Newsletter

Investor Siap-siap Sport Jantung, Pasar RI Penuh Kabar Genting

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
28 October 2024 06:00
Sekelompok siswa-siswi melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (21/10/2024).
Foto: Sekelompok siswa-siswi melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (21/10/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Pasar keuangan Indonesia berpotensi penuh gejolak pada perdagangan minggu ini
  • Panasnya tensi geopolitik di Timur Tengah dan perkembangan data ekonomi dari China dan Jepang jadi fokus utama investor
  • Sementara dari dalam negeri, rilis data manufaktur dan inflasi serta evaluasi indeks akan jadi penggerak pasar

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia berpotensi penuh gejolak pada perdagangan minggu ini. Investor harus bersiap menghadapi berbagai sentimen dari dalam maupun luar negeri yang mampu membuat pasar saham dan nilai tukar rupiah bergerak fluktuatif.

Anda dapat membaca ulasan lengkap mengenai sentimen pekan ini yang berasal dari domestik maupun luar negeri di halaman tiga dan empat. Sentimen domestik berupa evaluasi indeks, rilis laporan keuangan kuartal-III emiten bluechips, pengumuman data inflasi serta manufaktur.

Sementara itu, sentimen dari luar negeri yang perlu dicermati adalah pengaruh ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan dinamika indeks dolar AS yang dipengaruhi oleh pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di teritori negatif pada penutupan perdagangan pekan lalu.

Indeks utama mengalami depresiasi 0,84% dalam sepekan dari 7.760 pada penutupan 18 Oktober 2024. Pada penutupan perdagangan Jumat (25/10/2024), IHSG ditutup terkoreksi 0,28% ke posisi 7.694,66. IHSG pun kembali terkoreksi ke level psikologis 7.600 tepatnya di 7.690-an, setelah selama enam hari beruntun bertahan di level psikologis 7.700.

Nilai transaksi indeks pada Jumat lalu tampak mencapai sekitar Rp9,3 triliun dengan melibatkan 22,8 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 223 saham naik, 358 saham turun, dan 208 saham stagnan.

IHSG merana lantaran pasar masih cenderung wait and see terhadap kebijakan Presiden Prabowo yang akan segera dilakukan.

Hingga kini, masih belum pasti kapan program-program dan kebijakan di Kabinet Merah Putih pemerintahan Prabowo dijalankan, karena rangkaian pembekalan bagi menteri, wakil menteri, dan para pembantu presiden berjalan hingga Minggu (27/10/2024).

Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan dari 11 sektor yang ada, tujuh diantaranya tercatat ditutup berada di zona merah, sementara empat diantaranya masih mampu ditutup di zona hijau.

Sektor infrastruktur tercatat anjlok paling dalam yakni 2,34%, diikuti oleh kesehatan yang turun 1,95%, dan properti yang melemah 1,86%.

Hal ini berbanding terbalik dengan sektor infrastruktur yang justru melesat 2,56%, teknologi menguat 1,95%, dan transportasi & logistik yang naik 0,96%.

Ambruknya IHSG sepanjang pekan kemarin juga terlihat dengan derasnya dana asing yang keluar dari BEI yakni sebesar Rp3,62 triliun. Hal ini berbeda jauh dengan pekan sebelumnya yang justru tercatat investor asing melakukan aksi net buy sebesar Rp1,21 triliun.

//

Sementara itu, nilai tukar rupiah terkapar di hadapan dolar AS. Melansir dari Refinitiv rupiah ambles 1,13% secara point-to-point (ptp) dihadapan dolar AS sepanjang pekan lalu. Pada perdagangan Jumat (25/10/2024) rupiah ditutup melemah 0,39% di level Rp 15.635/US$.

Rupiah pun kembali menyentuh level psikologis Rp 15.600/US$, di mana terakhir rupiah mendekati level psikologis ini yakni pada pertengahan Agustus lalu.

Rupiah yang takluk di hadapan greenback disebabkan oleh indeks dolar AS yang perkasa, menguat 0,74% ke posisi 104,26 dari sebelumnya pada perdagangan akhir pekan sebelumnya di 103,49.

Mata uang Paman Sam perkasa karena adanya ketidakpastian jelang pemilu AS yang semakin dekat dan pasar global masih khawatir dengan kondisi global terutama ketegangan di Timur Tengah yang masih memanas.

Indeks Nasdaq Composite mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Jumat (25/10/2024), didorong oleh kenaikan saham sektor teknologi berkapitalisasi besar atau big caps.

Indeks yang didominasi saham teknologi tersebut naik 0,56% menjadi 18.518,61, sementara indeks S&P 500 turun tipis 0,03% menjadi 5.808,12. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) turun 259,96 poin, atau 0,61%, ditutup pada 42.114,40.

Saham teknologi mendorong pasar menjelang laporan pendapatan mereka yang akan datang. Saham Nvidia naik 0,8%, kemudian diikuti oleh saham Meta Platforms, Amazon, serta Microsoft yang juga mengalami kenaikan.

Laporan hasil kuartalan HCA Healthcare turun hampir 9% setelah adanya gangguan akibat badai yang memengaruhi pendapatan dan proyeksi tahunannya. Sementara itu, saham Colgate-Palmolive  turun 4% setelah perusahaan menurunkan estimasi penjualan untuk tahun ini.

Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun mereda dari level tertinggi tiga bulan setelah sempat menembus 4,25% pada sesi perdagangan Rabu (23/10/2024). Pada Jumat (25/10/2024), imbal hasil ini naik lebih dari tiga basis poin menjadi sekitar 4,24%.

"Imbal hasil telah meningkat secara signifikan, dan saya pikir ini menjadi masalah bagi pasar ekuitas," kata Phillip Colmar, mitra pengelola dan ahli strategi global di MRB Partners.

"Di satu sisi, pendapatan cukup baik, tapi kemudian muncul penurunan suku bunga yang seharusnya positif." Namun, saat ini yang menjadi perhatian utama adalah imbal hasil obligasi, tambahnya. "Ini menyebabkan ketidakpastian dan pasar sedang berusaha mencerna situasi ini."

Pergerakan ini terjadi setelah hari yang beragam di Wall Street. Nasdaq bergabung dengan S&P 500 yang mengakhiri sesi lebih tinggi pada hari Kamis, setelah kedua indeks didorong oleh lonjakan saham Tesla paska pengumuman pendapatan.

Baik S&P 500 maupun Dow menghentikan tren kemenangan enam minggu berturut-turut. S&P 500 turun hampir 1% dalam seminggu, sementara Dow turun 2,7%. Nasdaq mencatat kenaikan mingguan ketujuh, naik hampir 0,2%.

Berbagai sentimen akan mewarnai perjalanan pasar saham dan nilai tukar rupiah selama lima hari perdagangan ke depan. Adapun sentimen-sentimen tersebut dapat membuat pasar bergejolak dan penuh volatilitas.

Oleh karena itu, investor perlu mencermati topik yang patut menjadi fokus dan rilis data ekonomi domestik maupun luar negeri.

Konflik Geopolitik Timur Tengah Memanas

Sentimen pertama dalah Timur Tengah yang semakin membara setelah militer Israel melancarkan serangkaian serangan udara terhadap Iran pada Sabtu (26/10/2024) pagi. Warga yang tinggal di  Teheran melaporkan mendengar beberapa ledakan di dalam dan sekitar ibu kota Iran.

Serangan tersebut memicu kekhawatiran masyarkat global akan terjadi perang yang lebih luas di Timur Tengah karena serangan Israel terhadap Hamas di Gaza telah memasuki tahun kedua. Di sisi lain, Israel juga tengah berperang melawan Hizbullah di Lebanon selatan.

Menanggapi hal ini, Arab Saudi pun telah buka suara untuk menahan diri secara maksimal dan meminta masyarakat internasional agar mengambil tindakan guna meredakan ketegangan dan mengakhiri konflik di kawasan tersebut.

Kembali meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah ini tentunya akan memberikan kekhawatiran bagi para pelaku pasar termasuk investor untuk berinvestasi di suatu negara. Bukan tidak mungkin para pelaku pasar akan melakukan aksi profit taking terlebih dahulu hingga berujung keep cash atau mungkin menempatkan dananya ke instrumen investasi dengan tingkat keamanan yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah berperan kepada lonjakan harga minyak mentah dunia pada minggu lalu. Dilansir dari Refinitiv, harga minyak dunia secara mingguan (WTI) mengalami lonjakan sebesar 3,69% dan Brent melesat 4,09%.

Rilis Tenaga Kerja Amerika Serikat

Sentimen kedua datang dari Amerika Serikat. Negara dengan ekonomi terbesar ini  akan merilis data jumlah lowongan kerja. Konsensus memperkirakan akan terjadi penurunan jumlah lowongan kerja menjadi sekitar 7,92 juta di tengah data tenaga kerja AS yang tampak sedikit membaik.

Sebelumnya untuk periode Agustus 2024, jumlah lowongan pekerjaan meningkat sebanyak 329.000 menjadi 8,04 juta. Jumlah lowongan pekerjaan meningkat di sektor konstruksi (+138.000) dan pemerintah negara bagian serta lokal, tidak termasuk pendidikan (+78.000). Namun, lowongan pekerjaan menurun di sektor layanan lainnya (-93.000).

Sebagai catatan, indeks ini mengukur tingkat kepercayaan konsumen terhadap aktivitas ekonomi. Ini merupakan indikator terdepan karena dapat memprediksi pengeluaran konsumen, yang berperan besar dalam aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Pembacaan yang lebih tinggi menunjukkan optimisme konsumen yang lebih besar.

Ekonomi China Jadi Sorotan, Keputusan BoJ Dinantikan

China akan merilis Purchasing Managers' Index (PMI) Manufacturing untuk periode Oktober 2024 pada Kamis (31/10/2024). Proyeksinya PMI Manufaktur China akan meningkat dari 49,8 menjadi 50,1 atau dari level kontraksi menjadi ekspansif.

Jika aktivitas manufaktur China benar-benar pulih, hal ini akan memberikan sentimen positif bagi Indonesia yang merupakan mitra dagang utamanya karena akan kembali menggenjot ekspornya.

Selain itu, Bank of Japan (BoJ) juga akan merilis data suku bunga acuannya untuk periode Oktober. Saat ini konsensus menilai bahwa BoJ masih akan kembali menahan suku bunga acuan jangka pendek di sekitar 0,25%.

Hal penting lainnya dari BoJ yakni pada saat yang bersamaan akan dirilis laporan prospek kuartalan BoJ yang akan memberikan penilaian terhadap ekonomi Jepang.

Rebalancing Indeks

Bursa Efek Indonesia melakukan evaluasi mayor dan minor untuk delapan indeks, diantaranya IDX30, LQ45, IDX80, KOMPAS100, PEFINDO25, BISNIS-27, MNC36, dan SMinfra18.

Pada dua indeks yang juga dikenal sebagai indeksi bluechips yakni IDX30 dan LQ45 terjadi evaluasi yang cukup fantastis. Empat raksasa di sektornya terdepak dari dua indeks tersebut.

Raksasa e-commerce Indonesia yakni PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dikeluarkan dari IDX30 pada evaluasi mayor kali ini. Kemudian ada penambang besar batu bara, PT Indo Tambangraya Megah Tbk yang turut keluar.

Sementara itu, di indeks LQ45 salah satu perusahaan rokok terbesar, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) keluar bersama PT Harum Energy Tbk pada evaluasi mayor kali ini.

Berikut deretan saham keluar dan masuk karena evaluasi mayor dan minor dari delapan indeks:

Rilis Laporan Keuangan BBRI

Dihimpun dari berbagai sumber, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI diperkirakan akan mengumumkan kinerja keuangan kuartal tiga 2024 pada pekan ini.

Berdasarkan konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv, lBRI akan mengantongi laba bersih senilai Rp13,93 triliun pada kuartal tiga 2024 (periode Juli hingga September) atau dalam sembilan bulan pertama 2024 laba bersih akan mencapai Rp43,83 triliun.

Adapun laba per saham (earnings per share/EPS) perusahaan pada kuartal ketiga diperkirakan senilai Rp93,31 per saham atau dalam sembilan bulan pertama sebesar 289,31 per saham. Perolehan EPS tersebut meningkat dari kuartal kedua sebesar Rp91 per saham.

Sebelumnya, Bank swasta terbesar RI PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) membukukan laba bersih sebesar Rp41,1 triliun, tumbuh 12,8% secara tahunan (yoy) pada kuartal III-2024, dari setahun sebelumnya sebesar Rp36,4 triliun.

Kemudian, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI membukukan laba Rp16,3 triliun hingga September 2024, naik 3,52% secara tahunan (yoy).

Laba BNI ditopang oleh pertumbuhan kredit sebesar 9,48% yoy menjadi Rp 735,02 triliun. Hal ini pun mendongkrak kredit bank yang naik 5,82% yoy menjadi Rp1.068,08 triliun.

Pantau Inflasi dan PMI Manufaktur RI

Pada hari terakhir pekan depan (1/11/2024), S&P Global akan merilis PMI Manufacturing untuk Indonesia. Hal ini menjadi penting karena kita dapat melihat kondisi aktivitas manufaktur di Indonesia apakah sudah membaik atau tidak.

Sebelumnya pada September 2024, PMI Manufaktur Indonesia berada di angka 49,2. Hal ini menandai penurunan aktivitas pabrik selama tiga bulan berturut-turut, dengan output dan pesanan baru sama-sama menurun untuk bulan ketiga berturut-turut.

Selain itu, pesanan luar negeri menyusut dengan laju tertinggi sejak November 2022, turun untuk bulan ketujuh. Perusahaan merespons dengan mengurangi aktivitas pembelian, lebih memilih untuk memanfaatkan inventaris yang ada. Di sisi lain, lapangan kerja tumbuh untuk pertama kalinya dalam tiga bulan.

Sementara itu, penundaan waktu pengiriman tetap ada akibat masalah pengiriman, tercatat dengan perpanjangan waktu tunggu rata-rata untuk ketiga kalinya berturut-turut. Dari sisi biaya, harga input meningkat, tetapi laju inflasi adalah yang terendah dalam setahun.

Menanggapi kondisi pasar yang lebih sepi, perusahaan sedikit mengurangi harga output untuk pertama kalinya sejak Juni 2023. Akhirnya, kepercayaan diri meningkat ke puncak tujuh bulan, didorong oleh harapan akan stabilitas kegiatan di tahun mendatang.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga akan merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Oktober 2024.

IHK Indonesia pada September 2024 tampak tumbuh 1,84% yoy. Tingkat inflasi ini merupakan yang terendah sejak November 2021 dan tetap berada dalam rentang target bank sentral sebesar 1,5% hingga 3,5% untuk periode 2024. Harga makanan naik paling sedikit dalam 14 bulan (2,57% vs. 3,39% di Agustus), karena pasokan beras tetap melimpah setelah penundaan musim panen yang biasanya terjadi pada bulan Maret menjadi Mei.

Selanjutnya, tingkat inflasi inti mencapai 2,09%, tertinggi dalam 13 bulan, naik dari 2,02% di Agustus. Secara bulanan, CPI turun sebesar 0,12%, memperpanjang tren penurunan selama lima bulan berturut-turut.

Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:

• Nilai ekspor dan impor Singapura periode September (12.00 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

• RUPSLB: BSIM, DGNS, GMFI, POLA, SMMA, SOUL

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular