
Penuh Tantangan, Selamat Berjuang Mati-matian di 2025

Prospek batu bara dunia pada 2025 diperkirakan akan lebih lesu dari tahun lalu di tengah permintaan yang terus melaju. Bahkan pada 2023 dan 2024 permintaan atau konsumsi batu bara dunia mencapai titik tertinggi sepanjang masa.
Lantas apa yang jadi penyebab prospek batu bara akan lesu pada 2025 dan berapa proyeksi harga batu bara global pada 2025?
Permintaan Batu Bara 2024 Pecah Rekor, Bagaimana 2025?
Berdasarkan data Badan energi Internasional (IEA) permintaan baru bara global diproyeksi mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, yakni mencapai 8.771 juta ton pada 2024. Jumlah tersebut lebih tinggi 1% dari permintaan pada 2023 sebesar 8.687 juta ton, di mana juga merupakan rekor tertinggi sepanjang masa pada waktu itu.
Pertumbuhan batu bara dunia pada 2024 didorong oleh negara-negara di Asia. Adapun peningkatan terbesar pada 2024 diperkirakan terjadi di India sebanyak 70 juta ton atau 1,1% year-on-year/yoy) dan China sebesar 56 juta ton atau 1,1% yoy.
Peningkatan permintaan batu bara paling besar pada 2024 terjadi di negara-negara Asia Tenggara yang mencapai 7,6% yoy menjadi 35 juta ton. Diperkirakan permintaan batu bara di ASEAN meningkat 35% sejak awal abad ini.
Di sisi lain, permintaan batu bara di negara-negara barat mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan permintaan batu bara di Uni Eropa pada 2024 diperkirakan mencapai 42 juta ton dan Amerika Serikat turun 18 juta ton.
Sementara pada 2025, pertumbuhan konsumsi batu bara dunia diperkirakan akan melandai bahkan hanya mencapai 0,34% yoy menjadi 8.801 juta ton.
Permintaan batu bara dari China diperkirakan akan cenderung stagnan pada 2025 dengan konsumsi 4.940 juta ton. Jumlah tersebut hanya tumbuh 1 juta ton atau hanya 0,02% dari konsumsi 2024 sebesar 4.939 juta ton.
Sementara India, konsumen batu bara terbesar kedua dunia, diperkirakan akan memiliki konsumsi sebesar 1.363 juta ton pada 2025. Jumlah tersebut pun hanya tumbuh 48 juta ton atau 3,65% dari 2024 sebesar 1.315 juta ton.
Konsumsi batu bara China dan India yang cenderung melandai karena adanya pengembangan energi hijau yang mulai mengambil pasar batu bara sebagai sumber energi.
Pada Agustus 2024, sumber listrik tenaga air di China meningkat 10,7% pada Agustus dibandingkan bulan yang sama tahun 2023, mencapai 163,5 miliar kWh, meskipun laju pertumbuhan melambat dari lonjakan 36,2% pada Juli.
Kontribusi energi terbarukan juga terus meningkat, dengan produksi tenaga surya melonjak 21,7% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara tenaga angin naik 6,6%. Pembangkit listrik tenaga nuklir naik 4,9% pada Agustus.
Selain itu, China Three Gorges Renewables Group Co. berencana membangun pusat pembangkit listrik besar yang memadukan energi angin, matahari, batu bara, dan baterai di Gurun Taklamakan, menurut pengajuan perusahaan tersebut pada awal Januari 2025.
Proyek tersebut akan mencakup panel surya dengan kapasitas 8,5 gigawatt, turbin angin berkapasitas 4 gigawatt, enam pembangkit listrik tenaga batu bara dengan kapasitas 660 megawatt, dan penyimpanan baterai sebesar 5 gigawatt-jam, menurut pengajuan tersebut.
Proyek ini merupakan bagian dari rencana untuk memanfaatkan lahan gurun yang tidak terpakai di China guna menghasilkan listrik bersih dan menyalurkannya melalui jalur transportasi jarak jauh ke kota-kota padat penduduk.
Perusahaan tersebut juga mengumumkan rencana untuk menginvestasikan hingga CNY 4,7 miliar atau Rp10.38 triliun(kurs=Rp2.208,48/yuan) pada proyek angin lepas pantai dengan kapasitas 400 megawatt di lepas pantai provinsi Fujian.
Sementara itu, India akan menambahkan kapasitas energi surya dan angin sebesar 35 gigawatt (GW) ke jaringannya pada tahun yang berakhir Maret 2025, kata seorang pejabat tinggi kepada Reuters. Hal ini dilakukan dalam upaya memenuhi target energi bersih 2030 setelah gagal mencapai target energi terbarukan 2022 yang sebelumnya diumumkan.
India menambahkan total kapasitas energi terbarukan sebesar 10 GW pada periode April-Agustus 2024, sehingga total kapasitasnya mencapai sekitar 153 GW, menurut data pemerintah hingga Agustus 2024.
Di sisi lain, ASEAN diperkirakan akan mengalami pertumbuhan konsumsi batu bara yang konsisten pada 2025 yakni mencapai 520 juta ton, naik 29 juta ton atau 5,9% dari jumlah permintaan 2024 sebesar 491 juta ton.
Saat negara-negara di Asia-Pasifik menambah konsumsi batu bara, walaupun China dan India moderat, negara-negara di Eropa serta AS memangkas permintaan batu bara miliknya.
Konsumsi batu bara AS diperkirakan akan berkurang 17 juta ton menjadi 351 juta ton pada 2025, atau turun 4,6% yoy. Eropa juga akan memangkas 16 juta ton konsumsi batu bara menjadi 494 juta ton pada 2025 atau berkurang 3,14% yoy.
Harga Batu Bara 2025 Diramal Melandai
Bank dunia memperkirakan harga batu bara global akan melandai pada 2025 karena permintaan dari China yang diperkirakan akan moderat.
"Harga diproyeksikan turun sekitar 12 persen pada tahun 2025 dan 2026, setelah penurunan yang diperkirakan lebih dari 20 persen pada tahun 2024," menurut Bank Dunia (3/12/2024).
Rata-rata harga batu bara dunia perkiraan Bank Dunia adalah US$120 per ton pada 2025.
Bank Dunia mengatakan bahwa puncak permintaan batu bara di China akan mencapai puncak pada 2024 dan kemudian cenderung stagnan. Sebab peningkatan moderat permintaan listrik serta output yang kuat dari pembangkit listrik tenaga air dan energi terbarukan.
Mungkin peristiwa cuaca ekstrem, seperti gelombang panas atau kekeringan, khususnya di China, dapat mendorong permintaan yang lebih tinggi dan menaikkan harga.
Tapi menurut Bank Dunia ada risiko kelebihan pasokan yang dapat menjadi pemberat bagi laju harga batu bara dunia.
Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association Hendra Sinadia mengatakan adanya kelebihan pasokan atau oversupply akan membuat harga batu bara pada 2025 relatif stagnan dibandingkan 2024.
"Untuk pasar ekspor kondisi oversupply karena supply pasokan melebihi permintaan sehingga rerata Harga di 2024 lebih rendah dibandingkan 2023 apalagi dengan 2022. Untuk 2025 diperkirakan rentang Harga relatif sama di 2024 (paling tidak harapannya seperti itu), ujar Hendra kepada CNBC Indonesia, Kamis (2/1/2024).
Hendra menjelaskan bahwa tren permintaan batu bara dunia memang meningkat. Akan tetapi tingkat produksi juga meningkat lebih besar sehingga terjadi kelebihan pasokan.
"Kondisi tersebut (tingkat produksi meningkat) sudah terlihat sejak 2023, berlanjut di 2024 dan di 2025. China produsen terbesar batubara dunia juga produksinya domestiknya meningkat. India juga produksi mereka meningkat," ungkap Hendra.
Berdasarkan data IEA, kelebihan pasokan dengan jumlah yang besar terjadi sejak 2022 dan mencapai puncaknya pada 2023. Kelebihan pasokan pada 2023 tercatat 306 juta ton, naik 13 juta ton dari 2022 dengan jumlah 293 juta ton.
Sementara pada 2024, kelebihan pasokan batu bara global diperkirakan mencapai 297 juta ton. Kemudian pada 2025 kelebihan produksi dibandingkan konsumsi emas hitam mencapai 204 juta ton.
Meskipun melandai pada 2024 dan 2025, namun kelebihan pasokan batu bara dunia diperkirakan masih berada di atas 200 juta ton. Sementara secara umum kecenderungan kelebihan pasokan batu bara dunia berkisar 100-170 juta ton per tahun.
Kelebihan pasokan yang tinggi memberatkan harga batu bara untuk melaju kencang. Ditambah prospek ekonomi kawasan Asia, terutama China, yang diperkirakan belum cerah turut menyumbang katalis negatif bagi harga batu bara dunia.
Dikatakan bahwa pemulihan di pasar properti China diperkirakan tidak akan terjadi hingga akhir tahun 2025. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi China akan melambat menjadi 4,5% pada tahun 2025. Pertumbuhan ekonomi China pada 2025 lebih rendah dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2024 yakni 5%.
Jadi, kondisi batu bara dunia secara umum pada 2025 diperkirakan stagnan atau cenderung menurun dibandingkan 2024. Hal ini terlihat dari pertumbuhan permintaan yang stagnan, tapi tingkat produksi terus bertumbuh sehingga menciptakan kelebihan pasokan.
Belum lagi tantangan peralihan energi batu bara ke energi baru terbarukan sebagai pemasok kebutuhan listrik yang akan semakin memberatkan laju harga batu bara dunia.
(mae)