Babak Belur di Mei, Mampukah Dividen BREN Bangkitkan IHSG?
- BREN akan bagikan dividen dengan jadwal ex date pada 7 Juni 2024
- Hari ini akan rilis inflasi Indonesia yang diperkirakan melambat seiring berakhirnya momen puasa dan lebaran
- Investor akan penurunan suku bunga The Fed akan terjadi dua kali tahun ini pudar seiring dengan tingkat inflasi PCE AS yang masih cukup panas
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Indonesia babak belur pada pekan kemarin dipengaruhi oleh gerak saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan pelemahan saham bank berkapitalisasi besar.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah masih kalah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terutama dipengaruhi oleh tekanan eksternal dari AS yang meningkat.
Lantas bagaimana pergerakan pasar keuangan pada pekan ini dan sentimen apa saja yang akan menjadi penggerak?
Anda bisa membaca sentimen penggerak dan berbagai agenda penting pada halaman ketiga dan keempat.
Kebangkitan pasar keuangan Indonesia diharapkan oleh para investor. mengingat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah sudah jatuh dalam.
IHSG koreksi 0,90% ke posisi 6970,73 pada perdagangan Jumat (31/5/2024). Ini menjadi pelemahan selama tiga hari beruntun dan untuk pertama kalinya indeks keseluruhan di bursa ini ditutup menjauhi level 7000 sejak akhir November 2023.
Pelemahan IHSG ditengarai saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang terjerembab Auto Reject Bawah (ARB) selama tiga hari beruntun setelah masuk sistem perdagangan Full Call Auction (FCA). BREN terpantau sudah kehilangan market cap lebih dari Rp400 triliun.
Pada , BREN lagi-lagi menjadi pemberat IHSG paling dalam mencapai 34,97 poin. Ini terjadi tepat setelah pembukaan pasar FCA pukul 10.00 WIB. Padahal, sebelumnya pada pembukaan pasar, IHSG sempat ke zona positif terbantu menguatnya saham-saham big bank.
Selain BREN yang jadi beban IHSG, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mengikuti dengan membebani 8,03 poin. Lalu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menyeret turun 5,86 poin, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) r 2,53 poin, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) 2,18 poin.
Kemudian, di akhir sesi koreksi IHSG semakin dalam ditengarai rebalancing indeks MSCI.
Sejumlah saham yang keluar dari indeks terpantau mengalami koreksi signifikan. Dari MSCI Global Standar Index, ada PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) anjlok 4,17% dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) ambruk 5,42%. Konstituten MSCI small cap index yang keluar juga mengalami koreksi dalam.
Sementara itu, gerak pelemahan rupiah yang signifikan pada pekan lalu terutama dipengaruhi oleh tekanan eksternal dari AS yang meningkat. Ini seiring dengan berbagai data ekonomi yang masih kuat membuat prospek kebijakan bank sentral AS atau the Fed akan lanjut hawkish.
Melansir data Refinitiv, pada akhir pekan ini, Jumat (31/5/2024) rupiah berakhir di posisi Rp16.245/US$, menguat tipis 0,06% dalam sehari yang kemudian mengakhiri tren pelemahan selama delapan hari beruntun.
Data inflasi PCE untuk periode April 2024 berada di 2,7% secara tahunan (yoy), sama seperti bulan sebelumnya dan sesuai dengan ekspektasi pasar. Begitu juga dengan inflasi inti PCE yang bertahan di 2,8% yoy seperti bulan sebelumnya dan sesuai dengan harapan pasar.
Dengan data inflasi yang sesuai ekspektasi, ditambah dengan data ekonomi AS yang mendukung masih kuat, seperti keyakinan konsumen yang naik setelah tiga bulan beruntun melemah, diikuti dengan kondisi manufaktur meningkat ke level ekspansif.
Menguatnya kondisi manufaktur tercermin dari PMI Manufaktur AS Global S&P naik menjadi 50,9 pada Mei 2024, meningkat dari 50 pada bulan April.
Angka tersebut menunjukkan sedikit perbaikan secara keseluruhan pada kondisi bisnis di sektor manufaktur, karena output dan lapangan kerja memberikan kontribusi yang semakin positif.
Tidak sampai di situ, konsumsi masyarakat AS juga masih cukup kuat.
Mengutip hasil Conference Board, indeks kepercayaan konsumen AS naik pada Mei menjadi 102 dari 97,5 pada bulan sebelumnya dan di atas ekspektasi pasar yakni 95,9.
Gabungan dari hal-hal tersebut, pada akhirnya menjadi angin segar bagi indeks dolar AS (DXY) kembali melambung. Pada pekan ini, DXY sempat naik menembus level 105 lagi.
(ras/ras)