NEWSLETTER

IHSG & Rupiah Dihantui Mimpi Buruk, Akankah Ada September Ceria?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
02 September 2024 05:56
Ilustrasi bearish market vs bullish market
Foto: Pixabay/gerd Altmann
  • IHSG dan rupiah kompak mencatatkan kinerja positif pekan lalu
  • Wall Street ditutup di zona hijau pekan lalu
  • Data inflasi, PMI Manufaktur Indonesia & China akan menjadi acuan investor pekan ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor pasar keuangan RI bersiap menyambut bulan baru pekan ini yakni September. Pasar keuangan Indonesia yang menghijau pekan lalu diharapkan  bisa menjadi modal baik pekan ini di tengah buruknya tren pasar bursa dan rupiah pada September.

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah akan bergerak lebih volatile, dipengaruhi oleh rilis data ekonomi hingga agenda penting di sepanjang pekan ini. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dan satu pekan ke depan bisa dibaca pada halaman tiga artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman empat.

Pada perdagangan Jumat (30/8/2024), IHSG mencatatkan penguatan sebesar 0,57% di level 7.670,73. Penutupan harga IHSG tersebut merupakan level tertinggi sepanjang masa. Dan dalam sepanjang Agustus 2024, IHSG tercatat melesat 5,72%.
Dalam sepekan IHSG juga melesat 1,68%.


Tercatat nilai transaksi atau turnover IHSG berada di angka Rp26,74 triliun. Transaksi berasal dari volume saham sebanyak 23,35 miliar lembar, terdiri dari 310 saham naik, 274 turun dan 207 tidak berubah.

Rekor-rekor baru IHSG yang tercipta di sepanjang Agustus, didorong oleh data-data ekonomi Indonesia yang baik. Pada awal Agustus 2024, inflasi Indonesia periode Juli 2024 tercatat turun menjadi 2,13%, dari 2,51% pada periode Agustus 2024.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan II-2024 sebesar 5,05% (yoy). Tingkat pertumbuhan tersebut juga didukung dengan inflasi yang rendah dan terkendali pada angka 2,13% pada bulan Juli 2024. Selain itu, angka pertumbuhan ekonomi tersebut juga lebih tinggi dibandingkan sejumlah negara lain, seperti China (4,7%), Singapura (2.9%), Korea Selatan (2,3%), dan Meksiko (2,24%).

Kemudian, neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2024 mencatatkan surplus sebesar US$ 0,47 miliar. Surplus perdagangan Juli 2024 terdiri atas surplus nonmigas sebesar US$ 2,61 miliar dan defisit migas sebesar US$ 2,13 miliar.

Kemudian, nilai ekspor Indonesia Juli 2024 mencapai US$22,21 miliar atau naik 6,55% dibanding ekspor Juni 2024. Dibanding Juli 2023 nilai ekspor naik sebesar 6,46%.

Adapun, nilai impor Indonesia Juli 2024 mencapai US$21,74 miliar, naik 17,82% dibandingkan Juni 2024 atau naik 11,07% dibandingkan Juli 2023.

Dari suku bunga, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 20-21 Agustus 2024.

Suku bunga deposit facility juga tetap 5,5%, kemudian suku bunga lending facility tetap sebesar 7%.

Tumbuhnya perekonomian Indonesia pada periode Juli mendorong penguatan IHSG yang signifikan disepanjang Agustus 2024.

Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv, pada perdagangan Jumat (30/8/2024) rupiah ditutup melemah 0,26% terhadap dolar AS di posisi Rp15.450/US$1. Pelemahan tersebut mematahkan penguatan rupiah dalam dua hari beruntun. Akan tetapi, rupiah berhasil mencatatkan penguatan di sepanjang Agustus 2024 sebesar 4,95%. Penguatan sebulan sebesar 4,95% adalah yang tertinggi sejak April 2200 atau lebih dari empat tahun. Dalam sepekan, rupiah juga masih perkasa yakni menguat 0,23%.

Penguatan rupiah di sepanjang Agustus, didorong oleh jatuhnya indeks dolar Amerika Serikat (AS) di sepanjang Agustus 2024 sebesar 2,3% di level 101,69 hingga perdagangan Jumat (30/8/2024).

Optimisme dalam pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reverse (The Fed) yang akan dijadwalkan pada bulan ini menjadi landasan penguatan rupiah terhadap dolar AS.

Selain itu, harapan pemangkasan suku bunga AS kini makin kian nyata usai negeri paman Sam tersebut merilis hasil inflasi periode Juli 2024. Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) atau inflasi AS periode Juli 2024 membukukan kenaikan yang lebih rendah dari yang diharapkan, naik 2,5% dari level tahun lalu dan tidak berubah dari periode Juni 2024 sebesar 2,5%. Sebelumnya, para ekonom memperkirakan indeks PCE akan naik 2,6%, dan dengan hasil inflasi yang lebih rendah, kini The Fed dipandang mampu memangkas suku bunga pada bulan ini.

Kemudian, tidak termasuk harga makanan dan energi yang fluktuatif, PCE inti meningkat 0,2% untuk periode Juli 2024 tetapi naik 2,6% dari tahun lalu, akan tetapi sedikit lebih rendah dari estimasi sebesar 2,7%.

Sementara dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Jumat (30/8/2024) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun tercatat menguat 0,12% di level 6.634 dari perdagangan sebelumnya. Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitupun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN). Dalam sepanjang Agustus 2024, pergerakan imbal hasil obligasi RI tenor 10 tahun bergerak menguat 3,81%.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) berpesta ria dengan kompak berada di level positif pada perdagangan akhir pekan. Kuatnya fundamental ekonomi AS mendorong penguatan pasar wall street yang dibantu oleh saham-saham teknologi raksasa seperti Nvidia dan Google.

Pada penutupan perdagangan Jumat (30/8/2024), Dow Jones ditutup menguat 0,55% di level 41.563,08. Begitu juga dengan S&P 500 ditutup lebih tinggi 1,01% di level 5.648,4, diikuti dengan Nasdaq yang ditututp melesat 1,13% di level 17.713,62.

Relinya saham-saham teknologi di bursa AS memberikan sinyal yang menggembirakan bagi investor ditengah penantian pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) pada bulan ini.

Pada perdagangan saham Jumat (30/8/2024), beberapa saham teknologi raksasa mencatatkan pergerakan positif usai rilisnya hasil inflasi AS. Saham Nvidia (NVDA) menguat 1,51% di level US$119,37. Dan saham Alphabet Inc (GOOGL) naik 0,99% di level US$163,38.

Departemen Perdagangan melaporkan pada Jumat bahwa indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS naik 0,2% pada bulan tersebut dan naik 2,5% dari periode yang sama tahun lalu, namun tidak berubah dari periode Juni 2024 sebesar 2,5%. Angka tersebut persis sesuai dengan estimasi konsensus Dow Jones.

Tidak termasuk harga pangan dan energi yang fluktuatif, PCE inti juga naik 0,2% untuk bulan tersebut tetapi naik 2,6% dari tahun lalu, akan tetapi sedikit lebih rendah dari estimasi 2,7%.

Dalam beberapa hari terakhir, para pembuat kebijakan seperti Ketua The Fed Jerome Powell telah menyatakan keyakinannya bahwa inflasi kembali ke target 2% yang ditetapkan The Fed.

The Fed kini diharapkan beralih fokus dari data inflasi ke data pasar tenaga kerja. Meskipun tingkat pengangguran AS masih rendah di angka 4,3%, angka tersebut telah meningkat selama setahun terakhir, dan survei menunjukkan perlambatan dalam perekrutan dan persepsi di antara para pekerja bahwa pekerjaan semakin sulit didapat.

Hari ini menjadi hari pertama perdagangan pasar keuangan RI di September, investor pun berharap pergerakan IHSG dan rupiah akan berlanjut berada di jalur positif dan kembali mencetak rekor-rekor baru. Penguatan pasar keuangan RI hari ini akan didorong beberapa sentimen dari dalam dan luar negeri. Terutama dari hasil data inflasi Indonesia yang akan dirilis di awal pekan ini, hingga data PMI dari negeri paman Sam dan tirai bambu.

Namun, investor perlu memberi perhatian lebih pada fakta historis. Pergerakan IHSG dan rupiah lebih kerap jeblok di September dibandingkan menghijau. Yang menarik, Indonesia akan menjadi perhatian besar dunia pekan ini dengan adanya tiga penting yang digelar berbarengan.


3 Event Besar Pekan Ini
Pekan ini, Indonesia akan menggelar tiga event dan agenda besar yang mengundang sorotan dunia. Di antaranya adalah Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 di Bali pada 1-3 September 2024 serta enyelenggaraan High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF-MSP) 2024 pada 1-4 September 2024. 
Indonesia juga akan menyambut kedatangan Paus Fransiskus yang akan melakukan perjalanan apostolik ke Indonesia pada 3-6 September 2024.

Ketiga event ini akan menegaskan posisi penting Indonesia di global.

Historis Buruk IHSG dan Rupiah di September
Merujuk Refinitiv, kinerja IHSg dan rupiah sama-sama mengecewakan selama September. Selama kurun waktu 2015-2023 atau sembilan tahun terakhir, IHSG hanya menguat dua kali sementara tujuh sisanya ambruk. 
Rupiah pun sama saja. Selama sembilan tahun terakhir, hanya menguat sekali yakni pada 2016 sementara sisanya jeblok. September bukanlah bulan yang ceria tetapi kerap jadi bencana bagi pasar keuangan Indonesia.

Namun, ada harapan jika IHSG dan rupiah akan mencatat kinerja positif pada September karena ada kemungkinan The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada September.
Jika ini menjadi kenyataan maka IHSG dan rupiah kemungkinan akan mencatat kinerja positif.

Indonesia

Pada hari ini, Senin (2/9/2024) terdapat rilis data Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur  Indonesia periode Agustus 2024. Sebelumnya pada PMI Manufaktur periode Juli 2024, tercatat sebesar 49,3, turun dibandingkan Juni 2024 yang berada pada angka 50,7. Meskipun marginal, posisi ini menunjukkan kontraksi pertama kalinya sejak Agustus 2021 atau setelah 34 bulan berturut-turut terus ekspansi.

Kontraksi PMI manufaktur Indonesia pada Juli 2024 dipengaruhi oleh penurunan bersamaan pada output dan pesanan baru. Permintaan pasar yang menurun merupakan faktor utama penyebab penjualan turun. Dalam hasil survei disebutkan, produsen merespons kondisi ini dengan sedikit mengurangi aktivitas pembelian mereka pada bulan Juli, menandai penurunan pertama sejak bulan Agustus 2021.

Masih di hari yang sama, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi periode Agustus 2024. Sebelumnya, data inflasi Indonesia periode Juli 2024 tercatat 2,13% (year on year/yoy). Angka tersebut lebih rendah dari periode Juni 2024 sebesar 2,51%(yoy). Namun, secara bulanan, Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat deflasi tiga bulan beruntun pada Mei-Juli 2024.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 institusi memperkirakan IHK Agustus 2024 diperkirakan stagnan 0%% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm) yang mengalami deflasi 0,18%.

Sedangkan IHK secara tahunan (year on year/yoy) diperkirakan akan naik tipis ke menjadi 2,15% (yoy) pada Agustus 2024 dan IHK inti diproyeksi sebesar 1,99% yoy.

Dan pada akhir pekan, Jumat (6/9/2024), Bank Indonesia (BI) akan merilis Cadangan Devisa Indonesia periode Agustus 2024. Posisi cadangan devisa Indonesia terus menunjukkan tren positif. Sebelumnya, BI melaporkan bahwa pada akhir Juli 2024, cadangan devisa mencapai angka yang menggembirakan, yakni US$145,4 miliar. Angka ini mengalami peningkatan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$140,2 miliar.

Kenaikan cadangan devisa ini didorong oleh beberapa faktor utama. Salah satunya adalah keberhasilan penerbitan sukuk global pemerintah. Penerbitan sukuk ini tidak hanya berhasil menghimpun dana segar bagi negara, tetapi juga meningkatkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia di mata dunia. Selain itu, penerimaan pajak dan jasa yang membaik juga turut berkontribusi pada peningkatan cadangan devisa.

Amerika Serikat (AS)

Dari negeri Paman Sam, pada Selasa (3/9/2024), terdapat rilis PMI Manufaktur AS Global S&P periode Agustus 2024 revisi kedua. Sebelumnya, PMI Manufaktur AS Global S&P turun menjadi 48 padaAgustus 2024 pertama dari 49,6 pada  Juli 2024, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 49,6 untuk menandai kontraksi kedua berturut-turut dalam aktivitas pabrik AS, pada laju paling tajam tahun ini.

Hal ini sebagian besar didorong oleh penurunan kedua berturut-turut dalam arus masuk pekerjaan baru untuk produsen, yang juga turun pada laju paling tajam sejak Desember, untuk menggarisbawahi dampak yang lebih tinggi dari suku bunga restriktif dalam aktivitas pabrik.

Sementara itu, tingkat ketenagakerjaan hampir terhenti pada periode tersebut untuk mencatat kenaikan terkecil sejak Januari. Sementara itu, penurunan permintaan dari pabrik meredakan tekanan kapasitas untuk pengiriman bahan baku dan mengurangi waktu pengiriman pemasok. Di sisi harga, biaya input mengalami percepatan paling besar sejak Mei, tetapi produsen tidak dapat sepenuhnya meneruskan tekanan kepada konsumen.

Berlanjut pada Rabu (4/9/2024), AS akan merilis neraca perdagangan Juli 2024 bersama dengan data eskpor dan impor. Sebelumnya, defisit perdagangan di AS menyempit menjadi US$73,1 miliar pada bulan Juni 2024 dari level tertinggi 20 bulan yang direvisi sebesar US$75 miliar pada bulan sebelumnya, tetapi di atas ekspektasi pasar sebesar US$72,5 miliar.

Kemudian, ekspor naik sebesar 1,5% dari bulan sebelumnya menjadi US$265,9 miliar, tertinggi kedua yang pernah tercatat, di tengah peningkatan penjualan pesawat sipil, kendaraan bermotor, dan komoditas energi, termasuk gas alam, produk minyak bumi, dan bahan bakar minyak. Peningkatan ekspor barang cukup untuk mengimbangi sedikit penurunan ekspor jasa, yang sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya perjalanan.

Sementara itu, impor naik sebesar 0,6% menjadi US$339 miliar, dengan dukungan dari pembelian operasi farmasi, semikonduktor dan peralatan listrik, serta komoditas energi. Di antara berbagai negara, kesenjangan dengan Italia menurun sebesar US$1,7 miliar menjadi US$3,1 miliar, defisit dengan China menurun sebesar US$1,6 miliar menjadi US$22,3 miliar, dan saldo dengan Singapura bergeser ke defisit sebesar US$0,4 miliar dari surplus sebesar US$1,3 miliar.

Masih di hari yang sama, AS juga akan merilis lowongan pekerjaan JOLTs periode Juli 2024. Pada periode sebelumnya, jumlah lowongan pekerjaan sedikit berubah menjadi 8,184 juta pada Juni 2024 dari 8,23 juta yang direvisi naik pada Mei, dan dibandingkan dengan perkiraan 8 juta lowongan pekerjaan.

Berlanjut pada Kamis (5/9/2024), terdapat rilis data klaim pengangguran awal dan berkelanjutan. Sebelumnya, jumlah warga Amerika yang mengajukan klaim pengangguran pertama kali turun 2.000 minggu lalu menjadi 231.000, menurut data Departemen Tenaga Kerja yang dirilis Kamis lalu.

Angka tersebut sedikit lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 232.000, sementara pembacaan minggu sebelumnya direvisi naik 1.000 dari 232.000 menjadi 233.000.

Rata-rata pergerakan empat minggu adalah 231.500, penurunan 4.750 dari rata-rata minggu sebelumnya yang direvisi. Perekonomian AS menambah 114.000 pekerjaan pada bulan Juli, sementara tingkat pengangguran naik menjadi 4,3% dari 4,1% pada bulan Juni.

Dan pada akhir pekan Jumat (6/9/2024), terdapat data tingkat pengangguran AS periode Agustus 2024. Sebelumnya, berdasarkan laporan Biro Statistik Tenaga Kerja AS, tingkat pengangguran AS meningkat menjadi 4,3% pada bulan Juli, dan lapangan kerja nonpertanian naik tipis sebesar 114.000.

Dan sentimen dari AS akan ditutup dengan pidato dari anggota Teh Fed pada akhir pekan.

China

Mitra dagang terbesar Indonesia yakni China, juga akan merilis beberapa data-data ekonomi yang dapat menjadi ukuran seberapa besar peningkatan kerjasama Indonesia dengan China.

Pada awal pekan Senin (2/9/2024), China akan merilis PMI Manufaktur Umum Caixin periode Agustus 2024. Sebelumnya, PMI Manufaktur Umum Caixin China merosot menjadi 49,8 pada Juli 2024 dari 51,8 pada Juni, meleset dari perkiraan pasar sebesar 51,5. Angka tersebut adalah penurunan pertama dalam aktivitas pabrik sejak Oktober lalu.

Dengan PMI yang berada di level konstraksi, hal tersebut membuktikan bahwa kinerja manufaktur dan industri China belum membaik.

Dan pada Rabu (4/9/2024), terdapat rilis data PMI Jasa Umum Caixin China periode Agustus 2024. Sebelumnya, PMI Jasa Umum Caixin China naik menjadi 52,1 pada Juli 2024 dari level terendah 8 bulan di bulan Juni sebesar 51,2, di atas perkiraan pasar sebesar 51,4. Angka tersebut menjadi kenaikan pada bulan ke-19 pertumbuhan aktivitas jasa, dibantu oleh kenaikan yang lebih cepat dalam pesanan baru, kenaikan berkelanjutan dalam penjualan ekspor, dan lapangan kerja yang kuat.

Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:

• Join Leaders Session High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships 2024 di The Mulia Hotel & Resort, Nusa Dua, Bali. Turut hadir Presiden RI, Menteri PPN/Kepala Bappenas, dan Menteri Luar Negeri.

* Data PMI Manufaktur Indonesia periode Agustus 2024 (07.30 WIB)

• Data Inflasi Indonesia periode Agustus 2024 (11.00 WIB)
* Komisi VI DPR menggelar rapat kerja dengan Menteri BUMN dan Menteri Perdagangan di ruang rapat Komisi VI DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Kota Jakarta Selatan.

* Rapat Banggar DPR mengenai RAPBN 2025

• Data PMI Manufaktur Caixin China periode Agustus 2024 (08.45 WIB)

* Press conference kinerja triwulan III-2024 PT Bank Syariah Indonesia Tbk

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

• Cash Dividen Interim PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) sebesar US$0,025/lembar saham
• Cash Dividen Final PT Sumi Indo Kabel Tbk (IKBI) sebesar Rp34,31/lembar saham

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular