Asia Jadi Lautan Merah: Rupiah, Yuan Hingga Ringgit Kebakaran!

evw, CNBC Indonesia
01 August 2025 09:37
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar mata uang mayoritas negara-negara Asia mengalami tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (1/8/2025).

Dilansir dari Refinitiv, pada hari ini, Jumat (1/8/2025) per pukul 09.25 WIB, dari sejumlah mata uang di Asia, hanya dong Vietnam yang stagnan terhadap dolar AS. Sementara sisanya mencatatkan pelemahan, hal ini mencerminkan tekanan terhadap mata uang Asia.

Won Korea Selatan menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam pada hari ini, yakni anjlok 0,47% terhadap dolar AS. Disusul oleh dolar Taiwan dan ringgit Malaysia yang masing-masing melemah 0,43% dan 0,40%. Rupiah Indonesia juga tidak luput dari tekanan, melemah 0,30% dan menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di kawasan.

Peso Filipina dan baht Thailand juga mengalami tekanan dengan pelemahan masing-masing sebesar 0,32% dan 0,18%. Sementara itu, yuan China dan rupee India melemah lebih moderat sebesar 0,11% dan 0,08%.

Di sisi lain, pelemahan relatif lebih tipis terjadi pada mata uang riel Kamboja sebesar 0,05%, yen Jepang dan dolar Singapura yang sama-sama melemah 0,03%.

Penguatan Dolar AS Menjadi Penyebab Tekanan

Penguatan dolar AS yang kini memasuki hari keenam berturut-turut menjadi faktor utama di balik tekanan mata uang regional.

Indeks dolar AS (DXY) ditutup menguat 0,15% ke level 99,96 pada Kamis (31/7/2025) dan kembali bergerak naik ke atas level 100 pada Hari ini, menjadi posisi tertingginya sejak akhir Mei 2025. Tren ini mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap dolar AS.

Salah satu pemicu utama penguatan dolar adalah langkah agresif Presiden AS Donald Trump yang kembali meningkatkan tensi perdagangan global. Trump menegaskan penerapan tarif global sebesar 10% dan memberlakukan bea masuk balasan hingga 41% terhadap negara-negara yang tidak memiliki perjanjian dagang dengan AS.

Selain itu, Trump juga mengumumkan tarif sebesar 40% untuk barang-barang yang dianggap melakukan transshipment guna menghindari tarif yang sudah ada.

Langkah ini langsung memicu kekhawatiran pasar akan eskalasi perang dagang yang lebih luas, sehingga mendorong pelaku pasar memburu dolar AS sebagai aset yang dinilai aman.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation