Pasar keuangan Indonesia mencatat kinerja yang mengecewakan pada pekan lalu. Bursa saham dan mata uang sama-sama melemah.
Wall Street ditutup beragam pada perdagangan terakhir pekan lalu
Data-data ekonomi Indonesia, insentif fiskal hingga data-data dari luar negeri akan menjadi penggerak sentimen pasar pekan ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mencatat kinerja yang mengecewakan pada pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami depresiasi, dan Surat Berharga Negara (SBN) dilepas asing.
Pasar keuangan domestik hari ini, Senin (02/6/2025) masih akan bergerak volatil bagi IHSG, rupiah, maupun SBN. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar pekan ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Pada penutupan perdagangan terakhir, Rabu (28/5/2025), IHSG ditutup melemah 0,32% ke level 7.175.
Nilai transaksi indeks pada hari itu mencapai sekitar Rp23,05 triliun dengan melibatkan 33,39 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,26 juta kali. Sebanyak 245 saham menguat, 335 saham melemah, dan 226 saham stagnan.
Investor asing juga tampak inflow dari pasar saham Indonesia sebesar Rp1,37 triliun (all market) dengan rincian net sell sebesar Rp71,36 miliar di pasar reguler dan net buy Rp1,44 triliun di pasar negosiasi dan tunai.
Secara sektoral, tujuh dari 11 sektor berada di zona merah, pelemahan terdalam dialami oleh sektor consumer cyclicals sebesar 1,28%, kemudian basic industry yang turun 1,07%, dan infrastructure yang melemah 1%.
Sementara sektor yang menguat paling signifikan yakni industrial sebesar 1,47%, healthcare sebesar 0,98%, dan transportation sebesar 0,9%.
Sejumlah sentimen positif mewarnai pasar keuangan Tanah Air pada Mei, terutama dari internal, seperti langkah Bank Indonesia (BI) yang sudah curi start menurunkan suku bunga, defisit transaksi berjalan (current account) menyempit, stimulus fiskal kembali digulirkan, sampai rupiah menguat dengan cepat kembali ke level Rp16.200/US$.
JP Morgan, salah satu institusi investasi dan keuangan global pada 19 Mei lalu melaporkan kenaikan rating untuk pasar emerging market menjadi Overweight dari sebelumnya netral yang dilaporkan pada Maret.
Pasar emerging market termasuk di dalamnya ada Indonesia di nilai menarik seiring dengan valuasi yang lebih atraktif dibandingkan pasar saham negara maju.
JP Morgan menilai pasar emerging market semakin menarik seiring dengan re-alokasi dana investor yang terjadi akibat penurunan kekuatan the greenback sejak awal tahun ini, ditambah yield obligasi AS terus naik usai Moody's menurunkan peringkat kredit-nya.
Sementara dari pasar mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu (28/5/2025) ditutup di posisi Rp16.285/US$ atau melemah 0,09%.
Secara mingguan, mata uang Garuda terpantau mengalami depresiasi 0,43%. Pelemahan rupiah ini terjadi setelah menguat secara mingguan selama dua pekan beruntun.
Selanjutnya, beralih pada imbal hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau naik tipis 0,18% ke angka 6,83% dari sebelumnya 6,82%.
Sedangkan secara mingguan, imbal hasil SBN yang bertenor 10 tahun mengalami penurunan 0,03%.
Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield naik berarti harga obligasi turun, hal ini bahwa investor tampak melakukan aksi penjualan.
Bursa saham AS ditutup variatif pada akhir pekan lalu meskipun secara bulanan, indeks saham AS berada dalam performa yang baik.
Dilansir dari CNBC International, indeks S&P 500 ditutup nyaris tak berubah pada hari Jumat (waktu AS) untuk menutup bulan Mei yang sangat positif, seiring investor mengabaikan kekhawatiran perang dagang setelah Presiden AS, Donald Trump menyatakan bahwa China telah "melanggar" perjanjian perdagangan awalnya.
