
BREN Buat Investor Saham Ketar-Ketir, Rupiah Makin Terancam Amerika

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kembali ditutup bergairah pada perdagangan Senin kemarin atau Selasa dini hari waktu Indonesia (24/9/2024) karena investor tengah menilai apakah tren akan terus berkembang setelah pemangkasan suku bunga The Fed terjadi pada pekan lalu.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpantau menguat 0,15% ke posisi 42.124,648, S&P 500 bertambah 0,28% ke 5.718,569, dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,14% menjadi 17.974,269.
Indeks Dow Jones dan S&P 500 pun kembali mencetak rekor tertinggi barunya kemarin.
Kenaikan terjadi di tengah komentar dari para pembuat kebijakan The Fed dan data aktivitas pabrik yang stabil, yang dibangun dari reli pasar yang tajam pada minggu lalu setelah keputusan The Fed untuk menurunkan suku bunga. Langkah penting The Fed minggu lalu mendorong indeks-indeks utama ke kenaikan bulanan, menentang tren historis September sebagai bulan yang lemah bagi ekuitas.
Taruhan pasar, menurut alat FedWatch milik CME Group, awalnya mendukung langkah The Fed yang lebih besar pada pertemuan November mendatang, setelah Gubernur Christopher Waller pada Jumat lalu menandai bahwa data inflasi mendatang dapat menyentuh target The Fed sebesar 2%.
Dari data ekonomi terbaru yang dirilis kemarin, aktivitas bisnis AS tetap stabil pada September 2024, sementara harga rata-rata barang dan jasa meningkat pada laju tercepat dalam enam bulan terakhir, yang berpotensi menandakan kenaikan inflasi di bulan-bulan mendatang.
"Saya pikir investor masih bersikap menunggu dan melihat, jika memang soft landing adalah hasil yang paling mungkin terjadi," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi CFRA Research di New York, dilansir dari Reuters.
Meski euforia pemangkasan suku bunga The Fed masih berlanjut, tetapi pasar tetap akan waspada terhadap data ekonomi apa pun yang dapat meredam harapan akan soft landing. Data klaim pengangguran mingguan yang akan dirilis pada Kamis mendatang akan memberi Wall Street wawasan lebih jauh tentang keadaan ekonomi dan pasar tenaga kerja di AS.
"Investor telah bekerja dengan asumsi bahwa pelunakan di pasar tenaga kerja mendorong kebijakan The Fed, dan telah memberi penekanan besar pada perubahan yang relatif kecil dalam laporan penggajian nonpertanian, tetapi ada kemungkinan asumsi ini salah," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Corpay, dikutip dari CNBC International.
(chd/chd)