Newsletter

Semua Mata Tertuju ke BI, Sanggupkah IHSG & Rupiah Bangkit?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
20 June 2024 06:00
BI
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Pasar saham dan rupiah hari ini akan dibayangi sentimen kebijakan suku bunga Bank Indonesia. Pengumuman ini krusial mengingat posisi pasar keuangan Indonesia yang terus tertekan beberapa waktu ke belakang. Terutama rupiah yang sampai menyentuh Rp 16.400 per dolar AS.

Proyeksi Suku Bunga Bank Indonesia

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI berlangsung pada 19-20 Juni 2024. Konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 11 lembaga/institusi dengan sepakat memperkirakan BI akan tetap di level 6,25% atau tidak mengalami kenaikan maupun penurunan pada pertemuan Juni ini.

Sebelumnya, pada RDG BI periode April 2024, BI menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps). Kemudian dilanjutkan dengan menahan suku bunganya pada Mei 2024 mengingat kondisi rupiah cenderung relatif stabil.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan, kebijakan BI Rate itu ditahan mempertimbangkan kebijakan moneter yang yang antisipatif untuk menahan laju inflasi tetap di kisaran sasaran 2,5% plus minus 1% hingga akhir tahun ini sampai 2025.

"Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability, yaitu sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran," kata Perry saat konferensi pers di kantor pusat BI, Jakarta, Rabu (22/5/2024).

"Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh kuat ditopang oleh perbaikan permintaan domestik, termasuk fiskal akomodatif, dan kenaikan ekspor. Inflasi AS pada April 2024 tetap tinggi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi AS yang kuat tersebut, meski melambat dibandingkan dengan inflasi Maret 2024," tambah Perry.

Selanjutnya, dalam Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Selasa (4/6/2024), Perry menuturkan alasan kondisi inflasi global yang masih tinggi dan lambat penurunannya menyebabkan dolar AS cenderung perkasa.

"Ini juga karena harga komoditas global, ketiga ini juga menunjukkan bahwa The Fed akan turunkan suku bunga akhir tahun ini," kata Perry.

"Ini membuat ketidakpastian kenapa indeks dolar AS masih sangat kuat," tambahnya.

Perry mengungkapkan, perkembangan inflasi ini meningkatkan kemungkinan penurunan Fed Funds Rate (FFR) pada akhir 2024. Pada saat bersamaan, risiko memburuknya ketegangan geopolitik sejak akhir April 2024 juga tidak berlanjut.

Ekspektasi Suku Bunga The Fed

Para pelaku pasar memperkirakan akan ada pemangkasan suku bunga Bank Snetral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau Teh Fed sebanyak dua kali pada tahun ini. Namun, harapan ini tidak didukung oleh para pejabat The Fed yang bernada negatif.

Menurut perangkat FedWatch, peluang The Fed memangkas suku bunga akan terjadi pada September dan Desember. Masing-masing sebanyak 25 basis poin dari saat ini 5,25% - 5,50% menjadi 4,75% - 5,00% pada akhir tahun.

Ekspektasi tersebut disebabkan oleh data penjualan ritel Amerika Serikat yang lesu. 

Penjualan ritel AS naik 0,1% bulan lalu, menurut data Biro Sensus Departemen Perdagangan. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penjualan ritel naik 0,3% di bulan Mei.

"Data penjualan ritel yang lebih lemah dari perkiraan membuat dolar melemah, dan pada saat yang sama, imbal hasil (yield) menurun, sehingga memberikan beberapa kenaikan pada harga emas di sini," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

Namun demikian, komentar para pejabat The Fed tampak masih akan membebani pasar karena cenderung hawkish.

Presiden Fed St. Louis Alberto Musalem, dalam pidato pertamanya mengenai kebijakan moneter sejak mengambil kendali di bank regional Fed, mengisyaratkan potensi pergerakan yang lebih panjang ke depan.

"Saya perlu mengamati periode inflasi yang menguntungkan, permintaan yang moderat, dan peningkatan pasokan sebelum menjadi yakin bahwa penurunan kisaran target suku bunga dana federal adalah hal yang tepat. Kondisi ini bisa memakan waktu berbulan-bulan, dan kemungkinan besar akan terjadi dalam beberapa kuartal, "kata Musalem kepada CFA Society St. Louis.

Selain itu, dalam Ringkasan Proyeksi Ekonomi (SEP) pada rapat Juni ini mencakup grafik yang menjadi obsesi banyak pengamat The Fed yakni "dot plot", mengindikasikan adanya kecenderungan 'hawkish'.

Dari 19 anggota, delapan memperkirakan adanya dua kali pemangkasan, tujuh menginginkan sekali pemangkasan sementara empat tidak ingin ada pemangkasan sama sekali.

Grafik ini menunjukkan kepada konsumen di mana setiap pejabat Fed melihat kenaikan atau penurunan suku bunga di masa depan, saat ini hingga tahun 2026.Setiap titik dalam dot plot tersebut merupakan pandangan setiap anggota The Fed terhadap suku bunga.

dot plot The FedFoto: The
dot plot The Fed

Data Pekerja Amerika Serikat

Malam nanti juga akan rilis data klaim awal pengangguran Amerika Serikat untuk periode yang berakhir pada 15 Juni 2024.

Berdasarkan konsensus Tradingeconomics, klaim awal pengangguran diperkirakan akan turun menjadi 235 ribu dari pekan sebelumnya sebesar 242 ribu.

Jika konsensus terjadi, diperkirakan ekspektasi mengenai penurunan suku bunga sebanyak dua kali akan kembali berubah menjadi satu kali saja di sepanjang 2024. Sebab tenaga kerja yang masih kuat.

(ras/ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular