
Trump Sudah Beri Kado Tarif 19%, Indonesia Kini Tunggu Kejutan dari BI

Dari pasar saham AS, bursa Wall Street mayoritas melemah pada perdagangan Selasa waktu A atau Rabu dini hari waktu Indonesia.
Indeks melemah seiring kekhawatiran atas inflasi di AS dan laporan keuangan yang beragam dari bank-bank besar menyeret indeks saham unggulan itu ke bawah. Sementara itu, Nasdaq Composite menguat didorong oleh kenaikan saham Nvidia.
Dow Jones melemah 436,36 poin atau 0,98% dan ditutup pada level 44.023,29. Indeks S&P 500 turun 0,40% dan berakhir di 6.243,76, melandai dari rekor tertinggi yang sempat dicapai di awal sesi.
Nasdaq masih naik 0,18% dan ditutup pada rekor tertinggi baru di 20.677,80. Indeks yang sarat saham teknologi ini terbantu oleh kenaikan 4% saham Nvidia setelah perusahaan chip tersebut menyatakan harapannya untuk segera melanjutkan pengiriman GPU H20 ke China.
Data inflasi Juni yang dirilis Selasa menunjukkan peningkatan dibandingkan Mei. Indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) naik 0,3% secara bulanan (mtm), sehingga tingkat inflasi tahunan berada di 2,7% (yoy).
Inflasi inti naik 0,2% secara bulanan, sedikit di bawah ekspektasi. Namun secara tahunan, CPI inti menanjak 2,9 (yoy).
Data ini memicu kekhawatiran terhadap dampak tarif yang diberlakukan Presiden Donald Trump. Trump pada Sabtu menyatakan bahwa AS akan memberlakukan tarif 30% atas barang-barang dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus.
"Laporan inflasi AS terbaru secara praktis mengonfirmasi bahwa tarif Presiden Trump mendorong kenaikan harga konsumen pada Juni," kata Matthew Ryan, kepala strategi pasar di perusahaan jasa keuangan global Ebury, dikutip dari CNBC International.
Dia menambahkan meski ada sedikit kekurangan pada angka inflasi inti, baik inflasi utama maupun inflasi yang mendasarinya kini berada di level tertinggi dalam empat bulan terakhir.
"Kekhawatiran besar bagi pejabat The Fed adalah bahwa badai yang lebih besar mungkin menanti, karena ada jeda waktu antara pemberlakuan tarif dan kenaikan harga, dan tambahan tarif per 1 Agustus hampir pasti akan mendorong tekanan inflasi lebih lanjut," tambah Ryan.
Skyler Weinand, Chief Investment Officer dari Regan Capital, mengatakan bahwa laporan CPI hari Selasa yang sesuai ekspektasi memberikan sedikit kelegaan, namun "sangat mungkin bahwa gelombang inflasi akibat tarif sedang menuju pasar."
Dari sisi laporan keuangan, hasil dari sejumlah raksasa keuangan gagal menarik minat investor.
Wells Fargo mencatat laba di atas perkiraan, tetapi penurunan panduan pendapatan bunga bersih menyebabkan sahamnya turun lebih dari 5%. Saham JPMorgan Chase juga melemah meski bank tersebut mencatat hasil kuartal kedua yang lebih baik dari perkiraan berkat pendapatan kuat dari perdagangan dan perbankan investasi. Manajer aset BlackRock turun hampir 6% karena pendapatan kuartalannya meleset dari ekspektasi.
Citigroup menjadi pengecualian dari tren negatif di sektor keuangan, naik lebih dari 3% setelah mencatat kinerja kuartal kedua yang melebihi perkiraan.
Wall Street berharap musim laporan keuangan kuartal kedua dapat mendorong pasar saham yang sudah mendekati level tertinggi sepanjang masa. Namun ekspektasinya masih rendah.
Berdasarkan data FactSet, S&P 500 diperkirakan mencatat pertumbuhan laba gabungan sebesar 4,3% secara tahunan. Ini akan menjadi laju pertumbuhan terendah sejak kuartal keempat tahun 2023.
(tsn/tsn)