Newsletter

Angin Damai dari Gaza, Kabar Baik AS-China, Saatnya IHSG & Rupiah Jaya

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
14 October 2025 06:15
EGYPT-US-ISRAEL-PALESTINIAN-CONFLICT-SUMMIT
Foto: Ilustrasi Trading (Stok Market)

Pasar keuangan Indonesia dan global memulai pekan ini dalam suasana waspada setelah Presiden AS Donald Trump kembali memantik ketegangan dengan China.

Namun, sejumlah kabar positif mulai berdatangan. 

Ketegangan Dagang China- AS Mereda

Hanya butuh satu kalimat dari Trump untuk membuat volatilitas pasar kembali meningkat, seperti yang terjadi pekan lalu ketika Wall Street kehilangan nilai kapitalisasi lebih dari Rp33.000 triliun dalam 24 jam. Namun, ketegangan mereda setelah Trump menegaskan hubungan AS-China akan baik-baik saja.

Meski tekanan awal pekan cukup terasa, investor mulai merespons pernyataan terbaru Trump yang sedikit meredakan ketegangan. Dalam wawancara di Air Force One, Minggu (13/10/2025), Trump menyebut bahwa hubungan AS-China akan "baik-baik saja" meski sebelumnya ia mengancam akan mengenakan tarif tambahan hingga 100% terhadap produk China mulai 1 November.

Ia juga memuji Presiden Xi Jinping sebagai "pemimpin yang cerdas dan kuat", sinyal bahwa Washington mungkin masih membuka ruang negosiasi .

China sendiri bereaksi cepat atas ancaman tersebut dengan menyatakan siap mengambil langkah balasan untuk "melindungi hak dan kepentingan yang sah".

Ketegangan bermula dari keputusan Beijing memperketat ekspor mineral tanah jarang-bahan penting untuk industri semikonduktor dan kendaraan listrik. Langkah ini dinilai sebagai upaya balasan atas kontrol ekspor teknologi tinggi dari AS, yang berpotensi memperburuk rantai pasok global menjelang musim liburan akhir tahun.

Ekspor Cina Melesat ke Level Tertinggi 7 Bulan, Surplus Dagang Sentuh US$90,45 Miliar

Kendati tensi politik tinggi, data ekonomi China terbaru memberi sedikit ketenangan. Laju impor melaju pesat yang bisa  menjadi kabar baik bagi Indonesia.

Surplus neraca perdagangan negeri tirai bambu tercatat mencapai US$90,45 miliar pada September 2025, di bawah ekspektasi pasar sebesar US$98,96 miliar namun lebih tinggi dari US$81,69 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Kinerja ini menandai masih lebarnya selisih antara ekspor dan impor, sekalipun laju pertumbuhan impor mulai menguat.

Dari sisi ekspor, pengiriman barang ke luar negeri melonjak 8,3% (yoy) menjadi US$328,6 miliar, melampaui perkiraan 6% dan mempercepat laju dari 4,4% pada Agustus. Ini menjadi pertumbuhan ekspor tercepat sejak Maret, menandakan bahwa produsen Cina semakin agresif mencari pasar alternatif di luar Amerika Serikat.

Pertumbuhan ekspor terbesar datang dari kawasan ASEAN (15,6%), diikuti Uni Eropa (14,2%), Australia (10,7%), Taiwan (11,0%), Korea Selatan (7,0%), dan Jepang (1,8%). Sebaliknya, ekspor ke Amerika Serikat justru anjlok 27,0%, seiring belum tercapainya kesepakatan tarif baru dengan pemerintahan Donald Trump.

Secara kumulatif, ekspor Cina naik 6,1% yoy sepanjang Januari-September 2025, mencapai US$2,78 triliun. Beberapa sektor produk mencatat lonjakan tajam, seperti pupuk (59,6%), sirkuit terpadu (23,3%), kapal (21,4%), serta mobil (10,8%). Namun ekspor logam tanah jarang (rare earth) turun 7,6%, di tengah kebijakan ekspor yang lebih ketat.

Sementara itu, impor meningkat 7,4% yoy menjadi US$238,1 miliar, jauh di atas perkiraan 1,5% dan mencatat kenaikan tertinggi dalam tujuh bulan terakhir. Kenaikan ini didorong oleh permintaan domestik yang kuat menjelang libur Golden Week serta proyek infrastruktur besar-besaran yang masih digencarkan pemerintah.

Pertumbuhan impor juga merupakan kenaikan keempat berturut-turut, sekaligus tercepat sejak April 2024. Impor minyak mentah naik 3,9% dibanding tahun lalu karena kilang beroperasi pada tingkat utilisasi tertinggi sepanjang tahun.

Namun secara kumulatif, impor masih turun 1,1% yoy menjadi US$1,90 triliun, terutama akibat penurunan dari Amerika Serikat (-11,6%), Uni Eropa (-3,2%), Rusia (-7,7%), dan ASEAN (-0,4%).

Di sisi lain, surplus dagang Cina dengan Amerika Serikat meningkat menjadi US$22,82 miliar, naik dari US$20,32 miliar pada Agustus, meski baik ekspor maupun impor antara kedua negara sama-sama menurun tajam.

Secara keseluruhan, total surplus perdagangan Cina mencapai US$875,1 miliar sepanjang 2025 (year-to-date) - menegaskan posisi Cina sebagai eksportir terbesar dunia di tengah perlambatan global. Namun demikian, ketegangan tarif dengan Washington berpotensi menguji stabilitas tersebut. Pasalnya, gencatan dagang sementara selama 90 hari sejak 11 Agustus akan berakhir sekitar 9 November 2025, membuka ruang ketidakpastian baru terhadap prospek ekonomi kuartal IV.

Pidato Ketua The Fed Jerome Powell

Selain itu, hari ini, Selasa (14/10/2025), fokus pasar global beralih ke pidato Ketua The Fed Jerome Powell di National Association for Business Economics (NABE) Annual Meeting.

Powell akan berbicara dengan topik Economic Outlook and Monetary Policy di National Association for Business Economics (NABE) Annual Meeting, Philadelphia.

Pernyataannya akan menjadi ujian penting bagi ekspektasi pasar setelah The Fed memangkas suku bunga acuan 25 basis poin bulan lalu ke kisaran 4,00-4,25%. Investor global akan menunggu apakah Powell akan menegaskan sikap hati-hati, atau justru membuka ruang pelonggaran lanjutan.

Nada yang lebih agresif ke arah pemangkasan bisa menenangkan pasar negara berkembang, namun jika Powell menegaskan bahwa inflasi masih terlalu tinggi untuk dilonggarkan, dolar berpeluang menguat lebih jauh-dan tekanan terhadap rupiah bisa berlanjut.

Purbaya Pimpin Investor Meeting

Sementara ketidakpastian global meningkat, pemerintah Indonesia memperkuat koordinasi fiskal dan moneter. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memimpin rapat tertutup dengan direksi bank, manajer investasi, dan ekonom sekuritas di Jakarta pada Senin (13/10/2025).

Ia menegaskan komitmen menjaga stabilitas keuangan nasional, sekaligus mempercepat pembiayaan program prioritas menjelang kuartal terakhir tahun ini.

Pemerintah tengah menyiapkan kerangka fiskal adaptif yang sinkron dengan kebijakan longgar Bank Indonesia, termasuk potensi percepatan penyerapan anggaran untuk menopang permintaan domestik.

Selain itu, Purbaya mengonfirmasi adanya koordinasi dengan Kemenko Perekonomian dalam membentuk tim khusus pengendalian harga pangan dan energi, sebagai respon terhadap tekanan inflasi pangan dan volatilitas harga minyak dunia. Langkah ini diyakini menjadi sinyal positif bagi pasar di tengah kerentanan eksternal.

Perang Gaza Berakhir
Setelah dua tahun perang yang meluluhlantakkan Jalur Gaza dan mengguncang kawasan Timur Tengah, Israel dan Hamas akhirnya memulai babak baru menuju perdamaian. Pada Senin (13/10/2025) waktu setempat, Hamas menyerahkan kelompok terakhir dari sandera Israel yang masih hidup, sementara Israel membebaskan ribuan tahanan Palestina sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata yang difasilitasi Amerika Serikat.
Presiden AS Donald Trump, yang memimpin upaya diplomatik tersebut, mengumumkan secara resmi berakhirnya perang dalam pidato di Knesset, parlemen Israel.

"Langit kini tenang, senjata sudah berhenti, sirene tidak lagi berbunyi, dan matahari terbit di Tanah Suci yang akhirnya damai," kata Trump. "Mimpi buruk panjang bagi rakyat Israel dan Palestina kini berakhir."

Dilansir Reuters, militer Israel menyatakan telah menerima seluruh 20 sandera yang dikonfirmasi masih hidup, setelah mereka dipindahkan keluar dari Gaza oleh Palang Merah. Di Tel Aviv, ribuan warga tumpah ruah di "Hostage Square", menangis, berpelukan, dan bersorak ketika berita pembebasan diumumkan.

"Saya sangat bahagia, sulit menggambarkan perasaan ini. Saya tidak tidur semalaman," ujar Viki Cohen, ibu dari sandera Nimrod Cohen, saat menuju kamp militer Reim, tempat sandera dipindahkan.

Di sisi lain, ribuan warga Palestina berkumpul di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, menyambut hampir 2.000 tahanan dan narapidana yang dibebaskan oleh Israel. Suasana haru dan sukacita menyelimuti massa yang memegang foto anggota keluarga mereka.

(emb/emb)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular