MARKET DATA
Newsletter

Titik Balik Dunia: Keputusan The Fed Pekan Ini Bisa Ubah Segalanya

Emanuella Bungasmara Ega Tirta,  CNBC Indonesia
08 December 2025 06:10
Infografis: Testimoni bos the fed lambungkan bursa wall street
Foto: Infografis/Testimoni bos the fed lambungkan bursa wall street/Aristra Rahadian Krisabella
  • Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam pada perdagangan akhir pekan lalu, IHSG melemah tetapi rupiah menguat
  • Wall Street pesta di tengah optimisme pemangkasan suku bunga
  • Keputusan The Fed serta data ekonomi China dan dalam negeri akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta,CNBC Indonesia- Pasar keuangan dalam negeri ditutup beragam pada pekan lalu. Bursa saham merah tetapi rupiah menguat.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan volatile pada pekan ini menjelang keputusan penting dari bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Selengkapnya mengenai proyeksi sentimen pasar keuangan Indonesia pada hari ini dan sepanjang pekan ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada Jumat (5/12/2025) usai mencetak rekor pada perdagangan hari sebelumnya.

Indeks terkoreksi 7,43 poin atau turun tipis 0,09% ke level8.632,76 pada penutupan perdagangan sesi kedua.

Nilai transaksi pada Jumat mencapai Rp20,45 triliun, melibatkan48,21 saham dalam2,55 juta kali transaksi.

Sebanyak 362 saham naik,293 tidak bergerak, dan146 turun. Kapitalisasi pasar pun merangkak naik menjadi Rp15.873 triliun.

Mayoritas sektor perdagangan bergerak di zona hijau, dengan penguatan terbesar dicatatkan oleh sektor utilitas dan konsumer non primer. Sementara itu sektor kesehatan, energi dan konsumer primer tercatat mengalami koreksi

Beralih ke pasar valuta asing, nilai tukar rupiah berhasil menguat dari dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (5/12/2025), seiring rilis cadangan devisa terbaru Bank Indonesia (BI).

Merujuk data Refinitiv, rupiah berhasil menguat 0,03% atau terapresiasi ke posisi Rp16.635/US$ pada penutupan perdagangan terakhir pekan ini. Sepanjang perdagangan, rupiah bergerak di rentang level Rp16.635-Rp16.665per US$.

BI melaporkan cadangan devisa November 2025 sebesar US$150,1 miliar, naik dari US$149,9 miliar pada Oktober. Kenaikan ini ditopang penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, di tengah upaya stabilisasi nilai tukar rupiah.

Penguatan rupiah turut didukung oleh melemahnya dolar AS di pasar global. DXY tengah melemah hingga menyentuh level terendahnya dalam lima pekan. Pelaku pasar semakin yakin bahwa bank sentral AS (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan FOMC pekan depan.

Di pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) stagnan di 6,19% pada perdagangan terakhir pekan lalu. Imbal hasil ada di level terendah sejak 16 November 2025 menandai SBN tengah diburu investor sehingga harga naik dan imbal hasil melandai.

Bursa saham Amerika Serikat Wall Street pesta pora akhir pekan lalu di tengah optimisme pemangkasan suku bunga The Fed.

Indeks S&P naik 0,19% di level 6.870,40, atau sekitar 0,7% dari rekor intraday-nya. Jumat juga menandai sesi positif ke-9 dari 10 hari terakhir. Nasdaq menguat 0,31% menjadi 23.578,13, sementara Dow Jones Industrial Average menanjak 104,05 poin atau 0,22% ke posisi 47.954,99.

Pasar mencerna sejumlah rilis ekonomi terbaru pada Jumat. Departemen Perdagangan menyampaikan bahwa indeks harga pengeluaran konsumsi personal inti (core PCE) untuk bulan September menunjukkan laju tahunan 2,8%, lebih rendah dari estimasi Dow Jones sebesar 2,9%. Kenaikan bulanan core PCE sebesar 0,2% sesuai ekspektasi, begitu pula pembacaan inflasi bulanan dan tahunan untuk headline PCE.

Pada Jumat, survei konsumen University of Michigan yang memberikan gambaran tentang sentimen dan pandangan inflasi jangka pendek maupun panjang juga menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari perkiraan untuk bulan Desember.

 

Laporan PCE, yang menjadi indikator inflasi utama bagi The Fed, memberikan pandangan akhir terkait inflasi sebelum pemungutan suara suku bunga pada Rabu pekan ini.

Dengan inflasi yang cenderung jinak, perhatian kini lebih tertuju pada pasar tenaga kerja setelah beberapa laporan terakhir menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Investor berharap hal ini akan mendorong bank sentral untuk menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ketika keputusan diumumkan Rabu nanti.

Para trader kini memperkirakan 87% peluang terjadinya pemotongan suku bunga minggu depan, jauh lebih tinggi dibandingkan beberapa pekan sebelumnya. Tingkat fed funds futures saat ini berada di kisaran 3,75%-4%, diperdagangkan dekat batas atas seiring tekanan yang berlanjut di pasar pendanaan jangka pendek.

"Saya pikir ini semakin mengukuhkan apa yang sudah diperdagangkan pasar, yaitu hampir pasti akan ada pemotongan pekan depan," kata David Krakauer, wakil presiden manajemen portofolio di Mercer Advisors, kepada CNBC.

Dengan ekspektasi pemotongan suku bunga yang begitu tinggi, Krakauer tidak yakin langkah tersebut akan menjadi katalis besar bagi kenaikan saham menjelang tahun baru. Namun ia tetap melihat pasar berada dalam posisi yang sehat untuk bergerak naik, setidaknya cukup untuk mendorong S&P 500 mencetak rekor baru.

"Itu bisa bergerak stabil, atau bergerak tidak menentu, tetapi saya melihat jalur positif bagi saham ke depan," katanya.

Saham-saham menguat sepanjang pekan. S&P 500 berakhir naik 0,3% secara mingguan, sementara Nasdaq dan Dow masing-masing bertambah hampir 1% dan 0,5%.

Selama sesi Jumat, saham Netflix bergerak liar setelah awalnya turun tajam menyusul pengumuman perusahaan bahwa mereka mencapai kesepakatan dengan Warner Bros. Discovery untuk membeli aset film dan streaming senilai US$ 72 miliar, transaksi yang diperkirakan selesai dalam 12 hingga 18 bulan. Saham Netflix turun hampir 3%, sementara saham WBD melonjak lebih dari 6%.

Saham Netflix kemudian pulih dari titik terendahnya setelah seorang pejabat senior pemerintahan mengatakan kepada CNBC bahwa pemerintahan Trump memandang kesepakatan tersebut dengan "skeptisisme berat."

Pekan ini pasar akan kembali diuji dengan sederet sentimen penting, mulai dari keputusan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) hingga rilis inflasi dari Cina, dua katalis yang punya peluang nyata membelokkan arah pasar dalam waktu singkat.

Situasi ini datang ketika IHSG baru saja mencetak rekor baru. Sepanjang pekan lalu (1-5 Desember 2025), indeks domestik melonjak dan menembus All Time High (ATH), mendekati level 8.700. Momentum ini membuat ungkapan "sky is the limit" terasa tepat untuk menggambarkan posisi resistance IHSG saat ini.

Meskipun demikian, kehati-hatian tetap menjadi kunci. Level psikologis 9.000 kini menjadi target terdekat, yang sebenarnya tinggal membutuhkan kenaikan kurang dari 4%. Di sisi lain, area 8.500 perlu dicermati sebagai support penting, selaras dengan posisi MA20 harian. Setelah reli panjang, peluang pullback tetap terbuka, sehingga strategi antisipatif menuju area support wajib disiapkan investor.

Sentimen Domestik, Dua IPO Besar Siap Mengalihkan Likuiditas

Pasar lokal akan diramaikan oleh dua agenda IPO penting.

Senin (8/12/2025), PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO)-produsen minuman kesehatan berbahan sarang burung walet-resmi melantai di BEI. RLCO menjadi IPO pertama yang menerapkan aturan baru terkait batasan maksimal 10% alokasi ritel. Investor kecil yang antre di bawah Rp100 juta hanya kebagian sekitar 1-2 lot, sedangkan investor besar mendapat alokasi 0,1%.

Berikutnya, penawaran saham PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) akan berlangsung pada 10-15 Desember 2025. Biasanya, ramainya antrean IPO seperti ini menyerap likuiditas dan membuat pergerakan di pasar reguler sedikit menipis-terlebih dengan aturan baru penjatahan yang lebih ketat bagi investor bermodal kecil.

Data Besar dari China (Senin)

Pekan ini dibuka dengan sentimen regional yakni data neraca dagang Cina, yang diumumkan Senin pagi (8/12/2025) pukul 10.00 WIB. Konsensus memproyeksikan surplus dagang November meningkat ke US$100,2 miliar, naik dari bulan sebelumnya US$90,07 miliar.

Ekspektasi kenaikan surplus ini ditopang oleh proyeksi ekspor tumbuh 3,8% YoY, mengungguli impor yang diperkirakan naik 2,8% YoY. Jika realisasi sejalan, ini akan menjadi sinyal awal bahwa permintaan eksternal mulai pulih dan aktivitas perdagangan Cina berangsur membaik.

Sebagai pembanding, pada Oktober surplus justru mengecil ke US$95,6 miliar - terendah sejak Februari - seiring ekspor turun dan impor meningkat. Saat itu, ekspor anjlok 1,1% YoY, jauh di bawah estimasi kenaikan 3%, dipengaruhi melemahnya pesanan global setelah percepatan pengiriman menjelang tarif baru AS, serta efek libur Golden Week dan basis tinggi tahun lalu.

Impor pun hanya tumbuh 1% YoY, jauh lebih lemah dibanding lonjakan 7,4% di September. Jika data November benar membaik, pasar bisa membaca ini sebagai turning point kecil bagi ekonomi Cina yang belakangan masih bergerak lesu.

Inflasi Cina 

Masih dari Negeri Tirai Bambu, investor juga menantikan rilis data inflasi November, yang dijadwalkan keluar Rabu (10/12/2025) pukul 08.30 WIB. Inflasi diproyeksikan melonjak ke 0,9% YoY, jauh lebih tinggi dari 0,2% di Oktober.

Jika terealisasi, ini akan menjadi momentum pemulihan harga konsumen paling kuat sejak Februari 2023. Penting diingat, Cina baru kembali mencatat inflasi bulan lalu setelah dua bulan berada di zona deflasi-dan kenaikan lanjutan akan memperkuat keyakinan bahwa permintaan domestik mulai pulih.

Data Tenaga Kerja AS Job Openings & Klaim Pengangguran

Dari Amerika Serikat, dua rilis besar pekan ini akan menjadi panduan utama sentimen global.

Pertama, data pembukaan lapangan pekerjaan (Job Openings/JOLTs) diperkirakan berada di kisaran 7,2 juta lowongan pada September 2025. Angka ini sedikit lebih rendah dari realisasi sebelumnya 7,227 juta, sehingga jika data aktual lebih tinggi, pasar akan menilai permintaan tenaga kerja AS masih solid.

Kedua, klaim pengangguran mingguan untuk periode yang berakhir 8 Desember diproyeksikan mencapai 205 ribu, naik dari minggu sebelumnya 191 ribu. Continuing claims diperkirakan berada di 1,943 juta, sedikit lebih tinggi dari 1,939 juta minggu sebelumnya.

Arah dua data ini akan memberi gambaran seberapa cepat pasar tenaga kerja AS mendingin - indikator kunci dalam menilai peluang pelonggaran The Fed tahun depan.

Puncak Sentimen, Keputusan Suku Bunga The Fed

Pertemuan The Fed bulan ini menjadi salah satu agenda paling krusial. Pasar ingin memastikan apakah era Quantitative Tightening (QT) benar-benar berakhir, terutama setelah Ketua The Fed sebelumnya menyebut bahwa cadangan perbankan sudah lebih longgar.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga terus menguat. Berdasarkan CME FedWatch per 6 Desember 2025, peluang penurunan suku bunga pada Desember nyaris mencapai 86,2%. Tingkat optimisme sebesar ini menunjukkan pasar semakin percaya inflasi AS telah terkendali.

Setiap Desember selalu menjadi momen yang paling ditunggu pasar global. Keputusan di penghujung tahun ini kerap menjadi penentu arah kebijakan moneter selama 12 bulan berikutnya, memengaruhi Wall Street, IHSG, rupiah, obligasi, hingga emas. Tak heran Desember dijuluki sebagai "signal-setting meeting".

