
Darah Segar dari Utang: 10 Negara dengan Defisit Anggaran Fantastis

Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit anggaran menjadi salah satu indikator penting dalam menilai kesehatan fiskal sebuah negara. Sejumlah negara mencatat defisit besar baik secara nominal maupun persentase terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2024.
Amerika Serikat (AS) menempati peringkat pertama sebagai negara dengan defisit anggaran terbesar di dunia. Negeri Paman Sam membukukan defisit sebesar US$1,8 triliun atau setara Rp29.340 triliun (kurs Rp16.300/US$), dengan rasio defisit terhadap PDB mencapai 6,4%. Besarnya defisit ini dipicu oleh tingginya belanja pemerintah, termasuk untuk sektor pertahanan, kesehatan, dan berbagai stimulus ekonomi.
Posisi kedua ditempati China dengan defisit mencapai US$570 miliar atau sekitar Rp9.291 triliun, setara 4,06% dari PDB. Defisit Negeri Tirai Bambu antara lain dipengaruhi oleh kebijakan stimulus untuk mendukung pertumbuhan di tengah perlambatan ekonomi dan lemahnya sektor properti.
India melengkapi tiga besar dengan defisit sebesar US$ 190 miliar atau Rp3.097 triliun sekitar 4,8% PDB.
Negara-negara maju di Eropa juga masuk dalam daftar ini. Prancis menempati posisi keempat dengan defisit US$ 184 miliar atau sekitar 5,8% dari PDB, disusul Inggris dengan US$ 170 miliar setar 4,8% PDB dan Jerman sebesar US$ 130 miliar atau 2,8% PDB.
Dari kawasan Amerika Latin, Brasil dan Meksiko turut masuk 10 besar. Brasil mencatat defisit US$ 165 miliar atau 7,3% dari PDB, sedangkan Meksiko US$ 103 miliar atau 5,7% dari PDB.
Sementara itu, Jepang yang dikenal sebagai negara dengan tingkat utang publik yang tinggi, mencatat defisit anggaran senilai US$ 95 miliar atau Rp1.548 triliun, setara 2,26% PDB.
Italia berada di urutan terakhir daftar ini dengan defisit US$ 81 miliar atau Rp1.333 triliun setara 3,4% PDB.
Sebagai catatan, defisit anggaran biasanya dibiayai dari penarikan utang. Semakin besar defisit maka semakin besar pula juga penarikan utangnya.
Namun, meski memiliki utang dalam jumlah besar, sebagian negara seperti Jepang selalu dianggap aman bagi investor karena mayoritas pemegang surat utangnya adalah investor ritel atau dalam negeri.
Sebaliknya, AS sangat menggantungkan utang ke investor asing. Sekitar 33% dari Surat Utang AS (Treasuries) dimiliki oleh investor asing,
Tahun ini, pemerintah AS berencana menarik utang sebesar lebih dari US$1,5 triliun, termasuk penerbitan utang jangka menengah dan jangka panjang. Ditambah dengan target penerbitan T-bills jangka sangat pendek, angkanya bisa mendekati US$2,5 triliun atau lebih. Semua ini dilakukan untuk menutup defisit fiskal dan menjaga likuiditas di tengah tekanan anggaran yang tinggi.
Bagaimana Dengan Indonesia?
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 akan mencapai 2,78% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir 2025.
Proyeksi tersebut disampaikan Sri Mulyani kepada Presiden Prabowo Subianto dalam rapat di Istana Kepresidenan, Selasa (24/5/2025), yang membahas kondisi APBN 2025 serta Rancangan APBN (RAPBN) 2026.
"Kami menyampaikan bahwa tahun ini, 2025, outlook dari APBN akan mencapai defisit 2,78% dari PDB. Itu karena dari sisi penerimaan maupun dari sisi belanja negara," ujar Sri Mulyani usai pertemuan.
Defisit tersebut setara dengan sekitar Rp662 triliun, lebih besar dibandingkan perkiraan awal sebesar 2,53% PDB atau sekitar Rp616 triliun. Melemahnya proyeksi ini terjadi di tengah tren penerimaan negara yang belum mampu mengimbangi peningkatan belanja, termasuk untuk program prioritas dan kebutuhan strategis pemerintah.
Hingga Mei 2025, posisi APBN tercatat mengalami defisit Rp21 triliun atau setara 0,09% dari PDB. Angka ini menunjukkan pelebaran defisit yang cukup signifikan akan terjadi dalam paruh kedua tahun, seiring peningkatan belanja dan pembiayaan program pemerintah.
Dengan proyeksi tersebut, Indonesia masih berada di bawah batas aman defisit 3% PDB, dan relatif lebih rendah dibandingkan mayoritas negara ekonomi besar dunia. Hal ini menunjukkan disiplin fiskal tetap terjaga meski tekanan pembiayaan meningkat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)