
Mulai Berbalik Arah, Harga Batu Bara Pekan Ini ke Zona Positif!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara pekan ini tampak menguat meskipun terdapat penurunan permintaan seiring memasuki musim hujan dan pelemahan harga gas.
Pada penutupan perdagangan Jumat (28/6/2024), harga batu bara Ice Newcastle kontrak Juli ditutup di US$ 133,2 per ton, menguat 0,45% dalam sehari dan mengakhiri gerak negatif selama dua hari beruntun.
Penguatan di hari Jumat tersebut juga berhasil mengerek gerak positif harga batu bara selama sepekan menjadi 0,53%, membalikan gerak batu bara di zona merah pada pekan sebelumnya sebesar 1,96%.
Sayangnya, meskipun ada kenaikan mingguan, harga batu bara masih berada di level terendah selama dua bulan terakhir.
Alex Claude, CEO of dry bulk data and analysis firm DBX mengungkapkan harga batu bara telah turun drastis karena ada penurunan permintaan dari Asia terutama dari China.
"Harga batu bara telah turun cukup drastis, Tiongkok berada dalam kondisi yang cukup bearish selama sekitar satu bulan ini, karena lebih banyak produksi pembangkit listrik tenaga air," ungkap Claude.
Di Eropa, Claude juga mengatakan berkurangnya stok di pelabuhan merupakan tanda lemahnya permintaan spot.
"Stoknya sedikit tapi jika dilihat dari persentase permintaan, sebenarnya sangat nyaman," ujarnya.
Tren penurunan ini tercermin pada pasar karbon Eropa, dimana kontrak acuan EUA pada tanggal 24 Desember juga mencapai titik terendah sejak 30 April setelah pemisahan dari pasar gas.
Kontrak terakhir diperdagangkan pada EUR 66,57/t, turun EUR 0,36 dalam sehari setelah jatuh ke EUR 66,46/t sebelumnya.
Batu bara melandai juga ditengarai oleh kejadian keluarnya gas metana dan datangnya musim hujan di India. Cuaca di India diperkirakan akan jauh lebih dingin sejalan dengan datangnya musim hujan dalam 2-3 hari mendatang.
Laporan cuaca di New Delhi dan wilayah lain sudah mengingatkan akan kemungkinan hujan lebar dalam beberapa hari ke depan.
Datangnya musim hujan akan mengurangi penggunaan listrik untuk pemanas ruangan. Alhasil, permintaan batu bara akan melandai.
Sementara itu, laporan terbaru dari Global Energy Monitor (GEM), sebuah lembaga pemikir dari Amerika Serikat (AS), tambang batu bara yang ditinggalkan di Uni Eropa (UE) mengeluarkan sekitar 298 juta meter kubik (mcm) metana per tahun, jumlah yang sama dengan emisi dari ledakan pipa Nordstream pada tahun 2022.
Kejadian ini memicu kekhawatiran mengenai potensi bahaya dari tambang batu bara sehingga bisa menekan permintaan ke depan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
