Newsletter

The Fed Day is Coming! Investor Was-Was Pemerintah Tetap Bilang Aman

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
29 October 2025 06:15
Analis Optimis Bluechips Mentereng di 2025, ini Target Harganya
Foto: Infografis/ Analis Optimis Bluechips Mentereng di 2025, ini Target Harganya/Aristya Rahadian K
  • Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam, IHSG melemah sementara rupiah menguat
  • Wall Street pesta pora, market cap Apple tembus US$ 4 triliun
  • Keputusan bunga The Fed dan kebijakan pemerintah akan menjadi penggerak sentimen hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua hari perdagangan pekan ini bukanlah perdagangan yang cukup baik bagi pasar saham Tanah Air. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih melemah tetapi rupiah menguat.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah usai kabar kurang baik dari Morgan Stanley Capital International (MSCI) yang tengah mengkaji perhitungan float Indonesia yang berpotensi membuat nilai free float lebih kecil hingga penurunan bobot indeks Indonesia, sehingga mendorong kaburnya investor asing. Sementara pergerakan rupiah terhadap dolar AS berhasil menguat.

Akan tetapi, usai penurunan dua hari beruntun, IHSG diperkirakan akan mulai rebound hari ini mengingat penantian kabar baik dari bank sentral Amerika Serikat (AS) yang akan segera rilis.

Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.

Pada perdagangan kemarin, Selasa (28/10/2025), IHSG ditutup melemah 0,30% di level 8.092,63. Penutupan ini berhasil mendorong IHSG meninggalkan level psikologis US$8.100.

Nilai transaksi mencapai Rp 19,72 triliun. Sebanyak 29,26 miliar saham berpindah tangan dalam 2,29 juta kali transaksi.

Mengutip Refinitiv, sektor energi turun paling dalam, yakni -1,68% dan diikuti oleh konsumer primer -1,5% serta bahan baku -1,06%.

Sebaliknya sektor properti menjulang naik 2,65%. Begitu pula dengan kesehatan dan konsumern non-primer yang masing-masing naik 2,17% dan 1,73%.

Ada tiga saham yang menjadi pemberat utama indeks. Pertama, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) menyeret indeks turun dengan bobot -17,03 indeks poin.

Emiten grup Sinar Mas ini masih melanjutkan koreksi dengan penurunan -4,98% ke level 84.375 pada perdagangan kemarin.

Kemudian saham PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang dalam sepekan terakhir menguat, tampaknya mulai terjadi aksi profit taking. Astra mengalami koreksi 4,17% ke level 6.325, setelah sepekan sebelumnya naik lebih dari 5%.

ASII berkontribusi -12,24 indeks poin terhadap pelemahan IHSG kemarin.

Lalu saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) tercatat menjadi beban sebesar -10,22 indeks poin. Saham emiten terafiliasi Salim ini turun 4,51% ke level 6.875.

Pada perdagangan kemarin investor tampaknya masih wait and see setelah IHSG ambruk pada perdagangan sebelumnya di hari Senin. Sebagaimana diketahui, sejumlah saham tersengat sentimen negatif dari isu mengenai aturan baru free float indeks MSCI.

Apabila hal tersebut benar, maka sejumlah saham terancam didepak dari MSCI. Saham-saham Prajogo Pangestu terdampak signifikan.

Sementara itu sepanjang perdagangan intraday, investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (net sell) sebanyak Rp470,3 miliar di seluruh pasar. Rinciannya, sebesar Rp4,3 triliun foreign sell dan Rp3,8 triliun foreign buy.

Terdapat beberapa saham yang paling banyak dilepas asing, seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Rp 158,4 miliar, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Rp 101,3 miliar, dan PT Astra International Tbk (ASII) Rp 57,1 miliar.

Lalu saham-saham yang mencetak net buy terbesar adalah PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) Rp 64,9 miliar, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) Rp 41,1 miliar, dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) Rp 38,7 miliar.

Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah berbalik menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di penutupan perdagangan, Selasa (28/10/2025).

Merujuk data Refinitiv, pada perdagangan hari ini, Selasa (28/10/2025), rupiah berhasil ditutup pada zona penguatan. Rupiah terapresiasi 0,06% ke posisi Rp16.600/US$. Setelah, dibuka stagnan di level Rp16.610/US$ pada awal perdagangan.

Pergerakan rupiah sejalan dengan penantian pelaku pasar akan hasil pembicaraan dagang AS dengan China serta keputusan kebijakan moneter terbaru dari Federal Reserve (The Fed).

Ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan berlangsung hari ini dan akan diumumkan pada Kamis (30/10/2025), membuat dolar AS berada dalam tekanan.

Namun, investor tetap berhati-hati lantaran kemungkinan hasil kesepakatan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut masih belum pasti.

Vasu Menon, Managing Director Investment Strategy di OCBC, menilai bahwa kesepakatan sempurna mungkin belum akan tercapai.

Dari pasar obligasi, imbal hasil SUrat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun melandai ke 6,00% pada perdagangan kemarin, dari 6,005% pada hari sebelumnya. Imbal hasil yang melandai menandai harga SBN sedang menguat karena dicari investor.

