Pertama Sejak Pandemi, Deflasi 2 Bulan Beruntun: Tanda Bahaya?

mae, CNBC Indonesia
01 July 2024 19:40
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan ke Pasar Tumpah Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. (CNBC Indonesia/Emir)
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan ke Pasar Tumpah Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. (CNBC Indonesia/Emir)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali turun atau mencatat deflasi pada Juni 2024. Deflasi dua bulan beruntun ini mulai memunculkan kekhawatiran jika daya beli masyarakat melemah.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan IHK turun atau deflasi sebesar 0,08% pada Juni 2014 dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Secara tahunan (year on year/yoy), IHK masih naik atau mengalami inflasi sebesar 2,51% pada Juni 204. Inflasi inti melandai ke 1,9% (yoy) pada Juni.

Sebagai catatan, IHK pada Mei 2024 juga turun atau mengalami deflasi 0,03% (mtm) tetapi secara tahunan mengalami inflasi sebesar 2,51%. Inflasi umum (yoy) adalah yang terendah sehak September 2023.

Dengan deflasi pada Juni 2024 maka deflasi sudah terjadi dua bulan beruntun.

Deflasi selama dua bulan beruntun adalah yang pertama sejak Agustus dan September 2020 atau awal pandemi Covid-19.

Data BPS mencatat, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatat deflasi paling besar yakni 0,49% (mtm), disusul dengan informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yakni 0,02% (mtm).

Dilihat dari komponennya, inflasi harga bergejolak yang didominasi harga pangan mencatat deflasi sebesar 0,98% (mtm).
Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi adalah bawang merah (0,09%), tomat (0,07), daging ayam ras sebesar (0,05%). Komoditas lain yang andil deflasi adalah telur ayam ras, bawang putih, kangkung, sawi hijau, dan bayam.

Deflasi Juni: Harga Barang Turun Atau Daya Beli Melandai?
Deflasi pada Juni (mtm) terbilang sangat jarang terjadi. Dalam 10 tahun terakhir, hanya sekali deflasi terjadi pada Juni yakni di 2021.

Dalam lima tahun terakhri, rata-rata inflasi Juni bahkan menyentuh 0,26% atau relatif tinggi. Secara historis, inflasi biasanya naik di Juni karena ada biaya persiapan sekolah untuk musim ajaran baru, gaji ke-13, dan liburan panjang sekolah.
Terjadinya deflasi pada Juni dan terjadinya deflasi selama dua bulan beruntun pun menimbulkan sejumlah pertanyaan.

Ekonom BCA Barra Kukuh Mamia mengatakan deflasi pada Juni disebabkan oleh melandainya harga komoditas pangan dan normalisasi setelah puasa. Namun, dia mengatakan daya beli masyarakat, terutama kalangan bawah juga sudah tertekan.

"Kalau daya beli untuk kelas bawah memang melemah sekarang tetapi untuk kelas menengah atas kita lihat di kuartal Ii-2024 masih OK," tutur Barra kepada CNBC Indonesia.

Sebagai informasi, sekitar 75% dari pengeluaran kelas bawah dihabiskan untuk membeli makanan. Harga bahan pangan yang sempat melejit tahun lalu dan hingga Lebaran di April 2024 membebani mereka.
Dengan penghasilan yang tidak naik maka mereka akan memilih mengurangi pembelian. Permintaan pun akan melambat dan harga akan turun.

Laporan Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan bahwa fenomena makan tabungan 'mantab' terlihat pada kelompok bawah dan menengah sejak kuartal IV-2023 hingga saat ini.

Tingkat belanja dan tabungan semua kelompokFoto: Bank Mandiri
Tingkat belanja dan tabungan semua kelompok

Hal ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat middle-low cenderung menguras tabungannya untuk kebutuhan konsumsi khususnya membeli barang elektronik serta kebutuhan konsumsi lainnya.

MSI mencatat sikap menguras tabungan ini kemungkinan terjadi akibat inflasi barang-barang konsumsi yang melebihi kenaikan tingkat penghasilan.

Pada masyarakat di kelompok bawah (konsumen dengan rata-rata tabungan kurang dari Rp1 juta) terpantau mengalami tren penurunan tabungan bahkan sejak April 2023 hingga saat ini.

Sementara untuk kelompok tengah (konsumen dengan rata-rata tabungan Rp1-10 juta) mengalami tren penurunan tabungan sejak Oktober 2023. Berbeda halnya dengan atas yang justru mengalami tren kenaikan tabungan sejak Januari 2024.

Ekonom Senior PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, menjelaskan deflasi pada Juni 2024 lebih karena penurunan harga bahan makanan.

"Core inflation stabil di 1,9% (yoy) masih cukup stabil dan positif kalau dari sisi kebijakan moneter," tutur Rully, kepada CNBC Indonesia.

Senada, ekonom Bank Danamon Hosianna Situmorang menjelaskan deflasi Juni 2024 tidak sepenuhnya karena pelemahan daya beli.

"Deflasi kelompok volatile food yg turun semakin dalam. Dimana ini kemungkinannya banyak faktor karena musim panen, pasokan dan juga kebijakan harga oleh pemerintah," tutur Hosiana, kepada CNBC Indonesia.

Seperti diketahui, Badan Pangan Nasional (Bapanas) resmi menetapkan Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras medium dan premium.



P
emerintah mengatur HET beras berdasarkan wilayah. Untuk wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatera Selatan, HET beras medium Rp 12.500 per kilogram (kg) dan HET beras premium Rp 14.900 per kg. Wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, dan Kepulauan Bangka Belitung, HET beras medium Rp 13.100 per kg dan HET beras premium Rp 15.400 per kg.

Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) menunjukkan rata-rata harga beras turun 0,5% pada Juni 2024 menjadi Rp 15.335 per kg.

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation