Newsletter

BREN Buat Investor Saham Ketar-Ketir, Rupiah Makin Terancam Amerika

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Selasa, 24/09/2024 06:00 WIB
Foto: pexels/Burak The Weekender
  • Pasar keuangan Tanah Air kurang bergairah pada perdagangan Senin kemarin, di mana IHSG dan rupiah nasibnya berbalik arah dari akhir pekan lalu.
  • Wall Street kompak  menghijau ditopang keyakinan akan kelanjutan pemangkasan suku bunga
  • Data inflasi PCE dan pertumbuhan ekonomi serta kinerja BREN masih akan mennjadi sentimen pasar keuangan hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air  kurang bergairah pada perdagangan Senin (23/9/2024) kemarin, di mana pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah justru berbalik arah dari perdagangan akhir pekan lalu.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan kompak menguat pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup menguat 0,42% ke posisi 7.775,73. Padahal di sesi I kemarin, IHSG kembali bergerak di zona koreksi.

Namun di sesi II sekitar pukul 14:00 WIB, IHSG mampu berbalik arah ke zona hijau. IHSG pun kembali ke level psikologis 7.700 kemarin.

Nilai transaksi IHSG pada kemarin mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan 29miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 28 4saham menguat,283 saham melemah, dan 224 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor bahan baku dan keuangan menjadi penopang utama sebesar 1,67 dan 1,44%. Sedangkan dari sisi saham, penyokong utama berasal dari PT Chandra Asri Pacific Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang menyumbang masing-masing sebesar 19,24 dan 14,35 indeks poin.

Perlu dicatat, dua saham tersebut melesat pada saat akhir sesi yang kemudian membuat IHSG ditutup hijau, di mana BBRI berhasil menguat 2,33% ke posisi Rp 5.500 per lembar, sementara TPIA naik 8,39% menuju Rp 8.725 per lembar.

Saat IHSG ditutup menguat kemarin, investor asing tercatat kembali memborong saham-saham di RI sebesar Rp 1,24 triliun di seluruh pasar dengan rincian sebesar Rp 1,01 triliun di pasar reguler dan sebesar Rp 228,01 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

Sementara itu di Asia-Pasifik, bursa saham secara mayoritas menguat, kecuali indeks ASX 200 Australia, Hang Seng Hong Kong, KLCI Malaysia, SET Thailand, dan VNI Vietnam yang berakhir di zona merah kemarin.

Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Senin kemarin.

Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin berbalik terkoreksi terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 15.195/US$ di pasar spot, melemah 0,33%.

Sementara di Asia, mata uangnya secara mayoritas melemah di hadapan dolar AS kemarin. Peso Filipina menjadi yang paling parah koreksinya yakni melemah 0,66%.

Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Senin kemarin.

Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin berbalik melemah, terlihat dari imbali hasil (yield) yang berbalik naik.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau naik 3 basis poin (bp) menjadi 6,458%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield naik, maka tandanya investor sedang melepas SBN.

IHSG berhasil rebound meskipun pasar masih merespons dampak dari penghapusan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dari indeks FTSE yang membuat sahamnya mengalami Auto Reject Bawah (ARB) dua hari beruntun dan kehilangan lebih dari Rp 500 triliun kapitalisasi pasarnya.

Di sisi lain, sentimen pasar sejauh ini masih mendapatkan gairah positif dari era suku bunga tinggi yang sudah usai. Pasar menanti pemangkasan suku bunga selanjutnya yang akan memicu aliran dana asing kembali ke RI.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) pada pekan lalu telah memutuskan menurunkan suku bunga acuan menjadi 6%. Ini menjadi pemangkasan pertama sejak 2021. Selain itu, suku bunga Deposit Facility dipangkas menjadi 5,25% dan Lending Facility menjadi 6,75%.

Penurunan ini menandai perubahan arah kebijakan setelah BI menaikkan suku bunga sebesar 275 basis poin sejak Agustus 2022 hingga April 2024. Di AS, bank sentral (Federal Reserve/The Fed) juga menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 4,75-5,0%, yang turut mempengaruhi pasar global.

Dari dalam negeri, hari ini ada rilis realisasi belanja APBN. Hingga akhir Agustus 2024, pemerintah telah membelanjakan Rp 1.368,5 triliun atau 55,5% dari total pagu APBN tahun ini.

Angka ini tumbuh 16,9% dibandingkan realisasi tahun lalu. Belanja tersebut terutama digunakan untuk program bantuan sosial, pembangunan infrastruktur, serta subsidi energi seperti BBM dan listrik. Selain itu, dana juga dialokasikan untuk mendukung pelaksanaan pemilu serta membiayai sarana pertahanan dan keamanan negara.


(chd/chd)
Pages