Dari pasar saham Amerika Serikat (AS0, bursa Wall Street kompak menguat pada perdagangan Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia.

Saham-saham di Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi pada perdagangan Selasa, seiring investor semakin agresif masuk ke saham bertema kecerdasan buatan (AI), satu hari sebelum The Federal Reserve mengumumkan keputusan suku bunganya.

Indeks S&P 500 naik 0,23% dan ditutup pada level 6.890,89. Bahkan, indeks acuan tersebut sempat menembus level 6.900 untuk pertama kalinya dalam perdagangan intraday.

Nasdaq Composite menguat 0,80% menjadi 23.827,49, sementara Dow Jones Industrial Average menanjak 161,78 poin atau 0,34%, berakhir di 47.706,37.

Selain mencetak rekor penutupan, Nasdaq yang sarat teknologi dan Dow yang berisi 30 saham unggulan juga menorehkan rekor intraday bersama S&P 500.

Kenaikan pasar dipimpin oleh Nvidia, yang melonjak sekitar 5% dan kembali mencetak rekor baru.

Raksasa chip AI itu mengumumkan beberapa kolaborasi di konferensi GTC, termasuk kemitraan dengan perusahaan asal Finlandia, Nokia. Nvidia akan mengambil kepemilikan senilai US$ 1 miliar di Nokia, yang akan menggunakan dana tersebut untuk mendukung rencana pengembangan AI. Saham chip dan teknologi terkait AI lainnya seperti Broadcom juga turut terdorong naik.

Microsoft naik sekitar 2% menjelang laporan kinerja yang akan dirilis Rabu setelah penutupan pasar. Saham tersebut, bersama Apple, sempat menembus valuasi US$ 4 triliun dalam perdagangan Selasa.

Pada hari yang sama, OpenAI mengumumkan bahwa proses rekapitalisasinya telah selesai. Langkah ini akan memberikan keuntungan besar bagi Microsoft yang memegang sekitar 27% dari entitas for-profit OpenAI Group PBC.

Selain Microsoft dan Apple, sejumlah anggota "Magnificent Seven" lain seperti Alphabet, Amazon, dan Meta Platforms dijadwalkan merilis kinerjanya pekan ini.

Kelima raksasa teknologi tersebut mewakili sekitar seperempat dari total nilai kapitalisasi S&P 500. Sejauh ini, musim laporan keuangan dianggap berjalan sangat positif. Menurut data FactSet, sekitar sepertiga perusahaan S&P 500 telah melaporkan kinerja, dengan 83% di antaranya melampaui ekspektasi laba.

"Valuasi memang sudah cukup tinggi secara historis, dan kita mungkin sudah menerima semua dukungan yang bisa diberikan The Fed tanpa ada hal buruk yang terjadi," ujar Mike Dickson dari Horizon Investments kepada CNBC.

The Fed diperkirakan kembali memangkas suku bunga acuannya untuk kedua kalinya pada tahun 2025 dalam pertemuan hari ini. Investor juga berharap ada sinyal bahwa pemangkasan lanjutan dapat dilakukan pada pertemuan terakhir tahun ini di bulan Desember.

 

Sentimen investor juga didorong oleh meredanya ketegangan antara AS dan China jelang pertemuan yang dinantikan antara Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada Kamis.

Trump mengatakan kedua negara diperkirakan akan "membawa pulang" kesepakatan dagang, yang dapat mencakup pembahasan mengenai pembatasan ekspor mineral tanah jarang China, pembelian kedelai, dan isu TikTok.

The Wall Street Journal melaporkan bahwa tarif barang impor dari China dapat diturunkan jika Beijing memperketat ekspor bahan kimia untuk produksi fentanyl.

Usai penurunan selama dua hari beruntun, diperkirakan IHSG akan berpeluang rebound hari ini, mengingat penurunan pada perdagangan kemarin sudah lebih kecil dibandingkan hari sebelumnya. Dimana Senin (27/10/2025), IHSG terjun 1,87%, sementara pada Selasa (28/10/2025) IHSG terkoreksi 0,30%.

Jelang keputusan suku bunga bank sentral yang optimis akan terjadi pemangkasan, diperkirakan akan mendorong apreasiasi pasar saham Tanah Air. Apalagi Menteri Keuangan Republik Indonesia Purbaya Yudhi Sadewa juga optimis IHSG akan menembus 9.000 hingga akhir tahun.

Purbaya Optimis IHSG Capai 9.000 Akhir Tahun

Menteri Keuangan Republik Indonesia Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan Indeks Harga Saham Gabungan akan tembus 9.000 pada akhir tahun ini. Bahkan dirinya memprediksi indeks acuan utama bursa domestik tersebut juga akan mencapai level 32.000.

Purbaya mengungkapkan bahwa para pelaku pasar akan menganalisa perkataan serta kebijakan yang diambil dirinya, dan hal tersebut akan terlihat dan diimplementasikan dalam bentuk posisi pelaku pasar di portofolio yang mereka miliki.

