Newsletter

Biden Mundur dari Pilpres AS & China Beri Kabar Genting: RI Aman?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
22 July 2024 05:59
Gedung Bank sentral China.
Foto: Gedung Bank sentral China. (AP/Andy Wong/File Foto)

Sentimen pasar dari perilisan data ekonomi cenderung minim, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri pada hari ini. Namun, ada beberapa data ekonomi yang akan dirilis pada hari ini  yakni data uang beredar (M2) Indonesia periode Juni 2024 dan suku bunga acuan bank sentral China.

Salah satu sentimen besar hari ini adalah mundurnya Joe Biden dari pemilihan presiden AS pada November mendatang.

Meski minim, tetapi dari AS pada pekan ini terkait perilisan data ekonomi cukup ramai, di mana investor akan memantau rilis data inflasi personal periode Juni 2024.

Berikut sentimen pasar pada pekan ini.

Joe Biden Mundur dari Pemilihan Presiden AS

Joe Biden, politisi top Partai Demokrat serta Presiden AS saat ini, digadang-gadang akan melawan Donald Trump dari Partai Republik  pada pemilihan presiden AS pada November mendatang. Namun, Biden secara mengejutkan mengumumkan akan mundur dari kontestasi politik tertinggi di Amerika Serikat.

Joe Biden yang merupakan pertahana mengumumkan pengunduran dirinya lewat unggahan di media sosial.
"Merupakan kehormatan terbesar dalam hidup saya untuk menjabat sebagai presiden Anda," tulisnya di media sosial.

"Dan meskipun saya berniat untuk mencalonkan diri kembali, saya yakin ini demi kepentingan terbaik partai saya dan negara jika saya mundur dan fokus sepenuhnya pada pemenuhan tugas saya sebagai presiden selama sisa masa jabatan saya."

Biden menyerah pada tekanan tanpa henti dari sekutu terdekatnya di Partai Demokrat yang terus mendesak sosok berumur 81 tahun tersebut untuk mundur dari pencalonan di tengah kekhawatiran mendalam bahwa ia terlalu tua dan lemah untuk mengalahkan mantan Presiden Donald J. Trump.

Dalam unggahan di media sosial, Biden juga menyebut Wakil Presiden Kamala Harris sebagai "mitra yang luar biasa," dan dirinya mendukung Harris untuk menggantikan posisinya.

Pengumuman dari Biden, yang sedang menjalani isolasi karena Covid, terjadi hanya tiga hari setelah Trump menyampaikan pidato sarat tensi saat menerima pencalonan partainya untuk mendapatkan kesempatan kembali ke Gedung Putih untuk masa jabatan kedua.

Trump, yang telah mempersiapkan pertarungan ulang dengan Biden selama empat tahun, kini akan menghadapi lawan yang berbeda dan belum diketahui dari Partai Demokrat, dengan hanya 110 hari tersisa hingga Hari Pemilihan.

China

Pada hari ini, Senin (22/7/2024)  China akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbarunya. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) akan kembali menahan suku bunga acuannya kali ini.

Untuk suku bunga acuan tenor satu tahun diprediksi akan tetap bertahan di level 3,45%. Sedangkan untuk suku bunga acuan tenor lima tahun diprediksi bertahan di 3,95%.

Pekan lalu, China mengumumkan pertumbuhan ekonomi Tiongkok tumbuh jauh lebih lambat dari perkiraan pada kuartal kedua 2024, terhambat oleh penurunan properti yang berkepanjangan dan ketidakamanan lapangan kerja.

Data resmi menunjukkan ekonomi terbesar kedua di dunia ini tumbuh 4,7% (year on year/yoy) pada April-Juni 2024, pertumbuhan paling lambat sejak kuartal pertama tahun 2023 dan meleset dari perkiraan 5,1% dalam jajak pendapat Reuters. Pertumbuhan ini juga melambat dari ekspansi kuartal sebelumnya sebesar 5,3%.

Meski ekonomi China mengalami penurunan, tetapi pemerintah setempat tetap percaya diri dapat mempertahankan pertumbuhan ekonominya.

"Melalui upaya yang gigih, perekonomian kami mencapai peningkatan output dan kualitas yang lebih baik pada paruh pertama tahun ini. Hal ini memberikan landasan yang kuat untuk mencapai target pertumbuhan kami sepanjang tahun," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Selasa (16/7/2024) lalu.

Bahkan, perlambatan pertumbuhan yang lebih tajam dari perkiraan pada kuartal II 2024, mendorong Goldman Sachs menurunkan perkiraan pertumbuhan China menjadi 4,9%, dari sebelumnya 5,0% pada tahun ini.

 Indonesia

Pada hari ini, Senin (22/7/2024) Bank Indonesia akan merilis data perkembangan uang beredar Juni 2024. 

Sebagai informasi, sebelumnya likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada periode Mei 2024 tumbuh lebih tinggi. Posisi M2 pada Mei 2024 tercatat sebesar Rp 8.965,9 triliun atau tumbuh sebesar 7,6% secara tahunan (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 6,9% (yoy).

Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 6,3% (yoy) dan uang kuasi sebesar 8,8% (yoy). Perkembangan M2 pada Mei 2024 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih.

Penyaluran kredit pada Mei 2024 tumbuh sebesar 11,4% (yoy), menurun dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12,3% (yoy).

Sedangkan aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 0,6% (yoy), lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,1% (yoy).

Sementara itu, tagihan bersih kepada pemerintah pusat tumbuh sebesar 22,7% (yoy), setelah tumbuh sebesar 25,8% (yoy) pada April 2024.

Amerika Serikat

Pada pekan ini Amerika Serikat (AS) juga akan merilis beberapa data ekonomi dan agenda cukup penting, di mana salah satunya yakni data awal pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2024 dan tingkat inflasi pengeluaran pribadi konsumen AS (PCE).

Data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 akan diumumkan pada Kamis sementara data inflasi PCE akan dirilis pada Jumat pekan ini.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan produk domestik bruto (PDB) awal AS pada kuartal II-2024 akan tumbuh 2,5%, lebih tinggi dari data aktual PDB AS pada kuartal I-2024.

Pertumbuhan ekonomi AS terus berada di atas ekspektasi, meskipun terjadi peningkatan suku bunga, pelemahan di negara-negara besar lainnya, dan penurunan kelebihan tabungan.

Meskipun pertumbuhan PDB riil melambat pada kuartal pertama tahun ini, tampaknya para pengambil kebijakan telah berhasil menghindari resesi, sekaligus menurunkan inflasi mendekati target 2%.

Skenario dasar dari Deloitte masih positif dalam waktu dekat. Belanja konsumen diperkirakan akan tetap kuat pada semester pertama 2024 karena perbaikan berkelanjutan di pasar tenaga kerja dan tingkat belanja yang stabil di sektor bisnis dan pemerintah.

Faktor-faktor tersebut diproyeksikan akan mendukung pertumbuhan PDB riil tahun ini. Meskipun perkiraan dasar Deloitte masih penuh harapan, memasukkan skenario yang lebih optimis dibandingkan perkiraan dasar mereka, di mana skenario peningkatan produktivitas tenaga kerja melebihi perkiraan dasar dan perubahan struktural pada pasar tenaga kerja terjadi dalam jangka panjang.

Inflasi indeks harga konsumen (CPI) AS tetap berada di atas ambang batas 3% pada kuartal kedua tahun ini, sebelum diprediksi turun menjadi 2,7% pada akhir tahun 2024.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) juga berhasil mengatasi hambatan menuju soft landing dengan memangkas suku bunga sebanyak dua kali pada kuartal kedua. setengah tahun 2024 dan dilanjutkan dengan pemotongan hingga mencapai tingkat netral 2,5% hingga 3% pada tahun 2027.

Pertumbuhan lapangan kerja melambat karena tingkat pembentukan lapangan kerja saat ini tidak berkelanjutan, mengingat demografi dan partisipasi angkatan kerja.

Akibatnya, tingkat pengangguran turun dalam jangka pendek, namun meningkat menjadi sedikit di bawah 4% pada tahun 2025 sebelum menurun secara bertahap selama sisa periode perkiraan.

Investasi besar yang didorong oleh Undang-Undang Pengurangan Inflasi memberikan dorongan pada sektor manufaktur. Selain itu, investasi pada kekayaan intelektua seperti penggunaan AI dan teknologi baru lainnya akan terus mendorong pertumbuhan di sektor bisnis.

Tak hanya itu saja, data klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir 20 Juli 2024 juga akan dirilis pada pekan ini, di mana angkanya diperkirakan meningkat menjadi 247.000, dari sebelumnya sebesar 243.000 pada pekan sebelumnya.

Namun, yang pasti ditunggu-tunggu oleh pelaku pasar yakni data inflasi pengeluaran pribadi (PCE) periode Juni 2024 yang diumumkan Jumat pekan ini. Meski begitu, proyeksi pasar mencatat inflasi PCE pada Juli sedikit naik menjadi 2,6% secara tahunan (yoy). Namun, angka ini masih dinilai cukup mendingin dan membuat pelaku pasar semakin yakin bahwa The Fed dapat memangkas suku bunganya pada September mendatang.

Berdasarkan survei CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa 94% pelaku pasar berekspektasi terjadi first cut rate pada September 2024 sebesar 25 basis poin (bp).

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular