Pertumbuhan Ekonomi Bikin Kaget: Saatnya IHSG-Rupiah Ikut Tancap Gas?
- Pasar keuangan Indonesia kompak menguat pada perdagangan kemarin, IHSG dan rupiah terbang
- Wall Street ambruk berjamaah di tengah lesunya ekonomi AS
- Data pertumbuhan ekonomi serta perkembangan negosiasi dagang serta ekonomi China dan AS akan menjadi penggerak pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air akhirnya berjalan senada. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat, begitu pula dengan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di luar ekspetasi para ekonom mendorong laju pasar keuangan pada perdagangan kemarin. Saham-saham perbankan yang memiliki bobot besar terhadap IHSG pun kompak melesat.
Hasil pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal II yang tumbuh di atas 5% dan hasil data-data ekonomi serta China dapat mendorong laju pasar keuangan ke arah positif.
Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman empat.
IHSG perdagangan kemarin, Selasa (5/8/2025) ditutup menguat 0,68% di level 7.515,19. Penguatan tersebut berhasil membawa IHSG meninggalkan level 7.400 yang tersentuh pada perdagangan sebelumnya.
Sebanyak 274 saham menguat, 330 melemah dan 200 tercatat tidak bergerak. Nilai transaksi tergolong ramai atau mencapai Rp 18,34 triliun yang melibatkan 28,17 miliar saham dalam 2 juta kali transaksi. Asing berbalik arah mencatatkan net buy sebesar Rp 552,25 miliar pada perdagangan kemarin.
Mayoritas sektor perdagangan menguat yang dipimpin oleh sektor finansial dan konsumer non primer. Adapun sektor yang mengalami koreksi paling dalam adalah sektor utilitas dan konsumer primer.
Saham emiten tambang Grup Salim PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menjadi penopang utama kinerja IHSG dengan sumbangsih 11,75 indeks poin yang kemudian disusul oleh tiga emiten perbankan terbesar RI.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang naik 1,81% ke Rp 8.425 per saham menyumbang 10,7 indeks poin. Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang menguat 2,81% ke Rp 4.750 menyumbang kenaikan 11,38 indeks poin dan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang naik 0,81% ke Rp 3,740 per saham menyumbang 7,47 indeks poin.
Diketahui, ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 tumbuh tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 sebesar 5,12% secara tahunan (year on year/yoy).
Pertumbuhan ini sedikit lebih tinggi dari pada kuartal I-2025, yakni 4,87%. Pertumbuhan ini berada di atas rata-rata, angka psikologi RI, 5%.
"Pertumbuhan triwulan II-2025 bila dibandingkan triwulan II-2024 secara year on year tumbuh 5,12%, bila dibandingkan triwulan 1-2025 qtq tumbuh 4,04%," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud, dalam rilis BPS, Selasa (5/8/2025).
Adapun, realisasi PDB kuartal II-2025 ini jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 institusi. Konsensus pasar memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal- II 2025 mencapai 4,78% (yoy) dan 3,69% dibandingkan kuartal sebelumnya (qtq).
Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 4,87% (yoy) dan mengalami kontraksi sebesar 0,98% dibandingkan kuartal sebelumnya (qtq) pada kuartal I-2025.
Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (5/8/2025) ditutup menguat 0,06% di level Rp16.375/US$1. Penguatan tersebut menjadi penguatan rupiah selama dua hari beruntun.
Pergerakan rupiah pada perdagangan kemarin sama halnya dengan sentimen yang mendorong laju IHSG. Kenaikan turut dipengaruhi oleh rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia serta sentimen global terhadap dolar AS.
Dimana BPS mencatat ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,12% secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2025, lebih tinggi dibanding kuartal I-2025 yang sebesar 4,87%.
Sementara itu, indeks dolar AS bergerak stabil meski masih melemah setelah sempat menyentuh posisi terendah dalam satu pekan. Pelemahan dipicu oleh ekspektasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan melakukan pemangkasan suku bunga pada September menyusul data tenaga kerja AS (nonfarm payrolls) yang lebih buruk dari perkiraan.
Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Selasa (5/8/2025) imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun ke 6,47%. Sebagai informasi, imbal hasil obligasi yang melandai menandai investor sedang membeli SBN.
(saw/saw)