Salah satu alasan utamanya adalah rilis dot plot terbaru-peta proyeksi suku bunga para pejabat The Fed. Perubahan kecil saja bisa mengguncang pasar bernilai miliaran dolar karena menjadi dasar investor membaca arah likuiditas global ke depan.

Desember juga menjadi waktu pertama Fed merespons data inflasi akhir tahun. Jika inflasi melunak dan ekonomi mulai melemah, peluang pemangkasan suku bunga lebih cepat terbuka. Nada dovish Jerome Powell biasanya langsung memicu risk-on di pasar global.

Selain itu, pertemuan Desember kerap menentukan sentimen kuartal pertama. Sikap dovish biasanya menguatkan IHSG dan rupiah, sementara sikap hawkish memperkuat dolar AS, menekan rupiah, dan mendorong kenaikan imbal hasil obligasi.

Volatilitas juga meningkat karena likuiditas perdagangan menjelang liburan cenderung menipis. Satu komentar dari Powell dapat mengguncang saham teknologi, dolar AS, maupun emas.

Pertanyaan terbesar yang dinantikan pasar adalah apakah Desember menjadi momen Fed Pivot-peralihan dari era suku bunga tinggi menuju pelonggaran. Secara historis, pivot Fed selalu menghasilkan pergerakan besar di saham, obligasi, dan aset berisiko.

Sebagai catatan, pada pertemuan Oktober 2025, The Fed kembali memangkas suku bunganya sebesar 25 bps ke level 3,75-4,00%. Namun, The Fed belum yakin akan menurunkan suku bunga lagi di Desember.

Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini


Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Neraca Dagang China
  • Rapat Pimpinan Kementerian ESDM dipimpin oleh Menteri ESDM di kantor Kementerian ESDM, Kota Jakarta Pusat

  • Menteri Koordinator Bidang Pangan memimpin rapat terbatas terkait perdagangan karbon di Ruang Rapat Utama Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Kota Jakarta Pusat. Turut hadir antara lain Menteri Lingkungan Hidup, Menteri ESDM, dan Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi

  • Konferensi pers Indonesia Economic Outlook APINDO 2026 yang akan diselenggarakan di kantor DPN APINDO, Gedung Permata Kuningan, Kota Jakarta Selatan

  • NAKER AWARD "Inspirative & Leadership" Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh
    Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia di Dana Rote Grand Ballroom, Balai Kartini, Kota Jakarta Selatan

  • Komisi V DPR menggelar rapat kerja dengan antara lain Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum membahas kesiapan infrastruktur dan transportasi dalam rangka Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 di ruang rapat Komisi V DPR

  • Komisi V DPR menggelar rapat kerja dengan Menteri Perhubungan membahas hasil pemeriksan BPK RI semester II tahun 2024 dan lain-lain di ruang rapat Komisi V DPR

  • Pencatatan perdana saham PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) sebagai perusahaan tercatat ke-25 Tahun 2025 di Bursa Efek Indonesia bertempat di Main Hall BEI, Kota Jakarta Selatan

  • Konferensi pers laporan kinerja industri asuransi jiwa kuartal III tahun 2025 di Ruang Meeting Lantai 4, Rumah AAJI, Kota Jakarta Pusat

  • OJK akan menyelenggarakan kegiatan Edukasi Keuangan Hari Disabilitas Internasional (HDI) Tahun 2025 dan Peluncuran Pedoman Buku Literasi Keuangan bagi Penyandang Disabilitas di Grand Ballroom Aryaduta Hotel Menteng, Kota Jakarta Pusat. Turut hadir antara lain Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku PUJK, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK dan Menteri Sosial Republik Indonesia

  • Peluncuran resmi EXOMIND oleh Superb Clinic bersama dr. Danu Mahandaru, Sp.BP-RE dan public figure Erica Carlina di Superb Clinic, Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan.

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • RUPS PT Adiwarna Anugerah Abadi Tbk (NAIK)
  • PANGGILAN RupSu emisi SUKUK MUDHARABAH BERKELANJUTAN I WIJAYA KARYA TAHAP I TAHUN 2020
  • Tanggal DPS Dividen Tunai Interim PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk
  • Tanggal cum HMETD PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk
  • Tanggal cum HMETD PT Indomobil Multi Jasa Tbk
  • Jatuh Tempo Surat Berharga Negara seri Surat Perbendaharaan Negara Seri SPNS08122025



Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:




CNBCINDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.




Most Popular