Newsletter

Rupiah-IHSG Punya Booster Jumbo: BI Rate Turun & Trump vs Powell Damai

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
17 July 2025 06:15
Ilustrasi Trading (Stok Market)
Foto: Ilustrasi Trading (Stok Market)
  • Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam kemarin, IHSG merespon hijau lagi, sementara rupiah dan obligasi cenderung stabil.
  • Wall Street kompak menghijau setelah Trump memastikan tidak akan memecat Powell
  • Efek suku bunga turun sampai update data pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) bakal jadi story utama hari ini.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI bisa dibilang bergerak hijau, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat, sementara rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan obligasi cenderung stabil.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan kompak menguat pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin Rabu (16/7/2025) berakhir di posisi 7192.08. Dalam sehari menguat 0,72%, mengakumulasi tren hijau selama delapan hari beruntun.

Sebanyak 351 saham naik, 250 turun, dan 201 tidak bergerak. Nilai transaksi cukup ramai mencapai Rp 16,13 triliun yang melibatkan 29,09 miliar saham dalam 1,70 juta kali transaksi. Asing masih mencatatkan net sell sebesar Rp 1,1 triliun.

Mayoritas sektor perdagangan berada di zona hijau dengan penguatan terbesar terjadi di sektor energi dan teknologi. Sementara itu, hanya sektor properti, kesehatan dan barang baku yang mengalami koreksi.

Emiten blue chip dengan kapitalisasi pasar jumbo menjadi penggerak utama laju IHSG kemarin Emiten pusat data milik Toto Sugiri dan Salim, PT DCI Indonesia Tbk (DCII), menjadi penopang utama gerak IHSG dengan sumbangan mencapai 40,59 indeks poin. Kemudian ada emiten tambang batu bara Grup Sinar Mas, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) menjadi dengan sumbangan 9,28 indeks poin.

Lalu ada emiten Prajogo Pangestu yang baru melantai di Bursa yakni PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dengan sumbangsih 4,76 indeks poin. Melengkapi lima besar adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI) da P Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan kontribusi masing-masing 3,14 dan 2,9 indeks poin.

Beralih ke pasar nilai tukar, terpantau rupiah ada pelemahan tipis terhadap dolar AS, tetapi masih cenderung dalam level yang stabil usai Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga.

Merujuk data Refinitiv, pada penutupan kemarin, rupiah berakhir di posisi Rp16.265 atau turun tipis 0,06%.

Secara intraday rupiah sempat melemah sampai di level Rp16.295/US$ sebelum akhirnya rupiah bisa rebound pasca pengumuman penurunan suku bunga acuan BI.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) juga mengalami pelemahan sebesar 0,06% ke level 98,56 per pukul 15:00 WIB.

Sementara itu dari pasar obligasi juga terpantau masih mengalami pelemahan tipis.

Pada kemarin, yield obligasi acuan Ri tenor 10 tahun naik 0,11% atau tidak sampai 1 basis poin (bps) ke posisi 6,56%. Ketika yield naik, menunjukkan harga yang turun, karena sifatnya yang berlawanan arah.

Namun, perlu diperhatikan bahwa secara tren pasar obligasi RI masih cenderung stabil. Yield juga masih di bawah asumsi konservatif pemerintah sekitar 6,8% - 7,3%, menunjukkan ruang yang masih menarik untuk diakumulasi investor.

Dari pasar saham Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kompak menghijau pada perdagangan Rabu atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Indeks S&P 500 naik 0,32% dan ditutup di level 6.263,70. Nasdaq Composite menguat 0,26% menjadi 20.730,49, mencetak rekor penutupan ke-9 tahun ini. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average menanjak 231,49 poin atau 0,53%, ditutup di 44.254,78. Pada titik terendah sesi perdagangan, indeks berisi 30 saham utama ini sempat turun 264,31 poin atau 0,6%.

Pasar menghijau setelah kisruh Trump vs Chairman The Fed Jerome Powell kemungkinan berakhir,
Trump membantah laporan jika dia akan memecat Powell meskipun pelaku pasar tetap khawatir bahwa Trump bisa saja tetap melanjutkan niatnya.

Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan kepada anggota parlemen Partai Republik bahwa Trump kemungkinan besar dalam waktu dekat akan mencopot Powell dari jabatannya.

Terpisah, The New York Times melaporkan bahwa Trump bahkan telah menyusun surat pemecatan untuk Powell dan menunjukkan draf surat itu kepada para anggota parlemen dalam pertemuan tersebut.

Namun tak lama setelah itu, Trump meremehkan laporan-laporan tersebut dan mengatakan bahwa dirinya sangat kecil kemungkinannya akan memecat Powell dalam waktu dekat.

Selama beberapa pekan terakhir, Trump terus mendorong agar Powell dicopot, sebagai desakan agar The Fed memangkas suku bunga secara agresif. Pada Selasa, dia menyebut bahwa suku bunga seharusnya dipangkas sebanyak 3 poin persentase.

Namun awal bulan ini, Powell mengonfirmasi bahwa bank sentral sebenarnya sudah siap untuk melonggarkan kebijakan moneter jika saja tidak ada tarif bea masuk yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump.

"Pasar tidak akan menyukainya jika Powell dipecat. Ini jelas merupakan isu politik yang sensitif... tetapi secara umum, sebagian besar pelaku pasar besar yang saya kenal menilai bahwa Powell telah menjalankan tugasnya dengan sangat baik." kata Larry Tentarelli, pendiri Blue Chip Daily Trend Report dikutip dari CNBC International.

Sementara itu, data ekonomi baru yang dirilis pekan ini menimbulkan kekhawatiran tentang inflasi yang terus-menerus dan dampak tarif Trump terhadap perekonomian AS.

Indeks harga konsumen (CPI) yang dirilis pada Selasa menunjukkan kenaikan pada Juni dibanding Mei. Meski laporan terpisah pada Rabu menunjukkan harga grosir (PPI) stagnan dari bulan sebelumnya, data tersebut tidak terlalu menggembirakan jika ditelaah lebih dalam.

"Penting untuk dicatat bahwa PPI tidak mencakup dampak langsung dari tarif, artinya $27 miliar pendapatan tarif yang dikumpulkan pada Juni akan harus ditanggung oleh produsen asing, korporasi domestik, atau pada akhirnya, oleh konsumen," Marc Balcer, direktur strategi investasi di Girard kata Balcer.

Sementara itu, laporan keuangan bank-bank besar berlanjut untuk hari kedua. Meski mencatatkan hasil laba yang lebih baik dari perkiraan, saham Bank of America dan Morgan Stanley ditutup melemah tipis. Goldman Sachs juga mengalahkan ekspektasi dan sahamnya naik hampir 1%.

Sentimen pasar pada perdagangan Kamis hari ini (17/7/2025) tampaknya masih akan dipengaruhi efek keputusan yang tak terduga dari penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI).

Selain itu, dari eksternal data terkait update tenaga kerja Amerika Serikat (AS), serta perkembangan detail tarif Trump setelah pengumuman diturunkan kemarin cukup penting dinantikan guna melihat sejauh mana akan mempengaruhi sektor atau industri.

Berikut rincian sentimen yang akan mempengaruhi gerak pasar keuangan hari ini berurutan dari global - nasional :

Update Pasar Tenaga Kerja AS & Harga Produsen

Hari ini AS akan mengumumkan klaim pengangguran yang berakhir apda 12 Juli 2025. Penambahan angka klaim tunjangan pengangguran untuk pekan yang berakhir 12 Juli 2025 diperkirakan akan naik jadi 235..000, lebih tinggi dari pekan sebelumnya 227.000.

Data pekan sebelumnya tersebut sudah menunjukkan klaim tunjangan klaim di AS urun sebanyak 5.000, lebih rendah dari proyeksi pasar yang memperkirakan kenaikan sebanyak 2.000 menjadi 235.000.

Posisi tersebut menandai penurunan mingguan keempat secara beruntun sekaligus menjadi angka terendah dalam tujuh pekan terakhir, memperkuat pandangan bahwa pasar tenaga kerja AS masih cukup tangguh di tengah tingginya suku bunga dan ketidakpastian ekonomi.

