The Fed Day is Coming! Investor Was-Was Pemerintah Tetap Bilang Aman
Usai penurunan selama dua hari beruntun, diperkirakan IHSG akan berpeluang rebound hari ini, mengingat penurunan pada perdagangan kemarin sudah lebih kecil dibandingkan hari sebelumnya. Dimana Senin (27/10/2025), IHSG terjun 1,87%, sementara pada Selasa (28/10/2025) IHSG terkoreksi 0,30%.
Jelang keputusan suku bunga bank sentral yang optimis akan terjadi pemangkasan, diperkirakan akan mendorong apreasiasi pasar saham Tanah Air. Apalagi Menteri Keuangan Republik Indonesia Purbaya Yudhi Sadewa juga optimis IHSG akan menembus 9.000 hingga akhir tahun.
Purbaya Optimis IHSG Capai 9.000 Akhir Tahun
Menteri Keuangan Republik Indonesia Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan Indeks Harga Saham Gabungan akan tembus 9.000 pada akhir tahun ini. Bahkan dirinya memprediksi indeks acuan utama bursa domestik tersebut juga akan mencapai level 32.000.
Purbaya mengungkapkan bahwa para pelaku pasar akan menganalisa perkataan serta kebijakan yang diambil dirinya, dan hal tersebut akan terlihat dan diimplementasikan dalam bentuk posisi pelaku pasar di portofolio yang mereka miliki.
Mantan Ketua LPS tersebut juga tidak menafikan adanya 'saham gorengan' yang dapat mengganggu kinerja indeks dalam jangka panjang, karena kenaikan artifisial. Namun, mengaku masih optimis karena masih ada banyak saham fundamental bagus dengan kapitalisasi pasar besar.
"Makanya indeks bisa naik ke atas. Kalau ditanya ke Saya (IHSG) bagaimana? To the moon saya bilang," ungkap Purbaya dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Dirinya bahkan memprediksi IHSG dapat tembus 32.000 dalam sepuluh tahun ke depan.
"Orang bilang saya bohong ngomong sembarangan tapi itu berdasarkan dari pengalaman 20-30 tahun terakhir," ujar Purbaya.
Dirinya menjelaskan pada mula awal siklus bisnis sampai ke akhir siklus bisnis, indeks dapat tumbuh empat hingga lima kali dan mengaku siklus tersebut akan terjadi berulang terus. Purbaya percaya behavioral system tidak berubah sehingga angka tersebut dapat tercapai.
"Jadi saya (tidak) tebak-tebak manggis, bukan bertapa, itu hitungan ekonomi yang ada persamaan matematika," ujar Purbaya.
Lebih lanjut terkait prediksi kenaikan IHSG yang fantastis, Purbaya menyebut dengan pendekatan ekonomi hal yang terasa mustahil dapat saja terjadi.
"Ilmu ekonomi adalah ilmu yang menarik. Kalau Anda pelajari dengan baik, Anda bisa mencapai level yang tadi yang tinggi sekali yang seolah-olah mendekati dukun," jelas Purbaya.
RI Bakal Punya BBM Baru B50
Pemerintah berencana menerapkan mandatori pencampuran biodiesel 50% (B50) pada Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar pada 2026. Kebijakan tersebut meningkat dari kebijakan yang diterapkan pada saat ini yakni sebesar 40% atau B40.
Kebijakan B50 ini artinya kandungan biodiesel - atau dalam hal ini Fatty Acid Methyl Ester (FAME) berbasis minyak sawit (Crude Palm Oil/ CPO) - dalam setiap 1 liter BBM Solar mencapai 50%.
Bila kandungan biodiesel ditingkatkan menjadi B50, maka artinya kebutuhan pasokan CPO untuk diolah menjadi biodiesel tersebut juga akan meningkat. Lantas, dari mana sumber peningkatan CPO tersebut? Berapa besar kebutuhan CPO untuk kebijakan B50 pada tahun depan tersebut.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut, salah satu opsi strategi untuk pemenuhan kebutuhan CPO sebagai bahan baku untuk program biodiesel tersebut adalah dengan mengurangi jumlah ekspor CPO.
"Ini kan persoalannya adalah kalau kita memakai B50, tinggal ekspor (CPO) kita yang kita kurangi, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," katanya di sela acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Tidak hanya itu, alternatif strategi lain yang akan dipertimbangkan oleh pihaknya adalah dengan membuat Domestic Market Obligation (DMO) untuk CPO. Kemudian, dengan meningkatkan produksi CPO. Terakhir, dengan membuka lahan sawit baru untuk menunjang produksi CPO.
Bersiap Terima Kabar dari The Fed
Bank sentral AS, The Federal Reserve akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Investor memperkirakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps ke kisaran 3,75% hingga 4%, menurut perangkat FedWatch CME Group, yang memperkirakan perubahan suku bunga berdasarkan data perdagangan berjangka dana acuan.
Hal ini akan menandai level terendah suku bunga acuan sejak Desember 2022. The Fed memangkas suku bunga acuan pada bulan September untuk pertama kalinya sejak Desember 2024.
Saat ini, perekonomian AS menghadapi situasi langka di mana inflasi dan pasar tenaga kerja memburuk secara bersamaan, yang menimbulkan dilema bagi The Fed tentang masalah mana yang harus ditangani terlebih dahulu.
Para pejabat berbeda pendapat tentang pendekatan apa yang harus diambil. Beberapa pihak menganjurkan pemotongan suku bunga lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang, sementara pihak lain memandang inflasi sebagai ancaman yang lebih besar dan ingin mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.