CNBC Indonesia Ratings

Ini 5 Perusahaan Green Business Terbaik 2024

Tim Riset, CNBC Indonesia
29 May 2024 08:45
Pertamina Uji Coba Green Diesel di Kilang Cilacap (Dok. Pertamina)
Foto: Pertamina Uji Coba Green Diesel di Kilang Cilacap (Dok. Pertamina)

PT Pertamina (Persero) mendapatkan Green Ratings  dari CNBC Indonesia dalam Green Economic Forum 2024. Penghargaan ini merupakan pengakuan atas upaya Pertamina dalam mengembangkan sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan, khususnya dalam pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) ataubiofuelsepertibioetanol,bioavtur, panas bumi (geotermal), dan termasuk gas sebagai sumber energi transisi.

Sebagailokomotif pengembangan energi hijau, pencapaian Pertamina yang layak mendapat apresiasi ini telah menempuh perjalanan yang penuh dengan rintangan. Berbagai faktor dan tantangan dihadapi Pertamina dalam mengembangkanBBNdisertai berbagai inisiatif dan inovasi yang dikembangkan sebagai solusi.

1. Pengembangan Bahan Bakar Nabati:Bioetanol

Pengembangan BBN sebagai alternatif energi ramah lingkungan di Indonesia masih menemui berbagai tantangan. Salah satu hambatan utama adalah adanya pungutan bea cukai untuk produk etanol, yang mengakibatkan biaya produksi menjadi tidak efisien. Padahal, negara-negara seperti Amerika Serikat, Brasil, dan India telah berhasil mengembangkan bioetanol dengan berbagai insentif dari pemerintah.

Sejumlah negara sudah sukses mengembangkan bioetanol sebagai bahan bakar. India, misalnya, dengan Kebijakan Nasional Biofuel 2018, menetapkan target pencampuran etanol sebesar 20% dan biodiesel sebesar 5% pada 2030 serta mendorong produksi melalui harga jaminan dan kontrak jangka panjang.

Investasi dalam teknologi bioetanol yang lebih efisien dan ramah lingkungan juga perlu dilakukan, serta membangun kerja sama dengan produsen otomotif untuk mempromosikan kendaraan yang dapat menggunakan bioetanol.

Pengembangan ini telah dilakukan Pertamina Patra Niaga dengan mencampurkan bioetanol 5% (E5), terutama yang berasal dari tetes tebu (molase), ke dalam BBM Pertamax (RON 92). Hasilnya adalah produk setara RON 95 yang dijual dengan merek Pertamax Green 95.

Infografis, Kenalan Sama Bioetanol, Jagoan BBM Ramah Lingkungan PertaminaFoto: Infografis/ Bioetanol Pertamina/ Edward Ricardo
Infografis, Kenalan Sama Bioetanol, Jagoan BBM Ramah Lingkungan Pertamina

 

Produksi bioetanol di Indonesia baru mencapai sekitar 40 ribu kiloliter (KL) per tahun. Target pemerintah untuk2030 adalah mencapai produksi sebanyak 1,2 juta KL, yang diharapkan dapat mengurangi imporBBMsebesar 60%, khususnya pada jenis bensin yang mencapai 35,8 juta KL pada 2022.

Produksi bioetanol baru menyumbang 2% dalam bauran energi baru dan terbarukan (EBT). Meski demikian, pemerintah terus berupaya meningkatkan kontribusinya. Program pencampuran bioetanol dalam BBM jenis bensin dijadwalkan mencapai 10% (E10) pada 2029 atau 2030. Namun, tantangan utama yang masih dihadapi adalah pasokan bahan baku bioetanol yang berasal dari tebu.

Data Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menunjukkan penurunan produktivitas pada 2023 menjadi 70,7 ton per hektare tebu. Bahkan, level saat ini jauh lebih rendah dibanding level tertingginya pada 2010 yang mencapai 81,8 per ha.

2. Pengembangan Geothermal

Panas bumi atau geothermal merupakan salah satu potensi besar sumber energi yang dimiliki Indonesia. Potensi panas bumi di perut bumi Indonesia diperkirakan mengandungi 23.965,5 MW atau menjadi yang terbesar kedua di dunia.

Namun, pemanfaatan potensi ini masih sangat kecil karena masih di kisaran 10%.

Saat ini potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 9,8% dengan kapasitas pembangkit listrik terpasang sebesar 2.342,63 MW dari 16 Wilayah Kerja. Di era transisi energi, potensi panas bumi merupakan salah satu sumber energi yang dilirik investor global.

PT Pertamina melalui anak usaha PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menjadi pionir dalam pemanfaatan energi panas bumi sejak 2006 silam sebagai tindak lanjut atas mandat pemerintah melalui Keputusan Presiden (Keppres) 16 tahun 1974.

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 di Muara Enim, Sumatera Selatan, milik PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mulai dibangun. Pembangkit Foto: Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 di Muara Enim, Sumatera Selatan, milik PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mulai dibangun. Pembangkit "hijau" ini ditargetkan rampung pada Desember 2024 mendatang. (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 di Muara Enim, Sumatera Selatan, milik PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mulai dibangun. Pembangkit "hijau" ini ditargetkan rampung pada Desember 2024 mendatang. (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)

 

Melalui eksplorasi energi panas bumi, anak usaha Pertamina ini bisa mengolah-nya menjadi energi listrik yang lebih ramah lingkungan.
Kini, PGEO menjadi pemain terbesar di Industri geothermal Tanah Air dengan 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) dan total kapasitas terpasang sebesar 672 MW yang dioperasikan sendiri.

hingga saat iniPGEmengelola13Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang tersebar di 6 area dengan kapasitas terpasang 672 MW yang dioperasikan sendiri (Own Operation).

3. Pengembangan Bioavtur

Selain bioetanol, Pertamina juga berupaya mengembangkan Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur. PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menargetkan dapat memproduksi bioavtur 100% pada 2026. Saat ini, perusahaan telah berhasil memproduksi bioavtur dengan campuran 2,4% produk sawit dengan kapasitas 9.000 barel per hari di Green Refinery Kilang Cilacap. Pengembangan bioavtur ini sejalan dengan upaya global untuk mengurangi dampak lingkungan dari industri penerbangan.

Menurut Data Statistik Perkebunan Unggulan Nasional, produksi sawit Indonesia mencapai 48,2 juta ton pada tahun 2022. Produksi ini menunjukkan tren peningkatan, meskipun sempat mengalami penurunan pada 2020-2021 akibat dampak Covid-19. Besarnya produksi sawit ini menghadirkan peluang untuk menggantikan kebutuhan bahan bakar fosil dengan bahan bakar nabati.

Data Statistik Minyak dan Gas yang dirilis oleh Kementerian ESDM menunjukkan hasil pengolahan minyak untuk menjadi bahan bakar avtur cukup besar, meski menunjukkan tren penurunan akibat pandemi Covid-19 yang menurunkan tingkat penerbangan. Data menunjukkan sepanjang Semester-I 2022 hasil olahan avtur mencapai 6,6 juta barel.

PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Subholding Refining & Petrochemical Pertamina, menargetkan bisa memproduksi bioavtur 100% pada 2026. Penggunaan produk sawit sebagai bioavtur 100% dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang masih harus diimpor.

4. Transisi Energi Hijau: Gas

Salah satu anak perusahaan Pertamina, PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk (PGAS) sedang mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk memperkuat bisnis gas bumi di Indonesia. Langkah ini merupakan bagian dari upaya mendukung transisi energi yang lebih bersih menuju emisi nol dengan memanfaatkan gas bumi yang memiliki emisi lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil lainnya.

PGN akan memprioritaskan pertumbuhan melalui integrasi infrastruktur yang dimiliki perusahaan. Integrasi ini diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan infrastruktur yang ada dan menggerakkan permintaan gas di masyarakat.

Mengutip data materi public expose PGN, jaringan pipa PGN meningkat 1.004 kilometer pada 2023 menjadi 12.529 kilometer, atau meningkat 8,7%. Inisiatif ini berhasil meningkatkan aliran gas bumi terutama dari lapangan JTB melalui pipa transmisi Gresik-Semarang. Selain itu, transmisi gas meningkat 8% menjadi 1.444 MMSCFD sepanjang Januari-September 2023.

Strategi prioritas PGN adalah menjamin suplai gas untuk masyarakat dengan harga yang terjangkau.

Data materi PubEx PGN menunjukkan bahwa harga gas merupakan komoditas energi termurah setelah batu bara per 30 September 2023. Harga rata-rata gas PGN sebesar US$7,39 MMBTU, sedikit lebih tinggi dibandingkan batu bara yang memiliki harga US$5,29 MMBTU, namun gas memiliki tingkat emisi yang lebih rendah sehingga menjadi opsi diversifikasi yang menarik.

Komitmen pengembangan jargas terlihat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, jargas mencapai 40.877 SR dengan 12 kota/kabupaten. Pada 2023, total jargas meningkat menjadi 290.400 SR dengan 67 kota/kabupaten, dan ditargetkan tumbuh menjadi 633.930 SR pada 2024.

Sejak akhir 2023, PGN telah melakukan pembicaraan intensif dengan pemerintah untuk membangun hingga 2,5 juta sambungan Jargas ke rumah tangga.

(mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular