Economic Outlook 2025

Penuh Tantangan, Selamat Berjuang Mati-matian di 2025

Tim Riset, CNBC Indonesia
13 January 2025 06:45
Emas
Foto: Pexels/Michael Steinberg

Emas bersinar menjadi sorotan utama setelah mencatatkan lonjakan harga terbesar dalam lebih dari satu dekade pada 2024. Pada 2025, logam mulia ini diperkirakan tetap bullish meskipun pertumbuhan mungkin lebih terkendali. Faktor-faktor seperti kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed), dinamika geopolitik, dan pembelian emas oleh bank sentral global menjadi penentu utama arah pasar.

Menurut laporan World Gold Council (WGC), harga emas yang melonjak 28% sepanjang 2024 menjadi cerminan dari permintaan investor dan bank sentral yang berhasil mengimbangi penurunan permintaan konsumen.

WGC mencatat bahwa total permintaan emas pada kuartal ketiga 2024 melampaui US$100 miliar untuk pertama kalinya, dengan 40 rekor harga baru tercapai sepanjang tahun tersebut. "Bank sentral global telah menjadi pembeli bersih selama hampir 15 tahun terakhir, dengan kontribusi permintaan mencapai 7-10% pada 2024. Tren ini diperkirakan akan berlanjut di 2025," jelas laporan tersebut.

Gregory Shearer, Head of Base and Precious Metals Strategy di J.P. Morgan, memperkirakan harga emas akan mencapai $3.000 per ons pada akhir 2025.

"Pasar emas akan tetap diuntungkan oleh rendahnya pasokan global dan meningkatnya permintaan dari investor yang mencari perlindungan di tengah gejolak geopolitik," ujarnya. Sentimen serupa disampaikan oleh analis pasar lain yang melihat potensi emas tetap kuat di tengah tekanan inflasi dan ekspektasi kenaikan utang pemerintah AS.

Sementara itu, Kyle Rodda, analis di Capital.com, menyatakan bahwa emas kini memasuki fase konsolidasi, yang sering kali menjadi indikator bagi pergerakan harga yang lebih tinggi. "Ketidakpastian global dan kebijakan ekonomi AS di bawah pemerintahan Trump kemungkinan akan menjadi faktor pendorong utama," tambah Rodda.

Menurut analisis WGC, dinamika pasar emas pada 2025 akan sangat dipengaruhi oleh empat faktor utama: ekspansi ekonomi, risiko dan ketidakpastian, biaya peluang, serta momentum pasar. Dengan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed hingga 100 basis poin pada akhir tahun, emas diperkirakan tetap berada dalam kisaran harga yang stabil dengan potensi kenaikan moderat.

Namun, tantangan tetap ada. Potensi penguatan dolar AS atau percepatan pemulihan ekonomi global dapat membatasi kenaikan harga. Selain itu, permintaan konsumen di Asia, terutama dari China, menunjukkan tanda-tanda stagnasi. Namun, potensi peningkatan permintaan dari bank sentral atau eskalasi risiko geopolitik dapat memberikan dorongan tambahan bagi harga emas.

Selain emas, harga perak juga diperkirakan akan mencatatkan kenaikan signifikan pada 2025.

Gregory Shearer menambahkan bahwa "perak akan mencatatkan momen keemasannya dengan potensi kenaikan harga hingga $38 per ons pada akhir tahun, seiring pemulihan harga logam dasar."

Secara keseluruhan, proyeksi pasar menunjukkan bahwa harga emas akan terus menjadi andalan bagi investor yang mencari perlindungan di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global. Dengan konsensus pasar yang memperkirakan pertumbuhan moderat, emas tetap dianggap sebagai aset lindung nilai utama.

Dalam konteks ini, investor disarankan untuk mempertahankan eksposur atau kontribusi terhadap emas dalam portofolio mereka. Dukungan dari faktor-faktor seperti kebijakan suku bunga rendah, ketegangan geopolitik, dan pembelian bank sentral diperkirakan akan terus memberikan pijakan kuat bagi pasar emas di tahun mendatang.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(mae)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular