
Jejak Sejarah IHSG: Pernah Terbang 10%, Kapan Saja?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebulan terakhir ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbang nyaris 10%. Tapi siapa sangka, secara historis persentase itu pernah dicapai hanya dalam sehari saja, bahkan lebih.
Menarik data ke belakang, IHSG pernah lima kali menutup penguatan lebih dari 10% dalam sehari. Paling moncer terjadi pada 27 tahun silam, tepatnya 2 Februari 1998 dengan penguatan 14,03% ke posisi 554,11.
Empat kali pergerakan moncer lainnya secara berututan sebagai berikut :
Dari tabel di atas kami mengumpulkan data pergerakan IHSG yang berhasil menguat lebih dari 7% dalam sehari. Faktanya itu pernah terjadi sebanyak 17 kali.
Pada 26 Maret 2020, IHSG melesat 10,19% dalam satu hari. Lonjakan ini dipicu efek pemulihan cepat setelah pasar terpukul pandemi Covid-19. Di luar itu, semua terjadi di bawah tahun 2008.
Hal ini cukup wajar. Sekitar dua dekade lalu, IHSG masih berada di kisaran level 2.000-an, sehingga persentase kenaikan dapat terlihat jauh lebih besar. Sementara kini, dengan posisi di atas 7.000, kenaikan 1% saja sudah memberikan dampak yang signifikan.
Menariknya, pada penutupan perdagangan kemarin Selasa (12/8/2025) berhasil melesat 2,44% ke posisi 7791,69. Ini merupakan penguatan harian terkuat sejak 29 April 2008, sekaligus menandai posisi tertinggi pada tahun ini.
Dari level saat ini, IHSG kurang dari 2% menuju All Time High-nya di level 7900. Artinya, bukan tidak mungkin indeks pasar saham Tanah Air bisa segera menuju 8000 sebelum perayaan hari raya kemerdekaan ke 80 tahun pada akhir pekan.
Nilai transaksi yang terjadi sepanjang hari kemarin sangat ramai sampai Rp20,14 triliun, melibatkan 30,35 miliar lembar saham yang berputar 2,22 juta kali. Ada sebanyak 382 saham menguat, 249 saham melemah, dan sisanya 170 saham stagnan. Market cap IHSG tembus Rp14,04 kuadriliun.
Mengutip Refinitiv, teknologi menjadi sektor yang naik paling kencang, yakni 7,08%. Lalu diikuti oleh utilitas 3,64% dan finansial 3,54%.
Saham yang menjadi penggerak utama adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang menyumbang 39,55 indeks poin. Saham BBRI naik 6,3% ke level 4.050 dengan nilai transaksi Rp 1,61 triliun.
Sejumlah saham juga memberikan bobot besar terhadap kenaikan IHSG kemarin. PT DCI Indonesia (DCII) yang kembali menyentuh auto reject atas (ARA) atau naik 10% berkontribusi 27,23 indeks poin. Kemudian PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang naik 6,35% menyumbang 21,65 indeks poin.
Selain BRI, saham bank jumbo lain juga ikut menjadi penggerak IHSG, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BMRI) 16,63 indeks poin dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) 5,69 indeks poin.
Penguatan IHSG kemarin, juga seiring dengan masuknya investor asing. Dalam sepekan lebih dari Rp2 triliun masuk ke pasar saham, mencetak rekor inflow sejak 26 Juni lalu.
Dana asing yang masif masuk ke pasar saham RI ditengarai oleh aksi rebalancing MSCI edisi Agustus tahun ini.
Potensi dana yang masuk dari MSCI ke Indonesia ditaksir bisa mencapai net inflow US$ 1,15 miliar setara Rp18,85 triliun (kurs Rp16.280/US$).
Sebagai catatan, konstituen saham yang masuk dan keluar sudah diumumkan pada 7 Agustus lalu dan aksi kocok ulang akan berlangsung dengan cut off penutupan perdagangan 26 Agustus mendatang. Jadi, tanggal efektif indeks MSCI Indonesia akan berlaku sehari setelahnya yaitu pada 27 Agustus 2025.
Sebagai pengingat, dalam rebalancing MSCI kali ini, akhirnya ada dua yang masuk setelah beberapa kali rebalancing menjual saham RI.
Menariknya, saham Prajogo Pangestu ada satu yang masuk ke MSCI Global Standard Indexes yaitu PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Ini menjadi satu rekor saham PP masuk MSCI, setelah dua kali gagal dan sekali kena pengecualian.
Saham satu lagi yang masuk datang dari grup Sinarmas, yaitu PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)