
Banjir Sentimen Neraca Dagang Hingga RDG BI, IHSG-Rupiah Bisa Bangkit?

Sentimen pasar dari global baru akan terserap pada perdagangan Rabu hingga Jumat pekan ini. Saat pasar keuangan RI libur, ada beberapa sentimen dari rilis data ekonomi di China. Adapun berikut beberapa sentimen pasar yang akan menjadi penggerak pasar keuangan dalam negeri pada pekan ini.
Neraca Perdagangan Indonesia
Neraca perdagangan diproyeksi masih berada di zona surplus periode Mei 2024. Namun suara defisit di polling kali ini sudah mulai muncul di tengah dominasi proyeksi surplus.
Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Mei 2024 pada Rabu (19/6/2024).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Mei 2024 akan mencapai US$2,65 miliar.
Surplus tersebut turun dibandingkan April 2024 yang mencapai US$3,56 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 49 bulan beruntun sejak Mei 2020.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor masih akan tumbuh 1,34% (year on year/yoy) sementara impor turun 9,39% (yoy) pada Mei 2024.
Surplus neraca perdagangan kali ini diperkirakan masih akan terjadi di tengah harga komoditas andalan Indonesia yakni batu bara dan sawit (CPO) yang masih cukup terjaga.
Sepanjang Mei 2024, harga batu bara mengalami penurunan tipis 1,57% dari sekitar US$143/ton menjadi US$140,75/ton. Sedangkan pergerakan harga batu bara di Mei 2024 rata-rata berada di level US$142/ton.
Suku Bunga Bank Indonesia
Pada pekan ini, yakni pada Rabu-Kamis, Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Juni 2024 dan hasilnya akan diumumkan pada Kamis mendatang. Hasil RDG juga akan memuat keputusan terbaru dari suku bunga acuan.
Diperkirakan, suku bunga acuan BI (BI Rate) akan kembali ditahan di level 6,25%, meski rupiah beberapa hari belakangan juga terpantau merana.
Sebelumnya pada pertemuan edisi Mei 2024, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25%. BI juga mempertahankan suku bunga deposit facility sebesar 5,5% dan suku bunga lending facility sebesar 7%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan keputusan mempertahankan BI rate sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stabilitas untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran.
Data Klaim Pengangguran Amerika Serikat
Dari AS, data klaim pengangguran mingguan yang dapat menjadi acuan kekuatan tenaga kerja AS akan dirilis.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan angka klaim pengangguran untuk periode pekan yang berakhir 15 Juni 2024 cenderung menurun menjadi 235.000, dari sebelumnya sebanyak 242.000 klaim pada pekan sebelumnya.
Jika data tersebut sesuai dengan prediksi pasar, maka sejatinya data tenaga kerja di AS kembali memanas, karena jumlah klaim yang berkurang.
Komentar Pejabat The Fed untuk Suku Bunga
Semua pejabat Fed yang berbicara pada hari Selasa menekankan komitmen The Fed untuk mengambil keputusan berdasarkan data ekonomi yang masuk.
"Saya memperkirakan suku bunga akan turun secara bertahap selama beberapa tahun ke depan, mencerminkan fakta bahwa inflasi kembali ke target kami sebesar 2% dan perekonomian bergerak dalam jalur berkelanjutan yang sangat kuat," kata Presiden Fed New York John Williams dalam sebuah pernyataan. wawancara di saluran televisi Fox Business.
Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee menyebut data inflasi terbaru "sangat bagus, setelah beberapa bulan menunjukkan angka yang kurang bagus, jadi mudah-mudahan kita akan melihat lebih banyak data seperti itu."
Tahun lalu lonjakan pasokan pekerja dan barang memungkinkan inflasi turun dengan cepat tanpa meningkatkan pengangguran, sebuah kombinasi "ajaib" yang mungkin masih memiliki ruang untuk dijalankan tahun ini, kata Goolsbee. Pejabat Fed lainnya terdengar sedikit lebih skeptis.
"Kami berada dalam posisi yang baik, kami berada dalam posisi yang fleksibel untuk memantau data dan bersabar," kata Presiden Fed Dallas Lorie Logan ada sebuah acara di Austin, Texas. Meskipun data terbaru yang menunjukkan inflasi mereda adalah "berita baik", namun harus ada "data tersebut dalam beberapa bulan lagi agar kita benar-benar percaya pada perkiraan kita bahwa kita sedang menuju ke angka 2%."
Presiden Fed St. Louis Alberto Musalem, dalam pidato pertamanya mengenai kebijakan moneter sejak mengambil kendali di bank regional Fed, mengisyaratkan potensi pergerakan yang lebih panjang ke depan.
"Saya perlu mengamati periode inflasi yang menguntungkan, permintaan yang moderat, dan peningkatan pasokan sebelum menjadi yakin bahwa penurunan kisaran target suku bunga dana federal adalah hal yang tepat. Kondisi ini bisa memakan waktu berbulan-bulan, dan kemungkinan besar akan terjadi dalam beberapa kuartal, "kata Musalem kepada CFA Society St. Louis.
Presiden Fed Boston Susan Collins memperingatkan agar tidak bereaksi berlebihan terhadap berita ekonomi yang "menjanjikan".
"Masih terlalu dini untuk menentukan apakah inflasi akan kembali ke target 2%," kata Collins kepada sebuah kelompok di Lawrence, Massachusetts. "Pendekatan yang tepat terhadap kebijakan moneter terus memerlukan kesabaran, memberikan waktu untuk penilaian yang metodis dan holistik terhadap konstelasi data yang tersedia."
Bagi Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin, kuncinya adalah agar tekanan harga tetap mereda baik pada sektor jasa maupun barang.
"Kami jelas berada di sisi yang tidak menguntungkan dari inflasi," kata Barkin, dan menambahkan bahwa Ia menemukan data terbaru yang menunjukkan harga konsumen tidak naik sama sekali dari bulan April hingga Mei "menggembirakan." Namun, katanya, data yang tidak lengkap sejak tahun lalu berarti jalur kebijakan ke depan masih belum jelas.
"Kami akan belajar lebih banyak dalam beberapa bulan ke depan dan saya pikir kami berada pada posisi yang baik dari sudut pandang kebijakan untuk bereaksi," katanya.
Data Ekonomi China
Saat pasar keuangan RI libur, ada beberapa data ekonomi yang telah dirilis di China, yakni data penjualan ritel, data produksi industri, dan data tingkat pengangguran. Selain itu, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) juga telah merilis kebijakan terbaru dari suku bunga pinjaman kebijakan satu tahun.
Pada Senin kemarin, data penjualan ritel China periode Mei 2024 naik menjadi 3,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada April lalu mencapai 2,3%.
Sedangkan data produksi industri China pada Mei 2024 juga telah dirilis, di mana datanya terpantau menurun menjadi 5,6%, dari sebelumnya sebesar 6,7% pada April lalu.
Sementara itu pada Kamis pekan ini, PBoC juga akan memutuskan kebijakan suku bunga terbarunya.
Diperkirakan, PBoC akan kembali menahan suku bunga acuannya kali ini. Untuk suku bunga acuan tenor satu tahun diperkirakan masih akan bertahan di level 3,45%. Sedangkan suku bunga acuan tenor lima tahun cenderung stabil di 3,95%.
(ras/ras)