Dana Asing Mulai Masuk Pasar, Saatnya IHSG-Rupiah Pesta?
- Dana asing kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia, baik di SBN dan IHSG
- Akan ada rilis data PMI manufaktur dan inflasi Indonesia untuk periode Juni pada hari ini
- Investor akan mencermati komentar Powell dan risalah FOMC pada tengah pekan ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Gerak pasar keuangan pekan ini berpotensi penuh volatilitas karena rilis sejumlah data maupun sentimen dalam negeri maupun luar negeri.
Misalnya saja rilis data inflasi Indonesia, pidato kepala bank sentral AS Federal Reserve/The Fed Jerome Powell, hingga risalah pertemuan The Fed. Informasi lengkap mengenai sentimen dan pengaruhnya ke pasar keuangan Indonesia diulas di halaman ketiga. Serta beragam agenda emiten dan lembaga di halaman empat.
Pekan lalu dana asing mengalir ke pasar saham Indonesia membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ke level psikologis 7.000. Mengikuti jejak IHSG, rupiah juga mampu menguat sepanjang pekan kemarin terhadap dolar Amerika Serikat. Ini bisa menjadi modal optimisme investor menatap pasar keuangan Indonesia minggu ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada pekan lalu asing melakukan beli bersih senilai Rp499,99 miliar. Jumlah tersebut bertambah Rp166,49 miliar atau naik 50% dari perolehan pekan sebelumnya.
IHSG ditutup di posisi 7.063,58 pada Jumat (28/6/2024) dan berhasil menyentuh kembali level psikologis 7.000. Adapun terakhir IHSG berada di level ini pada perdagangan 4 Juni lalu.
Sebelumnya IHSG sempat ambles hingga posisi 6.726,92 pada 19 Juni 2024, terendah sejak November 2023 atau 7 bulan yang lalu.
Sementara itu, nilai tukar rupiah akhirnya mampu menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini setelah terus menerus ambruk. Merujuk Refinitiv, nilai tukar rupiah ditutup di Rp16.370/US$ pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (28/6/2024).
Dalam sepekan kemarin nilai tukar rupiah menguat 0,46%. Penguatan ini menghapus catatan buruk mata uang Garuda yang ambruk dalam dua pekan beruntun sebelumnya.
Nilai tukar rupiah sempat ambruk mendekati level Rp 16.500 pada pekan sebelumnya atau terlemah sejak pandemi Covid-19.
Sejumlah faktor menjadi penyebab ambruknya pasar keuangan mulai dari capital outflow, kebijakan suku bunga di AS, hingga kekhawatiran investor mengenai kebijakan fiskal pemerintah berikutnya di bawah Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Salah satu kekhawatiran terbesar adalah defisit anggaran yang dikhawatirkan bisa melewati batas ketentuan yakni 3% dari Produk Domestik Burto (PDB) hingga rasio utang yang ditakutkan membengkak ke atas 60% dari PDB.
Menanggapi kekhawatiran investor, pemerintah dan kubu Prabowo menggelar konferensi pers.
re
Pemerintah dalam hal ini diwakili Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Kubu Prabowo diwakili Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Pemerintahan Prabowo-Gibran Rakabuming Raka,Thomas Djiwandono.
Baik pemerintah dan kubu Prabowo Prabowo tidak akan membuat rasio utang APBN pada 2025 melonjak hingga 50%.
"APBN 2024 dijaga defisit di bawah 3% PDB. Ini komitmen yang sama dan sudah kami sampaikan pada Presiden terpilih Prabowo beliau berikan jaminan arahan bahwa dia komitmen terhadap defisit di bawah 3%," papar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Senin (24/6/2024).
Thomas juga menegaskan defisit RAPBN 2025 masih akan jauh di bawah batas aman rasio utang terhadap PDB sesuai Undang-Undang Keuangan Negara.
"Rasio utang terhadap PDB yang pernah mungkin beberapa minggu lalu disebut di atas 50% itu tak mungkin," kata Thomas.
Menanggapi kekhawatiran investor, pemerintah dan kubu Prabowo menggelar konferensi pers. Penjelasan pemerintah berdampak positif bagi pasar saham dan rupiah menguat pelan-pelan.
(ras/ras)