Fed Rate Diramal Turun 2 Kali Tahun Ini, IHSG & Rupiah Lanjut Pesta?
- The Fed masih menjadi katalis utama dalam pergerakan pasar keuangan Indonesia
- Dow Jones catat posisi tertinggi sepanjang sejarah
- Bank Indonesia (BI) akan merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal I-2024
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mampu menorehkan performa ciamik sepanjang pekan lalu. Nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kompak menguat.
Lantas bagaimana dengan proyeksi pasar keuangan hari ini?
Beragam sentimen yang dapat memengaruhi gerak IHSG dan rupiah pada hari ini dan sepanjang pekan lebih lengkap diulas di halaman tiga.
IHSG ditutup melesat 0,97% ke posisi 7.317,7 pada sesi perdagangan terakhir minggu lalu, Jumat (17/5/2024). Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari itu mencapai Rp13 triliun dengan melibatkan 21 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 1,2 juta kali.
Secara mingguan, kinerja IHSG tercatat menguat 3,22%. Kinerja sebaik ini terakhir terjadi pada 67 minggu yang lalu, tepatnya pada pekan yang berakhir pada 20 Januari 2023. Saat itu IHSG mampu mencatatkan kenaikan kinerja mingguan sebesar 3,51%.
IHSG juga akhirnya berhasil kembali menyentuh level psikologis 7.300, di mana terakhir indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut menyentuh level psikologis ini pada akhir Maret lalu.
Berdasarkan statistik Bursa efek Indonesia (BEI), sektor material dasar memiliki kinerja terbaik sepanjang pekan. Sektor material dasar ditopang oleh dua saham milik taipan Prajogo Pangestu yakni Chandra Asri Pacific (TPIA) dan Barito Pacific (BRPT) yang masuk ke jajaran Top Leaders.
Harga saham TPIA menguat 14,11% sepanjang pekan dan berkontribusi sebesar 40,20 poin terhadap laju IHSG. Sedangkan harga saham BRPT melompat 36,73% sepanjang pekan dan menyumbang 25,26% terhadap kenaikan IHSG.
Di sisi lain, pada sesi perdagangan terakhir nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah ditutup terdepresiasi sebesar 0,19% di angka Rp15.950 per dolar AS pada perdagangan penutupan pekan ini, Jumat (17/5). Pelemahan ini terjadi setelah rupiah menguat selama dua hari berturut-turut sejak 15 Mei 2024.
Meskipun melemah pada perdagangan kemarin, secara mingguan mata uang garuda masih mencatat apresiasi sebesar 0,56%.
Kinerja mingguan pasar keuangan yang impresif sepanjang pekan lalu tidak lepas dari harapan para pelaku pasar akan penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat The Federal reserve/The Fed pada 2024.
Harapan patahnya tren suku bunga tinggi pada 2024 melambung kala inflasi AS periode April mendingin.
Biro Statistik Tenaga Kerja melaporkan bahwa inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (consumer price index/CPI) naik 3,4%(year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan periode bulan sebelumnya 3,5%.
Inflasi inti AS juga ikut mendingin pada periode April yakni 3,6% yoy. Dibandingkan dengan Maret yang tumbuh 3,8% yoy.
Inflasi menjadi tolak ukur bagi The Fed dalam kebijakan moneter. The Fed mematok target inflasi 2% untuk lebih yakin dalam menurunkan suku bunga yang tinggi.
Sehingga saat inflasi dalam tren mendingin, rasa optimisme para pelaku pasar semakin meningkat.
Menurut perangkat FedWatch, kemungkinan The Fed memangkas suku bunga akan terjadi pada pertemuan 18 September 2024 senilai 25 basis poin menjadi 5%-5,25%.
Kemudian terjadi satu kali lagi pada pertemuan 18 Desember 2024 sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%-5%.
(ras/ras)