Mantan Ketua LPS tersebut juga tidak menafikan adanya 'saham gorengan' yang dapat mengganggu kinerja indeks dalam jangka panjang, karena kenaikan artifisial. Namun, mengaku masih optimis karena masih ada banyak saham fundamental bagus dengan kapitalisasi pasar besar.

"Makanya indeks bisa naik ke atas. Kalau ditanya ke Saya (IHSG) bagaimana? To the moon saya bilang," ungkap Purbaya dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Dirinya bahkan memprediksi IHSG dapat tembus 32.000 dalam sepuluh tahun ke depan.

"Orang bilang saya bohong ngomong sembarangan tapi itu berdasarkan dari pengalaman 20-30 tahun terakhir," ujar Purbaya.

Dirinya menjelaskan pada mula awal siklus bisnis sampai ke akhir siklus bisnis, indeks dapat tumbuh empat hingga lima kali dan mengaku siklus tersebut akan terjadi berulang terus. Purbaya percaya behavioral system tidak berubah sehingga angka tersebut dapat tercapai.

"Jadi saya (tidak) tebak-tebak manggis, bukan bertapa, itu hitungan ekonomi yang ada persamaan matematika," ujar Purbaya.

Lebih lanjut terkait prediksi kenaikan IHSG yang fantastis, Purbaya menyebut dengan pendekatan ekonomi hal yang terasa mustahil dapat saja terjadi.

"Ilmu ekonomi adalah ilmu yang menarik. Kalau Anda pelajari dengan baik, Anda bisa mencapai level yang tadi yang tinggi sekali yang seolah-olah mendekati dukun," jelas Purbaya.

RI Bakal Punya BBM Baru B50

Pemerintah berencana menerapkan mandatori pencampuran biodiesel 50% (B50) pada Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar pada 2026. Kebijakan tersebut meningkat dari kebijakan yang diterapkan pada saat ini yakni sebesar 40% atau B40.

Kebijakan B50 ini artinya kandungan biodiesel - atau dalam hal ini Fatty Acid Methyl Ester (FAME) berbasis minyak sawit (Crude Palm Oil/ CPO) - dalam setiap 1 liter BBM Solar mencapai 50%.

Bila kandungan biodiesel ditingkatkan menjadi B50, maka artinya kebutuhan pasokan CPO untuk diolah menjadi biodiesel tersebut juga akan meningkat. Lantas, dari mana sumber peningkatan CPO tersebut? Berapa besar kebutuhan CPO untuk kebijakan B50 pada tahun depan tersebut.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut, salah satu opsi strategi untuk pemenuhan kebutuhan CPO sebagai bahan baku untuk program biodiesel tersebut adalah dengan mengurangi jumlah ekspor CPO.

"Ini kan persoalannya adalah kalau kita memakai B50, tinggal ekspor (CPO) kita yang kita kurangi, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," katanya di sela acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Tidak hanya itu, alternatif strategi lain yang akan dipertimbangkan oleh pihaknya adalah dengan membuat Domestic Market Obligation (DMO) untuk CPO. Kemudian, dengan meningkatkan produksi CPO. Terakhir, dengan membuka lahan sawit baru untuk menunjang produksi CPO.

Bersiap Terima Kabar dari The Fed

Bank sentral AS, The Federal Reserve akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Investor memperkirakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps ke kisaran 3,75% hingga 4%, menurut perangkat FedWatch CME Group, yang memperkirakan perubahan suku bunga berdasarkan data perdagangan berjangka dana acuan.

Hal ini akan menandai level terendah suku bunga acuan sejak Desember 2022. The Fed memangkas suku bunga acuan pada bulan September untuk pertama kalinya sejak Desember 2024.

Saat ini, perekonomian AS menghadapi situasi langka di mana inflasi dan pasar tenaga kerja memburuk secara bersamaan, yang menimbulkan dilema bagi The Fed tentang masalah mana yang harus ditangani terlebih dahulu.

Para pejabat berbeda pendapat tentang pendekatan apa yang harus diambil. Beberapa pihak menganjurkan pemotongan suku bunga lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang, sementara pihak lain memandang inflasi sebagai ancaman yang lebih besar dan ingin mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:

  •  Neraca Perdagangan Barang AS September 2025
  •  Konferensi pers perkembangan update relokasi, dekontaminasi, dan kesiapan penanganan di Surabaya bertempat di Ruang Rapat Utama Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta Pusat
  •  Konferensi pers virtual Bank Syariah Indonesia terkait kinerja kuartal III tahun 2025
  •  Konferensi pers virtual RUPSLB PT Bursa Efek Indonesia
  •  Pengumuman keputusan The Fed

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Tanggal akhir perdagangan waran pasar tunai PT PT MNC Energy Investments Tbk
  • RUPS Atlas Resources Tbk (ARII)
  • RUPS Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG)
  • RUPS PT Semen Baturaja Tbk (SMBR)
  • RUPS PT Timah Tbk (TINS)
  • Tanggal ex Dividen Tunai Interim Darya-Varia Laboratoria Tbk

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular