk bahan baku seperti batu bara, nikel, dan logam dasar, komoditas unggulan Indonesia. Sebaliknya, jika data melemah, harga komoditas berisiko terkoreksi, yang dapat menekan kinerja emiten sektor tambang di IHSG.

Masih dari China, data penjualan ritel Oktober akan dirilis bersamaan. Berbeda dengan produksi industri yang mewakili sisi pasokan, data ini menunjukkan kekuatan konsumsi domestik masyarakat China.

Pada September, penjualan ritel hanya tumbuh 3,0% YoY terlemah dalam hampir satu tahun terakhir. Ini menandakan konsumen masih menahan belanja di tengah ketidakpastian ekonomi. Jika tren lemah ini berlanjut, berarti pemulihan ekonomi China masih timpang: pabrik berproduksi, tapi daya beli belum bangkit.

Penjualan Mobil dan Motor Indonesia

Penjualan mobil baru di Indonesia sepanjang Januari-Oktober 2025 tercatat sebanyak 635.844 unit, turun sekitar 10,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai lebih dari 711 ribu unit. Penurunan ini mencerminkan tekanan pada daya beli masyarakat sekaligus dampak kebijakan fiskal yang memengaruhi harga kendaraan.

Di sisi lain, penjualan sepeda motor justru menunjukkan tren positif. Berdasarkan data terbaru, penjualan motor meningkat 8,4% secara tahunan menjadi 590.362 unit pada Oktober 2025, setelah tumbuh 7,3% di September. Ini menandai bulan ketiga berturut-turut dengan kenaikan tahunan, seiring dengan pemangkasan suku bunga sebesar 150 bps oleh bank sentral sejak September 2024.

Secara kumulatif, penjualan sepeda motor untuk sepuluh bulan pertama 2025 naik tipis 0,2% dibanding periode sama tahun lalu. Secara bulanan, penjualan motor juga naik 4,1% di Oktober, bangkit dari penurunan 1,9% di September.

IHK China Naik

Minggu pekan lalu (9/11/2025), China mengumumkan data Indeks Harga Konsumen (IHK).

Indeks Harga konsumen (IHK) China naik 0,2% secara tahunan (yoy) pada Oktober 2025, melampaui ekspektasi dan tidak ada perubahan dan bangkit dari penurunan 0,3% pada bulan sebelumnya. Ini merupakan kenaikan pertama inflasi konsumen sejak Juni dan laju tercepat sejak Januari.

Inflasi non-makanan meningkat (0,9% dibanding 0,7% di September), didorong oleh perluasan program tukar tambah konsumen dan peningkatan belanja liburan selama Golden Week, yang keduanya membantu mendorong permintaan domestik. Harga terus meningkat untuk sektor perumahan (0,1% vs 0,1%), pakaian (1,7% vs 1,7%), kesehatan (1,4% vs 1,1%), dan pendidikan (0,9% vs 0,8%). Sementara itu, biaya transportasi turun dengan laju lebih lambat (-1,5% vs -2,0%).

Kenaikan IHK ini diharapkan bisa mencerminkan kebangkitan konsumsi warga China yang akan berimbas kepada ekonomi mereka.

(emb/emb)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular