Newsletter

Ada Kabar Genting dari RI Hingga AS, IHSG dan Rupiah Siap Melesat?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
29 July 2024 06:00
Ketua Dewan Federal Reserve Jerome Powell hadir di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR di Capitol Hill, 6 Maret 2024, di Washington.
Foto: Ketua Dewan Federal Reserve Jerome Powell hadir di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR di Capitol Hill, 6 Maret 2024, di Washington. (AP/Mark Schiefelbein)
  • Pasar keuangan Indonesia pekan ini akan dibanjiri beragam sentimen dari domestik, Amerika Serikat, dan China
  • Mata investor tertuju kepada FOMC yang akan menentukan nasib suku bunga The Fed
  • Inflasi RI dan rislis laporan keuangan emiten akan jadi sentimen utama domestik

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini pasar keuangan Indonesia dibanjiri beragam sentimen penting yang dapat menjadi penggerak pasar saham maupun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Perlu dicatat pada pekan ini akan ada pengumuman hasil rapat bank sentral Amerika Serikat The Federal reserve atau The Fed. Paling ditunggu adalah kebijakan suku bunga The Fed.

Selain itu ada juga rilis inflasi dan PMI Manufaktur Indonesia yang akan menjadi sentimen penggerak pasar. Para investor juga akan mencermati performa emiten sepanjang paruh pertama 2024.

Beragam sentimen tersebut akan diulas lebih lengkap di halaman ketiga. Ada juga rangkuman dan jadwal rilis performa emiten sepanjang semester pertama 2024 di halaman empat dan lima.

Jika rilis data ekonomi dan sentimen di domestik maupun luar negeri positif, ada peluang pasar keuangan Indonesia akan bangkit dari kinerja negatif pekan lalu akibat tekanan dari beragam ketidakpastian.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di posisi 7.288,17 pada perdagangan Jumat (26/7/2024), turun 0,09% untuk kinerja mingguan.

Sementara itu, rupiah melemah secara mingguan, rupiah terpantau kembali tergelincir sebesar 0,62% di angka Rp16.285/US$ pada perdagangan Jumat (26/7/2024). Angka ini lebih dibandingkan pekan sebelumnya yakni sebesar 0,31%.

Peristiwa mundurnya Presiden AS Joe Biden dalam kontestasi politik melawan Donald Trump cukup menggemparkan pasar keuangan karena meninggalkan ketidakpastian.

Joe Biden yang merupakan petahana mengumumkan pengunduran dirinya lewat unggahan di media sosial X.

Biden menyerah pada tekanan tanpa henti dari sekutu terdekatnya di Partai Demokrat yang terus mendesak sosok berumur 81 tahun tersebut untuk mundur dari pencalonan di tengah kekhawatiran mendalam bahwa ia terlalu tua dan lemah untuk mengalahkan mantan Presiden Donald J. Trump.

"Merupakan kehormatan terbesar dalam hidup saya untuk menjabat sebagai presiden Anda," tulisnya di media sosial.

"Dan meskipun saya berniat untuk mencalonkan diri kembali, saya yakin ini demi kepentingan terbaik partai saya dan negara jika saya mundur dan fokus sepenuhnya pada pemenuhan tugas saya sebagai presiden selama sisa masa jabatan saya."

Tekanan pasar keuangan Indonesia

berlanjut setelah AS melaporkan data awal produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal II-2024 tumbuh 2,8% pada basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), lebih tinggi dari kuartal I-2024 yang hanya tumbuh 1,4%.

Angka awal PDB AS pada kuartal II-2024 ini juga berada di atas ekspektasi pasar sebelumnya yang memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam akan tumbuh 2%.

Laporan PDB terbaru menunjukkan bahwa dunia usaha terus berinvestasi dan konsumen masih mendorong pertumbuhan dengan belanja mereka, meskipun harga barang masih cenderung tinggi.

Namun demikian, inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) AS yang dirilis kemarin tampak melandai dan sesuai ekspektasi pasar sehingga hal ini diharapkan mampu mengurangi tekanan terhadap mata uang Garuda ke depan.

Sebagai catatan, Biro Analisis Ekonomi AS melaporkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) pada Juni lalu mencapai 2,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dari posisi Mei lalu yang mencapai 2,6%.

Dengan data inflasi PCE yang sudah sesuai dengan ekspektasi pasar, maka harapan pasar akan pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dapat dilakukan pada pertemuan September mendatang pun semakin terbuka lebar.

Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street berhasil ditutup menguat pada perdagangan Jumat (26/7/2024), setelah dirilisnya data inflasi personal yang sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.

Indeks S&P 500 tercatat menguat 59,88 poin atau 1,11% menjadi 5.459,10 poin. Nasdaq Composite juga naik 176,16 poin atau 1,03% menjadi 17.357,88 poin. Sementara itu Dow Jones Industrial Average menambahkan 654,27 poin atau naik 1,64% menjadi 40.589,34 poin.

Wall Street rebound setelah dirilisnya data inflasi personal yang sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya. Biro Analisis Ekonomi AS melaporkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) pada Juni lalu mencapai 2,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dari posisi Mei lalu yang mencapai 2,6%.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi PCE mencapai 0,1%, sedikit lebih tinggi dari Mei lalu yang mencapai 0%.

Sementara itu inflasi PCE inti, yang mengecualikan harga makanan dan energi naik 0,2% pada Juni 2024, dari bulan sebelumnya mencapai 0,1%.

Dibandingkan bulan yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), indeks PCE Inti naik 2,6%.

Angka ini tentunya sesuai ekspektasi pasar yang sebelumnya memprediksi inflasi PCE tahunan mencapai 2,5% dan 0,1% secara bulanan.

Data tersebut muncul di akhir pekan yang penuh gejolak di Wall Street. Sepanjang pekan ini, S&P 500 ambles 1,2%, sementara Nasdaq ambruk 2,6%. Namun, Dow Jones justru naik 0,5%.

Penurunan tersebut terjadi karena investor tampaknya menjadi bagian dari rotasi yang lebih luas ke saham-saham berkapitalisasi kecil dan area pasar yang lebih siklis.

"Volatilitas kembali dengan dahsyat minggu ini karena tekanan jual di sektor megacap menyeret pasar yang lebih luas," kata kepala strategi teknis LPL Financial Adam Turnquist, dikutip dari CNBC International.

Dengan data inflasi PCE yang sudah sesuai dengan ekspektasi pasar, maka harapan pasar akan pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dapat dilakukan pada pertemuan September mendatang pun semakin terbuka lebar.

Sejauh ini, peluang penurunan suku bunga The Fed masih tinggi. Berdasarkan CME FedWatch Tool, pasar melihat peluang 87,6% untuk pemangkasan suku bunga pada September. Namun, angka ini mengalami penurunan dari beberapa hari sebelumnya yang mencapai 93,3%.

Data PCE inti ini menunjukkan sejumlah bukti menggembirakan bahwa kampanye pengetatan The Fed mulai berjalan tanpa menyebabkan terlalu banyak efek negatif terhadap perekonomian. Kepala ekonom AS di High Frequency Economic, Rubeela Farooqi mengatakan dari sudut pandang The Fed, secara kumulatif data inflasi menunjukkan adanya cukup kemajuan, baik pada inflasi maupun kondisi pasar tenaga kerja.

"Ini positif bagi para pembuat kebijakan untuk membuka opsi penurunan suku bunga pada September mendatang," ungkap Farooqi.

Pasar keuangan Indonesia akan kebanjiran beragam sentimen penting baik dari dalam maupun luar negeri.

Ramai Rilis Data Ekonomi RI

Pada Senin (29/7/2024), terdapat rilis data penanaman modal asing Indonesia untuk periode kuartal II 2024. Penanaman modal asing (PMA) memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memberikan stimulus dan mendukung perekonomian Indonesia, seperti pembukaan lapangan kerja baru, meningkatkan SDM, dan juga teknologi.

Sebelumnya, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi kuartal I-2024 sebesar Rp 401,5 triliun, tumbuh 22,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) dan 9,8% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Secara lebih rinci, realisasi investasi tersebut meliputi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp204,4 triliun (50,9%) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp197,1 triliun. Adapun, dari sisi wilayah, maka posisi investasi di wilayah luar Jawa Rp201 triliun (50,1%) dan Jawa Rp200,5 triliun (49,9%).

Dari realisasi ini, tenaga kerja yang tercipta mencapai 547.419 tenaga kerja sepanjang kuartal I-2024. Dari total ini, sebanyak 328.073 tenaga kerja berasa dari Penyertaan Modal Asing (PMA) dan 219.346 tenaga kerja berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Jika dilihat secara sektor, sepanjang kuartal I-2024, PMDN paling banyak masuk ke sektor instruktur dan jasa Rp 104,5 triliun, kemudian industri manufaktur Rp 48,6 triliun dan industri primer Rp 44 triliun.

Kemudian, PMA paling banyak berinvestasi di industri manufaktur Rp 112,5 triliun, disusul Rp 64,7 triliun di industri jasa dan infrastruktur, kemudian Rp 27,2 triliun di sektor primer.

Berlanjut pada hari Kamis (1/8/2024) terdapat data inflasi periode Juli 2024 dan PMI Nikkei Indonesia periode Juli 2024.

Pada Juni 2024 terjadi inflasi (yoy) sebesar 2,51%, angka tersebut turun dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 2,84% (yoy). Inflasi yang terjaga ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025.

Dari sisi PMI Indonesia, Kinerja industri manufaktur Indonesia pada Juni 2024 merosot dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Turunnya permintaan produk menjadi salah satu penyebabnya. PMI Indonesia pada periode Juni 2024, berada pada level 50,7, menurun dibandingkan Mei 2024 yang ada pada level 52,1.

Investor juga mencermati rilis laporan keungan emiten-emiten di Indonesia. Rekap hasil dan jadwal rilis laporan emiten yang dipilih oleh Tim Riset CNBC Indonesia pada semester pertama 2024 ada di halaman selanjutnya.

Data Penting dari China

Sentimen pertama luar negeri, datang dari mitra dagang utama Indonesia, China. Pada Senin (29/7/2024), terdapat rilis penanaman modal asing China periode Juni 2024.

Sebelumnya, penanaman modal asing langsung (FDI) China sejak Januari hingga Mei 2024 mencapai 412,51 miliar yuan (US$56,81 miliar), dengan jumlah perusahaan baru yang didukung asing mencapai 21.764, naik 17,4% secara tahunan (yoy), menurut data Kementerian Perdagangan China (MOFCOM).

Berlanjut pada Rabu (31/7/2024), terdapat rilis data PMI Manufaktur China dan PMI Komposit hina periode Juli 2024. Sebelumnya, pada bulan Juni, indeks manajer pembelian (PMI) industri manufaktur China mencapai 49,5%, tidak berubah dari bulan sebelumnya, yang menunjukkan bahwa tingkat iklim industri manufaktur pada dasarnya stabil.

Kemudian pada Kamis (1/8/2024), juga terdapat rilis PMI Manufaktur versi Caixin China untuk periode Juli 2024. Sebelumnya, PMI Manufaktur Caixin China naik ke 51,8 pada Juni 2024 dari 51,7 pada Mei, mengalahkan perkiraan pasar sebesar 51,2 dan menandai angka tertinggi sejak Mei 2021. Hal tersebut merupakan peningkatan aktivitas pabrik selama delapan bulan berturut-turut, karena pertumbuhan output mencapai puncaknya dalam 2 tahun sementara pesanan baru naik untuk bulan ke-11.

Data AS ada FOMC dan Tenaga Kerja

Negeri Paman Sam. Pada Selasa (30/7/2024), terdapat rilis data lowongan pekerjaan JOLTs periode Juni 2024. Sebelumnya, jumlah lowongan pekerjaan meningkat sebanyak 221.000 dari bulan sebelumnya menjadi 8,140 juta pada Mei 2024, melampaui konsensus pasar sebesar 7,91 juta.

Hal ini menyusul angka 7,919 juta yang direvisi turun pada bulan April yang merupakan angka terendah dalam tiga tahun.

Kemudian pada Kamis (1/8/2024), pasar akan mencermati konferensi pers dari Federal Open Market Committee (FOMC). Konsensus pasar melihat pada bulan ini suku buna AS akan tetap dipertahankan dan memandang pemangkasan suku bunga ke depan.

Masih di hari yang sama, akan ada rilis data klaim pengangguran awal dan berkelanjutan hingga PMI manufaktur AS periode Juli 2024.

Diketahui, PMI Manufaktur AS tercatat 48,5% pada bulan Juni, turun 0,2 poin persentase dari 48,7% yang tercatat pada bulan Mei. Perekonomian secara keseluruhan terus berkembang selama 50 bulan setelah satu bulan kontraksi pada bulan April 2020.

Selanjutnya Jumat (2/8/2024), terdapat rilis data ketenagakerjaan non-pertanian (Nonfarm payrolls) dan tingkat pengangguran AS periode Juli 2024.

Jumlah penggajian nonpertanian meningkat sebesar 206.000 pada periode Juni 2024, lebih baik dari perkiraan Dow Jones sebesar 200.000 meskipun lebih rendah dari kenaikan yang direvisi turun sebesar 218.000 pada bulan Mei, yang dipotong tajam dari perkiraan awal sebesar 272.000.

Sementara itu, tingkat pengangguran secara tak terduga naik menjadi 4,1%, yang merupakan level tertinggi sejak Oktober 2021 dan memberikan tanda yang bertentangan bagi pejabat The Federal Reserve (The Fed) yang mempertimbangkan langkah mereka selanjutnya pada kebijakan moneter. Perkiraan sebelumnya adalah tingkat pengangguran akan tetap stabil di 4%.

Berikut rangkuman laporan keuangan emiten di semester pertama 2024 yang dihimpun oleh Tim Riset CNBC Indonesia:

Berikut proyeksi dan jadwal rilis laporan keuangan emiten kapitalisasi besar di semester pertama 2024 yang dihimpun oleh Tim Riset CNBC Indonesia:

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan 2025 (pk8.00 WIB)
  2. Seminar INDEF "The Urgency of Investing in Children during Prabowo Presidency" (pk 9.00 WIB)
  3. BEMB International Conference and Call For Papers 2024 oleh Bank Indonesia (9.00 WIB)
  4. Diskusi "Meneropong Prospek Ekonomi di Tengah Perubahan Geopolitik dan Kebijakan Pemerintah" (pk 12.00 WIB)
  5. Konferensi Pers Realisasi Investasi Triwulan II 2024 oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) (pk 13.00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular