
Cadangan Emas AS Tembus Rp 16.600 Triliun, Punya RI Bikin Melongo

Jakarta, CNBC Indonesia - Cadangan emas Amerika Serikat (AS) nilainya kini menembus US$ 1 triliun atau setara dengan Rp16.600 triliun (asumsi kurs: Rp16.660/US$1) pada awal Oktober 2025.
Kenaikan ini terjadi seiring dengan kenaikan atau reli panjang pada harga emas global yang terus mencetak rekor harga tertinggi sepanjang masa hingga berada di level US$3.824,5 per troy ons atau melonjak 45% di sepanjang tahun 2025 ini.
Nilai tersebut jauh melampaui angka yang tercatat dalam neraca resmi pemerintah AS, yang hanya sebesar US$11 miliar karena masih menggunakan harga patokan lama yang sebesar US$42,22 per ounce yang telah ditetapkan sejak 1973 silam.
Kenaikan kencang harga emas global ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran global yang dimulai dari perang dagang yang dimainkan oleh Presiden AS Donald Trump sejak awal April dengan memberikan tarif resiprokal kepada mitra dagangnya. Selain itu, faktor ketegangan geopolitik, hingga ancaman pendanaan pemerintah AS yang kini sudah berujung pada government shutdown.
Emas kembali dipandang oleh pelaku pasar sebagai safe haven aset yang mampu memberikan perlindungan nilai di saat volatilitas pasar meningkat.
Meski demikian, Menteri Keuangan Scott Bessent menepis spekulasi bahwa pemerintah akan mengubah cara pencatatan nilai emas menjadi harga pasar. Ia menegaskan langkah tersebut bisa memiliki implikasi luas terhadap stabilitas sistem keuangan.
"Revaluasi emas memang bisa menambah ruang fiskal, tetapi risikonya terhadap neraca keuangan dan kebijakan moneter sangat besar," katanya.
Menurut data World Gold Council, bank sentral AS memiliki cadangan emas terbesar di dunia, dengan komposisi lebih dari 8,1 ribu ton.
Angka ini sesuai dengan data dari Departemen Keuangan AS, dimana total cadangan emas Negeri Paman Sam ini mencapai 261,5 juta troy ons Sebagian besar emas ini disimpan di gudang bawah tanah Fort Knox di Kentucky, sementara sisanya tersebar di West Point, Denver, dan Manhattan.
"Jika nilai cadangan emas pemerintah AS dihitung berdasarkan harga pasar saat ini, maka pemerintah akan memperoleh tambahan likuiditas hampir US$990 miliar," ujar seorang pejabat senior Departemen Keuangan AS, dikutip dari Bloomberg.
Jika dihitung dengan harga emas dunia saat ini, nilai pasar dari cadangan AS pun menembus US$1 triliun atau sekitar Rp166 ribu triliun. Sebagai perbandingan, nilai cadangan emas AS ini mampu menutupi hampir setengah dari defisit anggaran pemerintah AS yang pada tahun fiskal 2025 tercatat mencapai US$1,97 triliun.
Bagaimana Dengan Indonesia?
Berdasarkan data terakhir di Juni 2025 dari World Gold Council, cadangan emas di BI tercatat sebesar 0,08 ribu ton atau setara dengan 2,54 juta troy ons sekaligus menempati peringkat ke 46 di cadangan emas bank sentral dunia.
Bank sentral Indonesia juga sudah lama tidak membeli emas. Terakhir kali membeli emas adalah pada 2017 atau tujuh tahun lalu.
Dengan asumsi harga emas terkini di US$3.824,5 per troy ons, nilai cadangan emas Indonesia diperkirakan mencapai US$9,7 miliar yang setara dengan Rp161,6 triliun. Angka tersebut relatif kecil jika dibandingkan dengan total cadangan devisa Tanah Air yang per Agustus 2025 sebesar US$150,7 miliar.
Dibandingkan, nilai cadangan emas AS setara 103 kali lipat dari Indonesia
Artinya, porsi emas terhadap total cadangan devisa Indonesia hanya sekitar 6%, jauh lebih rendah dibandingkan AS yang menempatkan lebih dari 70% cadangannya dalam bentuk emas.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)