
Awan Gelap Bayangi Asia, Rupiah Hingga Won Bertekuk Lutut ke Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Performa mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampak tak berdaya di pagi hari ini (16/12/2024).
Dilansir dari Refinitiv, indeks dolar AS (DXY) pada hari ini pukul 09:52 WIB tampak mengalami pelemahan pada pagi hari ini sebesar 0,12% ke angka 106.87. angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin (13/12/2024) yang naik 0,04% ke angka 107.
Hal ini membuat mata uang Asia tampak terpuruk secara berjamaah. Won Korea Selatan tampak terdepresiasi sebesar 0,27%, ringgit Malaysia melemah 0,25%, baht Thailand melemah 0,23%, hingga rupee India tergelincir 0,05%.
Khususnya Won Korea Selatan yang tampak tersungkur dan berada di posisi terendah sejak dua tahun terakhir.
Salah satu alasan utamanya yakni kekacauan di Korea Selatan khususnya pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol terkait deklarasi darurat militer pada 3 Desember lalu pada Senin (16/12/2024).
Pemakzulan Yoon, yang diajukan oleh parlemen yang didominasi oposisi dan disetujui pada Sabtu, kini memasuki tahap krusial di Mahkamah Konstitusi. Pengadilan memiliki waktu hingga 6 bulan untuk memutuskan apakah akan mencabut jabatan presiden dari Yoon atau mengembalikannya ke kursi kepemimpinan.
Saat ini, Mahkamah Konstitusi Korea Selatan memulai peninjauan perihal pemakzulan Presiden Yoon.
DilansirReuters, semua enam hakim yang saat ini menjabat di Mahkamah Konstitusi menghadiri sidang pertama untuk membahas prosedur dan pelaksanaan argumentasi hukum. Hakim Kim Hyung-du menyatakan bahwa pembahasan ini penting untuk memastikan kelancaran proses.
Di tengah ketidakstabilan ini, Perdana Menteri Han Duck-soo, yang menjabat sebagai presiden sementara, bergerak cepat untuk meyakinkan mitra internasional dan menenangkan pasar keuangan. Han berbicara melalui telepon dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Minggu, menegaskan komitmen Korea Selatan untuk melanjutkan kebijakan luar negeri dan keamanan yang berbasis pada aliansi kedua negara.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)