Namun di sisi lain, jumlah klaim lanjutan atau tunjangan pengangguran yang masih berjalan justru meningkat sebesar 10.000 menjadi 1.965.000, tertinggi sejak 2021. Kenaikan ini mempertegas kekhawatiran bahwa proses perekrutan tenaga kerja mulai melambat.

Sementara itu, klaim awal yang diajukan oleh pegawai pemerintah federal, yang belakangan menjadi sorotan seiring pemutusan hubungan kerja di Department of Government Efficiency (DOGE)m turut mencatat penurunan tipis sebanyak 15 menjadi 438 pada akhir Juni, angka terendah sejak Desember 2024.

Kondisi pasar tenaga kerja bisa dibilang masih cukup kuat, tetapi belum setangguh yang semestinya. Sejauh ini, inflasi yang rilis pada pekan ini juga semakin memanas, jika klaim pengangguran nanti malam bertambah lebih sedikit, efeknya akan memudarkan proyeksi pemangkasan suku bunga the Fed tahun ini.

Maka dari itu, selain inflasi, update soal pasar tenaga kerja menjadi satu yang penting diperhatikan untuk mencermati arah kebijakan moneter the Fed ke depan.

Sementara itu, AS mengumumkan harga produsen di Amerika Serikat tidak mengalami perubahan (0,0%) pada Juni 2025 dibandingkan Mei, setelah mengalami revisi kenaikan sebesar 0,3% di bulan sebelumnya. Angka ini lebih rendah dari perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,2%.

Secara tahunan, inflasi produsen turun ke 2,3%, level terendah sejak September 2024.

Core PPI (yang tidak memasukkan harga pangan dan energi yang volatil) juga stagnan secara bulanan (0,0%), meleset dari ekspektasi pasar sebesar 0,2%.

Secara tahunan, Core PPI turun dari 3,2% di Mei menjadi 2,6% di Juni-juga lebih rendah dari perkiraan 2,7%.

Mencermati Perkembangan Tarif Trump

Pemerintah AS resmi menurunkan tarif impor bagi produk Indonesia dari 32% menjadi 19%.

Pengumuman yang disampaikan langsung oleh Donald Trump ini menjadi angin segar bagi pasar keuangan Indonesia, apalagi tarif tersebut lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

Namun, di balik kabar baik tersebut, terdapat poin penting lain yang patut dicermati. Trump menyebutkan bahwa sebagai bagian dari kesepakatan terbaru, AS tidak akan membayar tarif apapun untuk barang yang diekspor ke Indonesia.

"Mereka akan membayar 19% dan kami tidak akan membayar apapun... kami akan memiliki akses penuh ke Indonesia," ujar Trump dalam pernyataan yang dikutip dari akun Instagram resmi White House, Selasa (15/7/2025).

Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, menilai kesepakatan ini sebagai peluang besar bagi Indonesia.

Menurutnya, tarif baru tersebut lebih kompetitif dibanding Malaysia (25%), Vietnam (20-40% untuk transhipment), dan Thailand (36%).

Fakhrul optimistis selisih tarif ini dapat menarik investasi baru ke Indonesia, khususnya di sektor kawasan industri (industrial estate), dengan potensi tambahan investasi mencapai US$200-300 juta dalam 1-2 tahun ke depan.

"Ini saatnya Indonesia tancap gas, waktu konsolidasi sudah hampir selesai," tegas Fakhrul.

Sebagai bagian dari perjanjian, Indonesia berkomitmen membeli 50 pesawat Boeing, serta produk pertanian dan energi asal AS.

Nilai pembelian energi mencapai US$15 miliar, sementara produk pertanian AS akan diimpor sebesar US$4,5 miliar atau sekitar Rp79,6 triliun. Jumlah ini melonjak tajam dibandingkan rata-rata impor pertanian Indonesia dari AS yang mencapai US$2,9 miliar per tahun.

Menurut data Departemen Pertanian AS (USDA), impor pertanian Indonesia dari AS sempat turun 4% pada 2024. Namun dengan kesepakatan baru, impor produk pertanian AS ke Indonesia diperkirakan akan meningkat 55%. AS saat ini merupakan pemasok pertanian terbesar keempat bagi Indonesia setelah Brasil, China, dan Australia. Komoditas utama dari AS meliputi kedelai, gandum, daging sapi, dan produk olahan makanan.

Indonesia tercatat sebagai salah satu pengimpor kedelai pangan terbesar di dunia, mencapai 2,5-2,6 juta metrik ton per tahun, dengan 90% di antaranya berasal dari AS. Permintaan kedelai tetap tinggi karena konsumsi makanan tradisional seperti tempe dan tahu.

Meski begitu, dengan populasi yang terus tumbuh dan kelas menengah yang semakin besar, Indonesia tetap menjadi pasar strategis bagi produk pertanian dan energi AS.

Fakhrul menegaskan, yang lebih penting dari sekadar angka tarif adalah pengakuan Amerika atas posisi strategis Indonesia, khususnya terkait mineral tanah jarang, tembaga, dan komoditas penting lainnya.

"Posisi kita dalam mineral ini adalah kekuatan tawar Indonesia ke depan," tutup Fakhrul.

Efek Lanjutan Suku Bunga BI Turun 25 Bps Menuju 5,25%

BI secara mengejutkan BI rate kemarin, Rabu (16/7/2025). Pemangkasan ini adalah yang pertama dalam dua bulan terakhir dan kedua spenjang 2025.

Pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang nampaknya belum terlalu direspon pasar, meskipun IHSG kemarin hijau.

Hal itu bisa dikatakan demikian karena sektor finansial masih jalan di tempat, sejumlah emiten bank besar pun geraknya masih minim. Sebut saja seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 0,69%, PT Bank Centrak Asia Tbk (BBCA) koreksi 0,29%, sementara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) stagnan.

Saham big caps perbankan yang menguat kemarin hanya saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar 1,98% ke posisi Rp4.130 per lembar.

Sektor properti kemarin juga geraknya masih tipis, hanya naik 0,02%.

Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia (BI) sudah memangkas suku bunga kemarin untuk periode Juli 2025 sebesar 25 bps menjadi 5,25%.

Suku bunga Deposit Facility juga turun menjadi sebesar 4,5% dan suku bunga Lending Facility turun menjadi 6,0%.

Ini adalah pemangkasan suku bunga ketiga dalam tahun ini. Terakhir, BI memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada Mei lalu.

Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (16/7/2025) menjelaskan, keputusan tersebut konsisten dengan perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang rendah dan terkendali pada 2,5% plus minus 1%, mempertahankan nilai tukar rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"BI akan menjaga inflasi dalam sasaran dan nilai tukar rupiah sesuai fundamental mencermati kondisi terkini serta mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dinamika yang terjadi," kata Perry.

Pemangkasan suku bunga secara bertahap akan menguntungkan bagi sejumlah sektor Tanah Air, terutama sektor perbankan dan properti yang menggantungkan bisnisnya lebih banyak pada penyaluran kredit.

Selain itu, bagi emiten-emiten yang punya eksposur utang besar seperti di konstruksi, infrastruktur, telekomunikasi, sampai teknologi harusnya akan mendapatkan keringanan dalam membayar ongkos bunga pinjaman, membuat ruang bernapas lebih besar bagi penggunaan arus kas perusahaan.

 Trump Bantah Pecat Powell

Presiden Trump membantah bahwa dirinya berencana memecat Chairman The Fed Jerome Powell,. Pernyataan ini bertentangan dengan ucapan seorang pejabat senior Gedung Putih.

Sejumlah anggota Partai Republik di DPR mengatakan bahwa Trump membahas rencana itu pada Selasa malam. Trump kemudian mengatakan bahwa memecat Powell adalah sesuatu yang "sangat kecil kemungkinannya."

Beberapa jam setelah memberi tahu sekelompok anggota Partai Republik bahwa ia akan memecat Ketua The Fed Jerome Powell, Trump justru membantah rencana itu.
"Kami tidak berencana melakukan itu. Saya tidak mengesampingkan apa pun, tapi saya pikir ini sangat kecil kemungkinannya, kecuali dia harus mundur karena penipuan." tutur Trump dikutip dari CNBC International.

Dalam pertemuan Selasa malam di Oval Office, Trump bertanya kepada sekelompok anggota DPR dari Partai Republik apakah menurut mereka ia harus memecat Powell. Setelah menerima dukungan, Trump mengatakan ia akan melanjutkan rencana tersebut.

"Presiden bertanya kepada para legislator bagaimana pendapat mereka tentang memecat Ketua The Fed. Mereka menyatakan setuju. Presiden menunjukkan bahwa ia kemungkinan akan segera melakukannya," kata seoarang pejabat tersebut, yang meminta anonimitas untuk dapat berbicara secara terbuka.

Anggota DPR tersebut sebenarnya diundang ke Gedung Putih untuk membahas rancangan undang-undang terkait regulasi kripto yang terhambat di DPR.

Secara terpisah, The New York Times melaporkan bahwa Trump bahkan telah menyiapkan draf surat pemecatan untuk Powell, dan menunjukkan surat itu kepada para anggota parlemen dalam pertemuan soal kripto tersebut.

Seorang pejabat The Fed menolak berkomentar tentang apa yang terjadi dalam pertemuan di Oval Office.

Namun Powell telah berulang kali mengatakan bahwa pemecatannya "tidak diperbolehkan menurut hukum."

Dalam sejarah panjang AS, tidak ada presiden AS sebelumnya yang pernah mencoba memecat gubernur bank sentral, meskipun beberapa pernah mengkritik ketua The Fed sebelumnya.

Trump menunjuk Powell sebagai Ketua The Fed pada November 2018, menggantikan Janet Yellen (yang kemudian menjadi Menteri Keuangan di bawah Presiden Joe Biden). Senat mengonfirmasi penunjukannya pada Februari berikutnya. Namun Powell sering menjadi sasaran kritik Trump, baik selama masa jabatan pertamanya maupun di periode keduanya kini.

Di bawah kepemimpinan Powell, The Fed mempertahankan suku bunga tetap setelah memangkasnya pada akhir 2024. Trump menuduh Powell bermotivasi politik dan hanya memangkas suku bunga pada 2024 untuk membantu kandidat Demokrat Kamala Harris.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Retail Sales AS periode Juni 2025 secara bulanan (MoM)

  • Update penambahan jumlah klaim pengangguran mingguan per 12 Juni 2025

  • Neraca perdagangan Jepang periode Juni 2025

  • Coffee Morning CNBC Indonesia " Indonesia Darurat Gas, Benarkah?" di Amanaia, Jakarta Selatan. Turut hadir antara lain Wakil Ketua MPR dan Direktur Utama PGN.

  • Menteri Perdagangan akan menghadiri kegiatan peluncuran Hari Ritel Nasional (HRN) 2025 di Auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat.

  • Kagama Leaders Forum dengan tema kemandirian pangan dan kedaulatan pangan di Auditorium Abdurrahman Saleh RRI, Jakarta Pusat.

  • Press conference Indonesia Re International Conference (IIC) 2025 di kantor PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero), Kota Jakarta Pusat.

  • Peluncuran IBM SkillsBuild Developer Initiative di kantor IBM Indonesia, The Plaza Office Tower, Jakarta Pusat. Turut hadir President Director IBM Indonesia dan CEO at Hacktiv8 Indonesia.

  • Google Cloud bersama US-ASEAN Business Council (USABC) mengundang Anda untuk hadir dalam konferensi pers bertajuk "Google Cloud's Expanded Commitment to Indonesia: Bolstering Cyber Resilience with AI-Powered Security Operations" yang akan diadakan di @america Pacific Place, SCBD, Jakarta Selatan.

  • Konferensi pers dan peluncuran produk Ultimate Vibrant Skin dari Blackmores yang akan diadakan di ORASA's, Gafoy (Mall Kelapa Gading), Jakarta Utara. Turut hadir selebritas Luna Maya dan dr. Arini Widodo, SM, Sp.DVE, FINSDV.

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • RUPS BINO

 

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular