
Semua Menunggu Sabda The Fed, Bagaimana Nasib IHSG & Rupiah?

- Perhatian investor tertuju kepada pidato kepala The Fed Jerome Powell
- Pelaku pasar optimis melihat peluang pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini terjadi dua kali
- Pelaku pasar juga mencermati data tenaga kerja yang akan rilis malam nanti
Jakarta, CNBC Indonesia - Pidato kepala bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve Jerome Powell akan menjadi sentimen utama pada perdagangan hari ini. Para pelaku pasar menantikan petunjuk kebijakan suku bunga yang akan diambil.
Terutama setelah serangkaian data ekonomi AS yang menunjukkan ada pelemahan ekonomi negara Paman Sam tersebut. Para pelaku pasar optimis The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali pada tahun ini.
Sementara sentimen lainnya yang jadi penggerak pasar akan diulas lebih lanjut di halaman ketiga artikel ini. Adapun di halaman keempat terdapat sederet jadwal emiten, rilis ekonomi, hingga agenda penting lainnya.
Pasar keuangan Indonesia sendiri berseri pada perdagangan kemarin, Senin (1/7/2024). Pasar saham dan nilai tukar mampu menunjukkan performa yang baik.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan Senin (1/7/2024). IHSG ditutup melesat 1,08% ke posisi 7.139,63. IHSG pun berhasil menyentuh kembali level psikologis 7.100, di mana terakhir IHSG menyentuh level psikologis ini pada perdagangan 29 Mei lalu.
Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 14 triliun dengan melibatkan 14miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 918.173 kali. Sebanyak 321 saham menguat, 233 saham terkoreksi, dan 241 saham stagnan.
Secara sektoral, transportasi menjadi penopang terbesar IHSG pada akhir perdagangan kemarin yakni mencapai 4,14%.
Saham emiten pertambangan mineral Grup Salim yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menjadi penopang terbesar IHSG pada hari ini, yakni mencapai 16,5 indeks poin.
Sementara itu, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,31% di angka Rp16.320/US$ pada Senin (1/7/2024).
IHSG dan rupiah bergairah meski data ekonomi yang dirilis di dalam negeri cenderung kurang menggembirakan.
Data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) periode Juni 2024 telah dirilis.
S&P Global melaporkan PMI manufaktur Indonesia pada bulan lalu terpantau turun ke angka 50,7, dari sebelumnya pada Mei lalu di angka 52,1. Meski menurun, tetapi PMI manufaktur Indonesia masih berada di zona ekspansif.
PMI menggunakan angka50 sebagai garis pemisah. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi ekonomi. sementara angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi ekonomi.
Selain data manufaktur dari dalam negeri juga ada data inflasi periode Juni 2024 yang telah dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), di mana hasilnya lebih rendah dari ekspektasi pelaku pasar sebelumnya.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia periode Juni 2024 kembali mengalami deflasi sebesar 0,08% secara bulanan (month-to-month/mtm), dari sebelumnya pada Mei lalu sebesar 0,03%.
Secara tahunan (year-on-year/yoy), IHK Indonesia pada bulan lalu mencapai 2,51%, dari sebelumnya sebesar 2,84% pada Mei lalu.
Adapun menurut Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 institusi memperkirakan inflasi Juni 2024 diperkirakan menembus 0,07% (mtm) dan 2,74% (yoy).
Meski data PMI manufaktur cenderung lesu dan Indonesia kembali mengalami deflasi secara bulanan, tetapi IHSG tetap melanjutkan penguatannya, karena ditopang oleh rebound-nya saham-saham berkapitalisasi pasar besar terutama saham bank raksasa.
Saham-saham pertumbuhan bluechips yang dipimpin oleh Apple dan Tesla mengangkat Nasdaq ke penutupan lebih tinggi pada hari Senin (1/7/2024). Sementara Dow Jones dan S&P 500 juga menguat tipis.
Investor sedang menunggu data pasar tenaga kerja AS yang akan dirilis akhir pekan ini untuk mendapatkan petunjuk mengenai prospek tingkat suku bunga.
Dow Jones Industrial Average naik 50,66 poin, atau 0,13%, menjadi ditutup pada 39.169,52, S&P 500 naik 14,61 poin, atau 0,27%, menjadi 5.475,09 dan Nasdaq Composite naik 146,70 poin, atau 0,83% , menjadi 17.879,30.
"Pendorong pendapatan yang paling penting adalah PDB dan perekonomian masih terlihat sangat sehat bagi kami," kata Ben Snider, ahli strategi ekuitas senior di Goldman Sachs Research.
"Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini di AS - melebihi tren - di atas 2%, sehingga pertumbuhan pendapatan masih terlihat kuat. Selain PDB, margin keuntungan tampaknya mulai pulih setelah beberapa tahun yang cukup sulit."
Seperempat pendapatan indeks S&P 500 berasal dari saham-saham teknologi terbesar, yang juga terlihat kuat, katanya.
Volume perdagangan tipis, dengan pasar ekuitas akan ditutup pada hari Kamis untuk memperingati Hari Kemerdekaan AS. Volume di bursa AS adalah 10,59 miliar lembar saham, turun dari rata-rata 11,89 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir. Volume tipis diperkirakan terjadi sepanjang minggu.
Data PMI manufaktur dari Institute for Supply Management menunjukkan sektor manufaktur mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut di bulan Juni, sementara harga yang dibayarkan turun ke level terendah dalam enam bulan yang merupakan tanda menggembirakan bagi upaya Bank Sentral AS dalam memerangi inflasi.
Para pedagang tetap bertaruh pada sekitar dua kali penurunan suku bunga tahun ini, mulai bulan September, menurut LSEG FedWatch.
Yang juga dijadwalkan untuk minggu ini adalah data lowongan pekerjaan JOLTS pada hari Selasa, dan data ketenagakerjaan ADP, pesanan pabrik, data PMI jasa ISM dan risalah pertemuan kebijakan terbaru The Fed pada hari Rabu. Data penggajian non-pertanian akan dirilis pada hari Jumat.
Ketua The Fed Jerome Powell akan menjadi pusat perhatian para pelaku pasar pada hari ini, sebab dapat memberikan petunjuk arah kebijakan suku bunga bank sentral.
Jerome Powell akan berpidato di acara Diskusi Panel Kebijakan oleh Forum Bank Sentral Eropa (ECB) tentang Perbankan Sentral 2024 di Sintra, Portugal.
Cukup penting diperhatikan bagaimana komentar Powell terhadap kondisi ekonomi global terkini dan prospek kebijakan moneter the Fed mendatang, terutama kini memasuki semester II/2024 sudah semakin dekat dengan pemilu AS.
Para pelaku pasar hingga saat ini menilai suku bunga The Fed akan dipangkas dua kali hingga akhir tahun ini.
Menurut data perangkat Fedwatch, pemangkasan pertama terjadi pada pertemuan September sebesar 25 basis poin menjadi 5,00% - 5,25%. Peluangnya sebesar 59,9%. Kemudian pada pertemuan Desember akan terjadi pemangkasan suku bunga sekali lagi sebesar 25 basis poin ke 4,75% - 5,00%.
Para pelaku pasar optimis bahwa suku bunga akan dipangkas dua kali mendapatkan dukungan dari komentar dari pejabat The Fed yang yakin kebijakan suku bunga saat ini mampu menekan inflasi ke target.
Presiden Federal Reserve Bank of New York John Williams mengatakan dia terus yakin tekanan harga sudah kembali ke tingkat yang ditargetkan oleh bank sentral, dalam komentar yang dibuat pada Minggu (30/6/2024).
"Saya yakin bahwa kami di The Fed berada di jalur untuk mencapai sasaran inflasi 2% secara berkelanjutan," kata Williams, dalam sebuah video untuk konferensi Bank for International Settlements yang dipublikasikan pada hari Senin. Pejabat tersebut tidak mengomentari prospek kebijakan moneter.
Manufaktur AS Loyo Tiga Bulan Beruntun
Keyakinan pelaku pasar akan penurunan suku bunga akan terjadi dua kali tahu ini didukung oleh data manufaktur AS yang terus merosot. Sehingga tekanan inflasi pun surut.
Manufaktur AS mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut pada bulan Juni karena permintaan tetap lemah, sementara penurunan harga yang dibayarkan oleh pabrik untuk bahan baku ke level terendah dalam enam bulan menunjukkan bahwa inflasi dapat terus mereda.
Manufaktur sedang tertekan oleh suku bunga yang lebih tinggi dan melemahnya permintaan barang, meskipun sebagian besar investasi bisnis masih bertahan.
PMI manufaktur ISM merosot ke 48,5 bulan lalu dari 48,7 di bulan Mei. Angka PMI di atas 50 menunjukkan pertumbuhan di sektor manufaktur, yang menyumbang 10,3% perekonomian. PMI masih berada di atas level 42,5, yang menurut ISM selama periode waktu tertentu mengindikasikan adanya ekspansi perekonomian secara keseluruhan.
![]() PMI Manufaktur AS |
Porsi PDB sektoral yang mencatat PMI gabungan pada atau di bawah 45 - yang merupakan barometer kelemahan manufaktur secara keseluruhan - melonjak menjadi 14% dari 4% pada bulan sebelumnya.
Delapan industri manufaktur, termasuk logam primer dan produk kimia, melaporkan pertumbuhan. Mesin, alat transportasi, peralatan listrik, peralatan dan komponen serta komputer dan produk elektronik termasuk di antara sembilan industri yang terkontraksi.
Komentar dari produsen sebagian besar suram. Produsen produk kimia melaporkan "pesanan pelanggan dalam jumlah besar". Namun, produsen peralatan transportasi mengeluh bahwa "pelanggan terus memotong pesanan dalam waktu singkat, sehingga menyebabkan efek riak di seluruh pemasok tingkat bawah."
Produsen peralatan, peralatan dan komponen listrik melaporkan bahwa "pelanggan (sedang) memesan lebih banyak untuk menciptakan cadangan cadangan, jika terjadi kekurangan di masa depan. Produsen produk logam fabrikasi menyebutkan tanda-tanda melemahnya permintaan, dan menambahkan bahwa "kita harus berupaya mengurangi tingkat persediaan."
Pabrikan mesin mengatakan "backlog penjualan menurun" dan sebagai dampaknya mereka telah "merumahkan sebagian tenaga kerja kami". Produsen aneka barang manufaktur melaporkan bahwa "tingkat produksi lebih rendah karena menurunnya permintaan produk."
Sub-indeks pesanan baru berdasarkan survei ISM naik ke angka 49,3 yang masih lemah dari 45,4 di bulan Mei. Output di pabrik-pabrik menurun untuk pertama kalinya sejak bulan Februari. Sub-indeks produksi turun menjadi 48,5 dari 50,2 di bulan Mei.
Inflasi di pabrik jauh lebih dingin. Ukuran survei mengenai harga yang dibayar oleh produsen turun menjadi 52,1, angka terendah sejak Desember, dari 57,0 pada bulan Mei.
Penurunan harga barang menyebabkan sebagian besar inflasi bulanan tidak berubah pada bulan Mei, dan penurunan harga input pada bulan lalu menjadi pertanda baik bagi berlanjutnya tren disinflasi dalam perekonomian secara luas.
Lapangan kerja di pabrik merosot setelah sempat pulih pada bulan Mei di tengah PHK, pengurangan karyawan, dan pembekuan perekrutan.
Pasar tenaga kerja secara keseluruhan perlahan-lahan mulai mendingin. Pemerintah kemungkinan akan melaporkan pada hari Jumat bahwa nonfarm payrolls meningkat sebesar 190.000 pekerjaan pada bulan Juni setelah melonjak 272.000 pada bulan Mei, menurut survei ekonom Reuters. Tingkat pengangguran diperkirakan tidak berubah pada 4,0%.
Biaya pinjaman yang lebih tinggi juga menghambat pertumbuhan di sektor konstruksi, yang didorong oleh permintaan akan rumah baru di tengah kurangnya rumah yang dimiliki sebelumnya untuk dijual.
Update Pasar Tenaga Kerja AS
Pada Selasa (2/7/2024) sentimen banyak datang dari AS, di mana ada rilis data pasar tenaga kerja terkait jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia dan jumlah pekerja yang mengundurkan diri sukarela, serta pidatokepala The Fed, Jerome Powell.
Data tenaga kerja JOLTs Job Opening periode Mei 2024 diperkirakan turun menjadi 7,85 juta pekerjaan, dari bulan sebelumnya sebesar 8,05 juta, menurut konsensus trading economic. Sementara untuk JOLTs Job Quit diperkirakan masih bertahan di 3,5 juta pada Mei 2024.
Sejauh ini, kondisi pasar tenaga kerja AS masih cukup ketat, sementara inflasi meskipun melandai tetap belum sesuai dengan target bank sentral.
FOMC Minutes : Penantian Risalah The Fed
Invetor juga menantikan rilis risalah pertembuan The Fed atau FOMC Minutes, ini patut dicermati oleh pelaku pasar lantaran akan ada pengumuman risalah the Fed yang berisi tentang gambaran ekonomi dan kebijakan moneter bank sentral AS ke depan.
Menjelang FOMC Minutes biasanya market juga akan cenderung lebih volatile, lantaran market menghadapi ketidakpastian lagi dari the Fed yang membuat pelaku pasar wait and see.
Sejauh ini, soal suku bunga the Fed, dot plot terkini menunjukkan bahwa para pengambil kebijakan hanya memperkirakan satu kali penurunan suku bunga pada tahun ini dan empat kali penurunan pada tahun 2025.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data dan agenda penting hari ini:
- Inflasi Eropa Flash periode Juni (16.00 WIB)
- Pidato Powell (8.30 WIB)
- International Mayors Forum 2024
- JOLTs Pembukaan Lapangan Pekerjaan (21.00 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten hari ini:
Cum Date Dividen: AGII, BSSR, CBPE, KLAS, MDKI, MYOH, RDTX, SAMF, TSPC
- RUPST: LAND
Berikut untuk indikator ekonomi RI :
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(ras/ras) Next Article BREN Keluar dari Pemantauan Khusus & FCA, IHSG Bakal Ngegas?
