
Mayday, Mayday! Hantu Resesi AS Buat IHSG Kritis: Ada Peluang Rebound?

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street kompak terkapar di zona merah pada perdagangan Senin malam sampai Selasa dini hari waktu Indonesia (5-6 Agustus 2024) akibat kekhawatiran resesi Amerika Serikat (AS) menyusul lemahnya data ekonomi pekan lalu.
Bursa saham dari Asia hingga Eropa juga terpukul dan imbal hasil (yield) obligasi merosot karena para investor bergegas mencari aset-aset yang aman (safe-haven) dan bertaruh bahwa Bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) kini perlu menurunkan suku bunganya secara agresif untuk memacu pertumbuhan.
Prospek pemangkasan suku bunga kian meningkat setelah laporan ketenagakerjaan yang lemah di tengah menyusutnya aktivitas manufaktur di negara dengan perekonomian terbesar di dunia, ditambah dengan perkiraan suram dari perusahaan-perusahaan teknologi besar AS.
Data pekerjaan yang mengecewakan juga memicu peringatan resesi setelah indeks Sahm Rule meningkat ke 0,53 poin persentase. Indeks ini dipandang oleh banyak orang sebagai indikator resesi yang akurat secara historis.
Hal tersebut akhirnya membuat bursa Wall Street koreksi pekan lalu, dan pada awal pekan ini harus rela kembali koreksi.
Indeks Nasdaq jatuh paling parah hingga 3,43% % ke posisi 16.200,08. Kemudian diikuti S&P 500 ambles 3% ke posisi 5.186,33, sementara Dow Jones Industrial Average Indeks (DJI) ambruk 2,60% menuju 38.703,27.
Buat Nasdaq, penutupan kemarin menjadi penurunan tiga hari terbesar Nasdaq sejak 13 Juni 2022, ketika indeks tersebut merosot 10,57% dalam periode tiga hari.
Penurunan Dow Jones sebanyak 1.033,99 poin, atau 2,6% dan indeks S&P 500 merosot 3% menjadi kerugian harian terburuk sejak September 2022.
Saham teknologi masih menjadi pemicu ambruknya Wall Street. Saham Nvidia merosot 6,4%, Apple anjlok 4,8%, Tesla, turun 4,2%, dan Super Micro Computer jatuh 2,5%.
Halaman 3 >>
(tsn/tsn)