
Marak Kasus Cuci Darah di RI, Ternyata Malaysia Juga

Jakarta, CNBC Indonesia - Peristiwa cuci darah sempat heboh di Indonesia apalagi hal ini menyasar kepada anak-anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Warganet pun sontak cukup kaget melihat kondisi ini mengingat kondisi gagal ginjal umumnya dialami orang dewasa.
"Asli syok, di RSCM banyak bocil-bocil. Kirain berobat apaan, ternyata pada cuci darah," tulis unggahan tersebut mengutip detik.com, Rabu (24/7/2024).
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso mengatakan setidaknya 1 dari 5 anak Indonesia berusia 12-18 tahun berpotensi mengalami kerusakan ginjal. Penyebabnya adalah gaya hidup mereka yang kurang sehat.
"Ini salah satu indikator awal kerusakan ginjal. Ini menunjukkan gaya hidup anak-anak kita usia 12-18 tahun ini sangat memprihatinkan. Pola makannya, pola geraknya, pola tidurnya sering begadang, dan malas gerak olahraga," sambungnya.
"Tidak bisa dipungkiri sekarang kejadian obesitas meningkat pada anak-anak. Sekitar 80 persen anak diabetes (tipe 2) itu disertai obesitas. Ini pangkal mula dari segala penyakit termasuk penyakit ginjal," katanya.
dr Piprim mengimbau para orang tua untuk lebih mengawasi anak-anak. Mulai dari pola makan, pola gerak, hingga pola tidur mereka.
Beberapa waktu setelahnya, pihak RSCM pun buka suara terkait fenomena banyaknya anak-anak yang menjalani prosedur cuci darah dalam beberapa waktu belakangan ini.
Dokter spesialis anak RSCM Jakarta, Dr. dr. Eka Laksmi Hidayati mengungkapkan bahwa saat ini ada sekitar 60 pasien anak yang menjalani prosedur cuci darah di RSCM Jakarta. Dr. Eka mengatakan, prosedur yang dilakukan oleh anak-anak tersebut adalah hemodialisis dan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD).
"Kami tidak mengalami lonjakan [jumlah pasien anak], tapi memang kalau dilihat angkanya pasien-pasien kita cukup banyak, ya, karena di satu rumah sakit saja kami punya sekitar 60 anak yang harus menjalani cuci darah secara rutin," ungkap Dr. Eka dalam siaran langsung melalui akun Instagram resmi RSCM (@rscm.official), Kamis (25/7/2024).
Ada beberapa faktor penyebab anak harus menjalani prosedur cuci darah di RSCM Jakarta menurut Dr. Eka, salah satunya adalah gagal ginjal bawaan lahir.
"Anak-anak memang sebetulnya jarang mengalami gagal ginjal jika dibandingkan dengan orang dewasa," jelas Dr. Eka.
"Penyebabnya juga berbeda dengan orang dewasa, yaitu kelainan bawaan yang bisa berupa bentuk ginjal ketika lahir yang tidak normal atau fungsinya yang tidak normal," lanjutnya.
Penduduk Malaysia Alami Penyakit Ginjal Kronis
Dikutip dari Galen Centre, setidaknya 15,5% atau lebih dari 5 juta penduduk Malaysia hidup dengan penyakit ginjal kronis (PKK). Hanya 5% dari mereka yang akan menyadarinya. Alhasil tak sedikit individu di Malaysia yang memerlukan dialisis untuk bertahan hidup.
"Malaysia membutuhkan evaluasi kenyataan dan komitmen baru untuk melaksanakan strategi dan kebijakan kesehatan ginjal yang ada. Negara ini berada di ambang krisis penyakit ginjal nasional," kata Azrul Mohd Khalib, Direktur Utama Galen Centre for Health & Social Policy.
"Angka kejadian dan prevalensi pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) telah meningkat dalam 20 tahun terakhir. Saat ini lebih dari 51.000 orang di Malaysia hidup dengan ESRD, memerlukan terapi penggantian ginjal.
Kementerian Kesehatan telah memperkirakan bahwa lebih dari 106.000 orang Malaysia mungkin akan menjalani dialisis pada tahun 2040 jika angka kegagalan ginjal yang meningkat tidak berubah. Ini hanya 16 tahun lagi. Setiap tahun, lebih dari 10.000 orang baru didiagnosis memerlukan dialisis dan angka tahunan ini terus meningkat. Lebih dari setengahnya memiliki diabetes."
Sebagai catatan, prevalensi penyakit ginjal kronis meningkat seiring dengan tingkat diabetes. Pada tahun depan, diperkirakan 7 juta orang dewasa Malaysia akan hidup dengan diabetes tipe 2. Ini sudah yang tertinggi di wilayah Pasifik Barat. Penderita diabetes 3,5 kali lebih mungkin mengembangkan PKK.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)