Indeks S&P 500 turun tipis 0,01% menjadi 5.911,69. Nasdaq Composite melemah 0,32% ke 19.113,77, sementara Dow Jones Industrial Average naik 54,34 poin atau 0,13% menjadi 42.270,07.
Sesi perdagangan hari Jumat menandai akhir dari bulan Mei yang kuat, dengan sebagian besar reli terjadi setelah pengumuman kesepakatan perdagangan antara AS dan Inggris. Investor berharap kesepakatan itu bisa membuka jalan untuk perjanjian serupa dengan negara lain yang tengah menghadapi tarif dagang dari AS.
Selama bulan Mei, S&P 500 naik 6,2%, dan Nasdaq melonjak 9,6%, menjadikan ini bulan terbaik bagi keduanya sejak November 2023. Dow Jones juga mencatatkan kenaikan 3,9% sepanjang bulan.
Secara mingguan, S&P 500 naik 1,9%, Dow Jones menguat 1,6%, dan Nasdaq yang sarat saham teknologi naik 2%.
Pada awal perdagangan Jumat, pasar sempat terguncang setelah Trump menyatakan lewat media sosial bahwa China telah "melanggar" perjanjian dagangnya dengan AS. Tak lama kemudian, laporan Bloomberg yang mengutip sumber internal menyebutkan bahwa pemerintah AS berencana memperluas pembatasan terhadap sektor teknologi China.
Pernyataan tersebut muncul setelah Menteri Keuangan AS, Bessent, menyatakan dalam wawancara dengan Fox News bahwa pembicaraan dagang antara AS dan China "sedang mengalami kebuntuan." Hal ini menimbulkan pertanyaan di kalangan investor tentang apakah perjanjian jangka panjang antara kedua negara bisa benar-benar dicapai.
Rencana pemerintah Trump untuk memberlakukan tarif besar dan luas kini menghadapi tantangan hukum. Ketegangan hukum memuncak setelah Pengadilan Perdagangan Internasional pada Rabu malam memutuskan untuk menghentikan sebagian besar tarif Trump.
Namun, pada Kamis sore, pengadilan banding memberikan penangguhan (stay), yang memungkinkan tarif tersebut tetap diberlakukan hingga minggu ini. Menurut laporan Wall Street Journal, pemerintahan Trump mempertimbangkan menggunakan ketentuan dalam Undang-Undang Perdagangan 1974 untuk menerapkan tarif hingga 15% selama 150 hari.
Pertarungan hukum terkait tarif ini menambah ketidakpastian dalam pasar yang sudah rapuh. Investor terus menghadapi kekhawatiran makroekonomi terkait tarif dan dampaknya terhadap potensi resesi akibat perubahan besar dalam kebijakan perdagangan AS.
"Ini masa yang canggung," kata Jay Hatfield, CEO Infrastructure Capital Management. "Jika Anda seorang investor, Anda ingin bertaruh pada laporan laba yang bagus, bukan tweet bagus soal tarif."
Perdagangan pekan ini hanya akan berlangsung empat hari pada Senin-Kamis karena Jumat libur untuk merayakan Hari Idul Adha. Di tengah pendeknya hari perdagangan, Indonesia justru mengeluarkan banyak data-data ekonomi yang sangat penting mulai dari inflasi hingga neraca perdagangan.
Dari eksternal, sentimen akan datang dari perang dagang serta data manufaktur sejumlah negara.
PMI Manufaktur Indonesia
Pada awal pekan Senin (02/6/2025), S&P Global akan merilis data Purchasing Managers' Index (PMI) periode Mei 2025. Sebelumnya, aktivitas manufaktur Indonesia terkontraksi pada April 2025. PMI bahkan mencatat kinerja terburuk sejak Agustus 2021 di mana pada periode tersebut Indonesia tengah dihantam pandemi Covid-19 gelombang Delta.
Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 46,7 atau mengalami kontraksi di April 2025. Ini adalah kali pertama PMI mencatat kontraksi sejak November 2024 atau dalam lima bulan terakhir.
PMI bahkan melaju dalam kecepatan terendah sejak Agustus 2021 atau 3,5 tahun lebih.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.
Koreksi pada April juga mengakhiri kinerja positif aktivitas manufaktur RI yang ekspansif pada Desember 2024 hingga Maret 2025.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) PS akan mengumumkan dua data ppenting hari ini yakni Indeks Harga Konsumen (IHK) Mei 2025 dan Neraca Perdagangan April 2025.
IHK diperkirakan turun atau mengalami deflasi pada Mei 2025 secara bulanan. IHK turun karena melandainya harga sejumlah bahan pangan, tiket transportasi, hingga bahan bakar minyak (BBM).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 institusi memperkirakan IHK secara bulanan (month to month/mtm) diproyeksi turun atau mengalami deflasi sebesar 0,1%. Sementara secara tahunan (year on year/yoy), IHSK masih diproyeksi naik atau mengalami inflasi sebesar 1,89%.
Jika IHK kembali terjadi deflasi maka ini akan menjadi deflasi ketiga sepanjang tahun ini setelah Januari (-0,76%) dan Februari (-0,48%).
Deflasi bisa menjadi kabar buruk karena bisa mencerminkan pelemahan daya beli. Terlebih, Indonesia sudah kerap mencatatkan deflasi pada tahun ini. Melandainya harga barang bisa dipicu oleh melemahnya permintaan bukan lagi karena harga kembali normal atau pasokan yang mencukupi.
Kepala ekonom Bank Maybank Indonesia, Juniman, mengatakan deflasi pada Mei terutama dipicu oleh penurunan harga bahan makanan seperti minyak goreng, gula, daging sapi, daging ayam, telur, cabai, cabai merah, bawang merah, dan bawang putih.
Senada, kepala ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, menjelaskan deflasi didorong oleh penurunan harga pangan, khususnya cabai, akibat pasokan yang melimpah pasca panen serta normalisasi harga setelah periode Lebaran.
Neraca Dagang RI Masih Surplus?
Neraca perdagangan April 2025 akan mencerminkan seberapa besar dampak kebijakan perang dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Polling CNBC Indonesia dari sembilan institusi menunjukkan neraca dagang Indonesia akan mengecil ke US$ 2,7 miliar pada April 2025, dari US$ 4,33 miliar pada Maret 2025.
Sebagai catatan, Trump mengumumkan kebijakan tarif impor 10% dan tarif resiprokal pada 2 April 2025. Trump juga terus mengganti kebijakan tarif impornya. Trump memang menunda tarif resiprokal hingga 90 hari tetapi tetap memberlakukan tarif 10%.
Kebijakan yang berubah-ubah ini tentu berdampak kepada aktivitas perdagangan karena importir atau eksportir bisa ragu memesan atau mengirim barang.
Apabila surplus neraca perdagangan kali ini kembali terjadi, maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 60 bulan beruntun sejak Mei 2020.
Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang memperkirakan Indonesia kembali mencatat surplus sebesar US$3,85 miliar.
Ia menyampaikan kinerja ini ditopang oleh beberapa faktor utama:
Musim Lebaran menyebabkan normalisasi impor setelah lonjakan permintaan barang dan jasa jelang Ramadan di bulan sebelumnya.
Harga komoditas utama seperti CPO dan emas meningkat, mendorong nilai ekspor secara signifikan.
Pelemahan nilai tukar rupiah turut membuat ekspor lebih kompetitif meski menjadi tantangan bagi impor barang konsumsi.
Ekspor diperkirakan tumbuh 10,4% YoY, sementara impor naik 5,4% YoY, mencerminkan permintaan domestik yang masih terjaga.
6 Paket Insentif Prabowo
Pemerintah akan mengeluarkan paket kebijakan insentif ekonomi pada 5 Juni mendatang. Paket itu terdiri dari enam insentif untuk mendorong aktivitas ekonomi dan daya beli masyarakat pada pertengahan tahun ini.
Diketahui pemerintah akan memberikan 6 bantuan untuk mendorong perekonomian Indonesia. Berikut daftar lengkap bantuan yang diberikan pemerintah:
1. Diskon Transportasi
Terdapat 3 jenis Diskon Transportasi selama 2 bulan pada momen libur sekolah (sekitar awal Juni 2025 s.d. pertengahan Juli 2025) antara lain:
Diskon Tiket Kereta sebesar 30%.
Diskon Tiket Pesawat berupa PPN DTP 6%.
Diskon Tiket Angkutan Laut sebesar 50%
2. Diskon Tarif Tol
Diskon Tarif Tol sebesar 20% untuk sekitar 110 Juta Pengendara selama 2 bulan pada momen Liburan Sekolah (sekitar awal Juni 2025 s.d. pertengahan Juli 2025).
3. Diskon Tarif Listrik
Diskon Tarif Listrik sebesar 50% kepada sekitar 79,3 Juta Rumah Tangga (Pelanggan ≤1300 VA).
Pemberlakuan Diskon Listrik skemanya sama dengan Program Diskon Listrik pada Januari-Februari 2025 yang lalu, akan dimulai pada awal Juni 2025 s.d. akhir Juli 2025 (tanggal 5 Juni s.d. 31 Juli 2025).
4. Penebalan Bantuan Sosial dan Pemberian Bantuan Pangan
Tambahan Kartu Sembako Rp200.000/Bulan untuk sekitar 18,3 Juta KPM diberikan selama dua bulan.
Bantuan Pangan 10 kg Beras untuk sekitar 18,3 Juta KPM.
5. Bantuan Subsidi Upah (BSU)
Bantuan Subsidi Upah sebesar Rp150.000/Bulan untuk sekitar 17 Juta Pekerja dengan gaji sampai dengan Rp3,5 juta atau sebesar UMP/Kota/Kab yang berlaku, serta 3,4 Juta Guru Honorer selama 2 bulan (Juni-Juli 2025).
Bantuan BSU akan disalurkan satu kali penyaluran pada bulan Juni 2025.
6. Perpanjangan Diskon Iuran JKK
Perpanjangan Diskon 50% dilakukan kembali selama 6 bulan bagi Pekerja Sektor Padat Karya (Periode Agustus 2025 sampai dengan Januari 2026).
Penerapan Program oleh Kementerian Ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan stimulus ini akan menjaga daya beli dan memitigasi perlambatan pertumbuhan pada kuartal II-2025.
Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal I-2025 sebesar 4,87% (year on year/yoy)atau terendah sejak kuartal III-2021.
Head of Macroeconomic Research Bank BCA, Barra Kukuh Mamia menjelaskan kepada CNBC Indonesia Research, bahwa paket insentif tersebut secara numeric akan memberikan dampak bagi ekonomi RI. Ia menegaskan setidaknya berdampak sekitar 0,05-0,1%.
Ia pun menegaskan apabila perlunya melihat kondisi likuiditas di masyarakat apakah sudah suportif atau belum.
"Sejauh ini mulai ada tanda-tanda perbaikan, tapi belum firm," tutup Barra.
Trump Naikkan Tarif Baja 50%
Trump pada Jumat mengumumkan bahwa ia berencana untuk menggandakan tarif impor baja dari 25% menjadi 50%, yang akan meningkatkan tekanan pada produsen yang bergantung pada logam industri untuk produksi. Bea masuk baru akan mulai berlaku pada tanggal 4 Juni.
Uni Eropa (UE) akhirnya mengkritik langkah Presiden Donald Trump untuk menggandakan tarif impor baja. Benua Biru memperingatkan bahwa hal itu "merusak" upaya untuk mencapai "solusi yang dinegosiasikan" dalam perang dagang yang sedang berlangsung. "Kami sangat menyesalkan pengumuman kenaikan tarif AS atas impor baja dari 25% menjadi 50%," kata juru bicara UE dalam sebuah pernyataan kepada NBC News pada Sabtu (31/5/2025).
Dia menambahkan bahwa UE siap menerapkan tindakan balasan, termasuk sebagai tanggapan atas kenaikan tarif AS terbaru.
PMI Manufaktur AS- China Pekan ini, S&P global akan mengumumkan data PMI manufaktur sejumlah negara seperti AS, Jepang, ASEAN, hingga China untuk periode Mei 2025. Data ini menjadi pegangan awal seberapa besar dampak perang dagang ke aktivitas manufaktur dunia.
ISM Manufacturing AS akan dirilis pada hari ini sementara China dikeluarkan pada Selasa (3/6/2025).
Data Tenaga Kerja AS AS akan mengumumkan data Job Openings and Labor Turnover Survey atau JOLTs untuk periode April. Survei ini memberikan data penting tentang dinamika pasar tenaga kerja. Di antaranya jumlah lowongan kerja yang tersedia dan belum terisi. jumlah orang yang baru saja direkrut/perusahaan yang mempekerjakan pegawai baru, jumlah orang yang meninggalkan pekerjaan termasuk resign dan dirumahkan.
Sebagai catatan, lowongan kerja di Amerika Serikat turun sebanyak 288.000 menjadi 7,192 juta pada Maret 2025, level terendah dalam enam bulan terakhir dan jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 7,48 juta. Penurunan terjadi secara luas di berbagai sektor, dengan penurunan terbesar tercatat pada transportasi, akomodasi dan layanan makanan, konstruksi, hingga pemerintah,
Data ini menunjukkan tanda pelemahan di pasar tenaga kerja AS, terutama di sektor-sektor yang sebelumnya cukup kuat. Penurunan tajam di berbagai sektor bisa menjadi sinyal moderasi permintaan tenaga kerja, yang berpotensi memengaruhi arah kebijakan suku bunga The Fed jika tren ini berlanjut.
.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
PMI Manufacturing Indonesia periode Mei 2025 (07:30 WIB)
Neraca Dagang Indonesia periode Mei 2025 (11:00 WIB)
Laju IHK Indonesia periode Mei 2025 (11:00 WIB)
PMI Manufacturing Final Amerika Serikat periode Mei 2025 (20:45 WIB)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menyelenggarakan Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan (RDK) Mei 2025
GoTo bersama Indosat Ooredoo meluncurkan fitur chatbot Sahabat-AI versi tahap kedua
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM akan menyelenggarakan Coffee Morning "Diseminasi RUKN dan RUPTL PLN 2025-2034"
Presiden menghadiri upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Gedung Pancasila, Jakarta Pusat.
Konferensi pers sosialisasi International Conference on Infrastructure (ICI) yang akan dilaksanakan di Media Center Kementerian Komunikasi dan Digital, Jakarta Pusat.
Peluncuran Sahabat-AI Model 70B dan Chatbot yang akan diselenggarakan di Museum Nasional (Ruangan Theatre), Jakarta Pusat. Narasumber: President Director & CEO GoTo Group dan President Director & CEO Indosat
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
Tanggal DPS Dividen Tunai PT Cikarang Listrindo Tbk. (POWR)
Tanggal DPS Dividen Tunai Buana Finance Tbk (BBLD)
Tanggal cum Dividen Tunai Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)
Tanggal ex Dividen Tunai Unggul Indah Cahaya Tbk (UNIC)
Tanggal ex Dividen Tunai PT Bersama Zatta Jaya Tbk (ZATA)
Tanggal ex Dividen Tunai PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI)
Tanggal ex Dividen Tunai PT IMC Pelita Logistik Tbk (PSSI)
Tanggal cum Dividen Tunai Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
Tanggal cum Dividen Tunai PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE)
Pemberitahuan RUPS Rencana Bumi Resources Tbk (BUMI)