Newsletter

Banjir Stimulus untuk Dongkrak Daya Beli, Saatnya Pasar Bangkit?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
17 December 2024 06:00
Dalam agenda Konferensi Pers bertajuk
Foto: Dalam agenda Konferensi Pers bertajuk

Pengumuman mengenai pengenaan barang PPN 12% menjadi sorotan para pelaku pasar. Selain itu juga menanti kebijakan moneter oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve atau The Fed.

Barang Bebas PPN 12%

Pemerintah akan menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% per 1 Januari 2025. Namun, tidak semua barang akan terkena kenaikan tarif. Pemerintah juga memberikan sejumlah insentif paket kebijakan ekonomi untuk mendorong daya beli.

Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan barang kebutuhan pokok tetap dibebaskan PPN atau tarif 0%, termasuk beras. Begitu pula jasa pendidikan dan kesehatan.

Rincian mengenai jenis barang kebutuhan pokok dan barang penting (Bapokting) diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2020 (Perubahan Perpres 71 Taun 2015) tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.

Sebagian besar jenis barang Bapokting telah diberikan fasilitas PPN, perlu perluasan fasilitas untuk yang masih terutang PPN.

Barang yang sesuai peraturan perundangan seharusnya membayar PPN 12% namun karena sangat diperlukan oleh masyarakat umum, beban kenaikan PPN sebesar 1% akan ditanggung oleh Pemerintah. Dengan demikian, harga barang atau jasa yang dibayar oleh masyarakat tidak akan mengalami perubahan. Barang-barang ini meliputi tepung terigu, gula untuk industri, dan Minyak Kita.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan selama ini, barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak telah diberi pembebasan PPN (tarif 0%) antara lain kebutuhan pokok (beras, daging, ikan, telur, sayur, susu segar), jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa angkutan umum, rumah sederhana, air minum, yang diperkirakan mencapai Rp 265,6 T (2025).

97% Pelanggan RT Dapat Diskon Tarif Listrik 50%

PT PLN (Persero) mendukung penuh langkah Pemerintah dalam menyalurkan paket stimulus ekonomi bagi 81,4 juta pelanggan atau 97% dari total 84 juta pelanggan golongan rumah tangga.

Melalui stimulus tersebut, Pemerintah melalui PLN akan memberikan potongan tarif listrik sebesar 50% bagi pelanggan rumah tangga dengan daya 2.200 VA ke bawah pada Januari hingga Februari 2025.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa Pemerintah berupaya menjaga daya beli masyarakat berpendapatan menengah ke bawah melalui insentif berupa pemberian diskon tarif listrik bagi rumah tangga dengan daya terpasang 2.200 VA atau lebih rendah pada periode Januari - Februari 2025.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjabarkan bahwa diskon 50% bagi pelanggan pascabayar akan dinikmati secara otomatis ketika pelanggan melakukan pembayaran tagihan listrik untuk periode bulan Januari dan Februari. Sementara bagi pelanggan prabayar, diskon 50% akan diperoleh ketika pelanggan melakukan pembelian token listrik di periode yang sama.

Insentif PPh pasal 21 untuk Genjot Daya Beli

Pemerintah telah resmi mengumumkan insentif pajak penghasilan (PPh) pasal 21 ditanggung pemerintah atau DTP untuk para pekerja di sektor padat karya bergaji Rp 4,8 juta sampai dengan Rp 10 juta per bulan mulai 1 Januari 2025.

PPh Pasal 21 DTP 100% itu namun hanya berlaku untuk tiga sektor padat karya saja, yaitu sektor tekstil, sepatu, dan furnitur. Artinya, para pekerja di tiga sektor padat karya itu PPh pasal 21 nya ditanggung langsung oleh pemerintah 100%

"Enggak (semua sektor padat karya), tadi saya sudah sebutkan tekstil, sepatu, furnitur, itu yang saya ingat, nanti kita lengkapi lagi kalau masih kurang," kata Febrio saat ditemui di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (16/12/2024).

Meski begitu, Febrio belum bisa memastikan berapa bulan kebijakan insentif fiskal itu akan berlaku. Ia hanya bisa memastikan ketentuan detail dari pemberian insentif PPh Pasal 21 DTP untuk pekerja dengan dengan gaji sampai dengan Rp10juta/bulan diatur secara khusus dalam Peraturan Menteri Keuangan.

Pemerintah pun telah memperkirakan, kebutuhan anggaran untuk memberikan insentif PPh 21 DTP bagi para pekerja tiga sektor padat karya dengan gaji sampai Rp 10 juta per bulan itu senilai Rp 680 miliar.

Kinerja Manufaktur AS Kembali Alami Kontraksi

Aktivitas manufaktur di Amerika Serikat terus mengalami kontraksi pada Desember, dengan indikator output pabrik turun ke level terendah dalam lebih dari 4,5 tahun. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran bahwa tarif yang lebih tinggi akan meningkatkan harga bahan baku impor tahun depan.

S&P Global melaporkan pada hari Senin bahwa PMI manufaktur flash turun menjadi 48,3 bulan ini, dibandingkan 49,7 pada November. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters sebelumnya memperkirakan angka PMI flash sebesar 49,8.

PMI di bawah 50 menunjukkan kontraksi dalam sektor manufaktur, yang menyumbang 10,3% dari perekonomian.

Indikator produksi pabrik turun menjadi 46,0-level terendah sejak Mei 2020, dari 47,9 pada November.

Presiden terpilih Donald Trump mengumumkan rencananya untuk memberlakukan tarif 25% pada semua produk dari Meksiko dan Kanada, serta tarif tambahan sebesar 10% pada barang-barang dari China. Ketiga negara tersebut merupakan mitra dagang utama Amerika Serikat.

Namun, euforia atas hasil pemilu presiden pada 5 November mendorong sektor jasa, dengan PMI jasa flash mencapai 58,5, tertinggi dalam 38 bulan, naik dari 56,1 pada November. Hal ini juga mengangkat Indeks Output Komposit PMI, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, menjadi 56,6 bulan ini-level tertinggi sejak Maret 2022-dari 54,9 pada November.

Pelaku bisnis berharap pada pengurangan regulasi dan pemotongan pajak di bawah pemerintahan Trump yang akan datang.

Menanti Ketok Palu Suku Bunga AS

The Federal Reserve (Fed) diperkirakan akan menurunkan suku bunga seperempat poin lagi, tepatnya pada 18 Desember 2024. Keputusan ini akan menandai pemotongan suku bunga tiga kali berturut-turut.

Adapun, semua kebijakan tersebut memangkas satu poin persentase penuh dari suku bunga dana federal sejak September lalu.

Sejauh ini, bank sentral AS tampaknya telah bergerak perlahan karena mereka mengkalibrasi ulang kebijakan setelah dengan cepat menaikkan suku bunga ketika inflasi mencapai titik tertinggi dalam 40 tahun.

Berdasarkan perangkat Fedwatch, peluang penurunan suku bunga The Fed pada pertemuan bulan ini adalah 95,4% untuk turun 25 basis poin menjadi 4,25%-4,5%.

(ras/ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular