Newsletter

Ada Kabar Genting dari RI Hingga AS, IHSG dan Rupiah Siap Melesat?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
29 July 2024 06:00
Warga memadati Pasar Minggu untuk berbelanja, di Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (9/4/2024). Menjelang Lebaran warga mendatangi pasar tradisional tersebut untuk berbelanja berbagai kebutuhan. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Pasar keuangan Indonesia akan kebanjiran beragam sentimen penting baik dari dalam maupun luar negeri.

Ramai Rilis Data Ekonomi RI

Pada Senin (29/7/2024), terdapat rilis data penanaman modal asing Indonesia untuk periode kuartal II 2024. Penanaman modal asing (PMA) memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memberikan stimulus dan mendukung perekonomian Indonesia, seperti pembukaan lapangan kerja baru, meningkatkan SDM, dan juga teknologi.

Sebelumnya, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi kuartal I-2024 sebesar Rp 401,5 triliun, tumbuh 22,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) dan 9,8% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Secara lebih rinci, realisasi investasi tersebut meliputi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp204,4 triliun (50,9%) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp197,1 triliun. Adapun, dari sisi wilayah, maka posisi investasi di wilayah luar Jawa Rp201 triliun (50,1%) dan Jawa Rp200,5 triliun (49,9%).

Dari realisasi ini, tenaga kerja yang tercipta mencapai 547.419 tenaga kerja sepanjang kuartal I-2024. Dari total ini, sebanyak 328.073 tenaga kerja berasa dari Penyertaan Modal Asing (PMA) dan 219.346 tenaga kerja berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Jika dilihat secara sektor, sepanjang kuartal I-2024, PMDN paling banyak masuk ke sektor instruktur dan jasa Rp 104,5 triliun, kemudian industri manufaktur Rp 48,6 triliun dan industri primer Rp 44 triliun.

Kemudian, PMA paling banyak berinvestasi di industri manufaktur Rp 112,5 triliun, disusul Rp 64,7 triliun di industri jasa dan infrastruktur, kemudian Rp 27,2 triliun di sektor primer.

Berlanjut pada hari Kamis (1/8/2024) terdapat data inflasi periode Juli 2024 dan PMI Nikkei Indonesia periode Juli 2024.

Pada Juni 2024 terjadi inflasi (yoy) sebesar 2,51%, angka tersebut turun dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 2,84% (yoy). Inflasi yang terjaga ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025.

Dari sisi PMI Indonesia, Kinerja industri manufaktur Indonesia pada Juni 2024 merosot dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Turunnya permintaan produk menjadi salah satu penyebabnya. PMI Indonesia pada periode Juni 2024, berada pada level 50,7, menurun dibandingkan Mei 2024 yang ada pada level 52,1.

Investor juga mencermati rilis laporan keungan emiten-emiten di Indonesia. Rekap hasil dan jadwal rilis laporan emiten yang dipilih oleh Tim Riset CNBC Indonesia pada semester pertama 2024 ada di halaman selanjutnya.

Data Penting dari China

Sentimen pertama luar negeri, datang dari mitra dagang utama Indonesia, China. Pada Senin (29/7/2024), terdapat rilis penanaman modal asing China periode Juni 2024.

Sebelumnya, penanaman modal asing langsung (FDI) China sejak Januari hingga Mei 2024 mencapai 412,51 miliar yuan (US$56,81 miliar), dengan jumlah perusahaan baru yang didukung asing mencapai 21.764, naik 17,4% secara tahunan (yoy), menurut data Kementerian Perdagangan China (MOFCOM).

Berlanjut pada Rabu (31/7/2024), terdapat rilis data PMI Manufaktur China dan PMI Komposit hina periode Juli 2024. Sebelumnya, pada bulan Juni, indeks manajer pembelian (PMI) industri manufaktur China mencapai 49,5%, tidak berubah dari bulan sebelumnya, yang menunjukkan bahwa tingkat iklim industri manufaktur pada dasarnya stabil.

Kemudian pada Kamis (1/8/2024), juga terdapat rilis PMI Manufaktur versi Caixin China untuk periode Juli 2024. Sebelumnya, PMI Manufaktur Caixin China naik ke 51,8 pada Juni 2024 dari 51,7 pada Mei, mengalahkan perkiraan pasar sebesar 51,2 dan menandai angka tertinggi sejak Mei 2021. Hal tersebut merupakan peningkatan aktivitas pabrik selama delapan bulan berturut-turut, karena pertumbuhan output mencapai puncaknya dalam 2 tahun sementara pesanan baru naik untuk bulan ke-11.

Data AS ada FOMC dan Tenaga Kerja

Negeri Paman Sam. Pada Selasa (30/7/2024), terdapat rilis data lowongan pekerjaan JOLTs periode Juni 2024. Sebelumnya, jumlah lowongan pekerjaan meningkat sebanyak 221.000 dari bulan sebelumnya menjadi 8,140 juta pada Mei 2024, melampaui konsensus pasar sebesar 7,91 juta.

Hal ini menyusul angka 7,919 juta yang direvisi turun pada bulan April yang merupakan angka terendah dalam tiga tahun.

Kemudian pada Kamis (1/8/2024), pasar akan mencermati konferensi pers dari Federal Open Market Committee (FOMC). Konsensus pasar melihat pada bulan ini suku buna AS akan tetap dipertahankan dan memandang pemangkasan suku bunga ke depan.

Masih di hari yang sama, akan ada rilis data klaim pengangguran awal dan berkelanjutan hingga PMI manufaktur AS periode Juli 2024.

Diketahui, PMI Manufaktur AS tercatat 48,5% pada bulan Juni, turun 0,2 poin persentase dari 48,7% yang tercatat pada bulan Mei. Perekonomian secara keseluruhan terus berkembang selama 50 bulan setelah satu bulan kontraksi pada bulan April 2020.

Selanjutnya Jumat (2/8/2024), terdapat rilis data ketenagakerjaan non-pertanian (Nonfarm payrolls) dan tingkat pengangguran AS periode Juli 2024.

Jumlah penggajian nonpertanian meningkat sebesar 206.000 pada periode Juni 2024, lebih baik dari perkiraan Dow Jones sebesar 200.000 meskipun lebih rendah dari kenaikan yang direvisi turun sebesar 218.000 pada bulan Mei, yang dipotong tajam dari perkiraan awal sebesar 272.000.

Sementara itu, tingkat pengangguran secara tak terduga naik menjadi 4,1%, yang merupakan level tertinggi sejak Oktober 2021 dan memberikan tanda yang bertentangan bagi pejabat The Federal Reserve (The Fed) yang mempertimbangkan langkah mereka selanjutnya pada kebijakan moneter. Perkiraan sebelumnya adalah tingkat pengangguran akan tetap stabil di 4%.

(ras/ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular