Ada Kabar Gembira dari AS, IHSG-Rupiah Siap-siap Bikin Rekor

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Kamis, 15/08/2024 06:00 WIB
Foto: Pegawai berjalan dibawah layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (6/8/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Inflasi konsumen membuat pasar semakin optimis di pasar, IHSG dan rupiah pun berpeluang untuk melanjutkan kenaikan
  • Data inflasi konsumen AS melambat hingga di bawah 3%
  • Penurunan suku bunga The Fed diperkirakan akan terjadi September dengan para pelaku pasar memperkirakan turun 25 bps atau 50 bps

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia menggembirakan pada perdagangan kemarin, didorong oleh tingginya ekspektasi penurunan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve atau The Fed pada September.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)  pada perdagangan Rabu (14/8/2024) melesat 1,08% ke posisi 7.436,04. IHSG pun berhasil mencetak rekor terbarunya pada hari ini, di mana rekor terakhir IHSG terbentuk pada perdagangan 14 Maret lalu.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan melibatkan 17 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 333 saham terapresiasi, 241 saham terdepresiasi, dan 220 saham cenderung stagnan.

Secara sektoral, sektor konsumer non-primer menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan kemarin, yakni mencapai 3,42%.

IHSG berhasil ditutup bergairah hingga menyentuh rekor tertinggi barunya, setelah data inflasi produsen AS pada periode Juli 2024 dirilis dan angkanya lebih baik dari ekspektasi pasar sebelumnya.

Indeks harga produsen (producer price index/PPI) untuk permintaan akhir naik tipis 0,1% pada Juli lalu, setelah naik 0,2% tanpa revisi pada Juni 2024, berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS.

Angka ini lebih baik dari ekspektasi pasar sebelumnya. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PPI naik 0,2%. Dalam 12 bulan hingga Juli, PPI meningkat 2,2% setelah naik 2,7% pada Juni.

Harga produsen AS meningkat kurang dari yang diharapkan pada Juli karena biaya jasa turun paling banyak dalam hampir sekitar satu tahun di tengah tanda-tanda menurunnya daya penetapan harga untuk bisnis, bukti memudarnya tekanan inflasi yang memperkuat harapan penurunan suku bunga bulan depan.

Harga jasa turun 0,2%, penurunan terbesar sejak Maret 2023, setelah naik 0,4% pada Juni. Penurunan tersebut mencerminkan penurunan 1,3% dalam jasa perdagangan, yang mengukur perubahan margin yang diterima oleh pedagang grosir dan pengecer, penurunan terbesar untuk kategori tersebut sejak Februari 2015. Margin perdagangan naik 1,4% pada Juni.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serikat (AS) kembali ditutup cerah pada perdagangan Rabu (14/8/2024) di tengah respon positif investor terkait rilis data inflasi produsen (PPI) yang melandai.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di harga Rp15.675/US$ menguat 0,98% dari harga penutupan perdagangan kemarin (13/8/2024). Penguatan ini menghantarkan rupiah ke titik terkuatnya selama hampir lima bulan terakhir atau semenjak 21 Maret 2024.

Pasar memperkirakan adanya penurunan suku bunga sebesar 25 hingga 50 basis poin (bps) pada pertemuan September, diikuti dengan penurunan serupa pada pertemuan November dan Desember.

Berda

sarkan perangkat CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada September menjadi 4,75% - 5,00% mencapai 52,5%. Sedangkan pada akhir tahun, suku bunga The Fed diproyeksikan berada di kisaran 4,25%-4,50%.

Untuk diketahui, The Fed sendiri telah mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 5,25%-5,50% selama setahun terakhir, setelah menaikkan sebesar 525 bps sejak 2022.


(ras/ras)
Pages