
Tunggu Aba-Aba dari Amerika, Investor Memilih Wait and See?

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan bergerak volatile hari ini karena investor menunggu data-data ekonomi mulai dari survei penjualan eceran hingga inflasi produsen AS.
Berikut sejumlah sentimen pekan ini yang akan menggerakkan pasar saham, rupiah, hingga SBN:
Data Inflasi Produsen AS
AS akan mengumumkan data indeks harga produsen (PPI) pada hari ini, Selasa (14/5/2024) periode April 2024. Sebagai catatan, PPI Maret mencapai 2,1% (yoy) pada Maret 2024 dan 0,2% (month to month/mtm) pada Maret 2024.
Ukuran inflasi PPI mencerminkan laju inflasi pada tingkat grosir - harga yang dibayarkan oleh pelaku usaha untuk barang dan jasa yang kemudian mereka jual kepada konsumen - diperkirakan akan menunjukkan keseluruhan PPI sedikit meningkat pada periode April 2024. Data PPI Amerika Serikat akan dirilis pada malam ini, Selasa (14/5) pukul 19.30 WIB.
Data PPI AS diperkirakan naik sebesar 0,3% setelah kenaikan 0,2% pada Maret 024. PPI inti, tidak termasuk biaya energi dan pangan, diperkirakan meningkat sebesar 0,2%, sama seperti pada Maret.
PPI secara tahunan diperkirakan sebesar 2,2% pada April, meningkat dibanding periode Maret yang menyentuh 2,1%. Sedangkan, PPI inti diperkirakan konsensus sebesar 2,4% secara tahunan setara dengan periode Maret.
Data PPI keluar hanya sehari sebelum rilis inflasi AS. Jika PPI kembali menguat atau bergerak di atas ekspektasi pasar maka hal ini menjadi kabar buruk karena ada kemungkinan inflasi masih kencang.
Para investor telah fokus pada inflasi saat mereka mempertimbangkan seberapa cepat bank sentral AS kemungkinan akan memangkas suku bunga.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan CPI inti akan naik sebesar 0,3% secara bulanan, turun dari 0,4% pada Maret, dan kenaikan tahunan sebesar 3,6%, turun dari 3,8%.
Para investor perlu "mendapatkan tingkat kenyamanan bahwa inflasi tidak akan kembali naik, dan mungkin akan turun, untuk memberikan perlindungan kepada Fed untuk setidaknya satu atau mungkin dua pemotongan sebelum akhir tahun," kata Thomas Hayes, ketua Great Hill Capital LLC yang dikutip dari Reuters.
Musim laporan keuangan kuartal pertama AS sedang memasuki akhir, tetapi para investor akan melihat laporan minggu ini dari beberapa peritel besar AS termasuk Walmart (WMT.N).
Indeks MSCI tentang saham di seluruh dunia naik 1,54 poin, atau 0,20%, menjadi 783,60, dan indeks STOXX 600 (.STOXX) hampir datar.
Perlambatan inflasi di AS dapat memiliki beberapa dampak terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:
Peningkatan arus modal masuk: Perlambatan inflasi di AS dapat membuat suku bunga tetap rendah atau bahkan turun lebih rendah lagi. Ini dapat membuat investasi di pasar saham menjadi lebih menarik bagi investor untuk mengambil aset keuangan risiko tinggi (risk on), termasuk investor asing. Dengan demikian, IHSG dapat mengalami kenaikan karena adanya aliran modal masuk yang lebih tinggi.
Peningkatan kepercayaan investor: Kenaikan harga yang lebih lambat dapat meningkatkan kepercayaan investor global terhadap ekonomi secara keseluruhan, termasuk pasar saham di negara-negara lain seperti Indonesia. Kenaikan kepercayaan ini bisa mendorong pertumbuhan IHSG.
Pengaruh nilai tukar: Perlambatan inflasi di AS dapat memengaruhi nilai tukar dolar AS terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah. Jika nilai dolar AS menguat, ini bisa membuat produk Indonesia menjadi lebih murah bagi pasar global, yang dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional. Namun, dampak ini juga bisa bersifat kompleks karena nilai tukar dipengaruhi oleh banyak faktor.
Sentimen pasar global: Perlambatan inflasi di AS dapat mempengaruhi sentimen pasar global secara keseluruhan. Jika pasar global merespons positif terhadap berita perlambatan inflasi di AS, ini bisa mendorong pergerakan pasar saham di negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Rilis Data Penjualan Retail Indonesia
Bank Indonesia (BI) dijadwalkan akan merilis data penjualan ritel untuk periode Maret 2024 pada Selasa (14/5).
Berdasarkan konsensus yang dikutip dari Trading Economics, pertumbuhan penjualan ritel diprediksi hanya akan mencapai 2,1%. Angka ini menandai penurunan yang signifikan dari pertumbuhan pada bulan Februari yang mencapai 6,4%. Penurunan ini diprediksi karena momentum penjualan cenderung menurun, setelah beberapa bulan sebelumnya didorong oleh periode sentimen positif.
Namun, di tengah proyeksi tersebut, BI juga memperkirakan bahwa penjualan ritel Indonesia pada bulan Maret akan tetap kuat. Ini tercermin dari pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR) Maret 2024 sebesar 3,5% (yoy) atau mencapai 222,8.
Data penjualan ritel yang melebihi harapan pasar diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang terkait seperti sektor ritel. Meski demikian, pelaku pasar akan tetap membandingkan kinerja penjualan ritel pada periode Maret.
Pada Februari 2024, kinerja penjualan ritel didorong oleh pertumbuhan pada sektor Makanan, Minuman, dan Tembakau, serta adanya peningkatan pada sektor Peralatan Informasi dan Komunikasi dan Barang Budaya dan Rekreasi, meskipun masih berada dalam zona kontraksi.
Dengan demikian, para pelaku pasar akan dengan cermat menantikan rilis data penjualan ritel Maret 2024 malam ini, untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang kesehatan sektor ritel dan dampaknya terhadap pasar saham Indonesia.
Penjualan Mobil RI Jeblok
Penjualan mobil di Indonesia ambles pada medio Januari-April 2024. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), wholesales atau penjualan mobil dari pabrikan ke diler di empat bulan awal ini anjlok mencapai 22,8% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Sepanjang Januari - April 2024, total wholesales yang dibukukan seluruh pabrikan mobil 263.706 unit. Turun jauh dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 341.582 unit.
Sebelumnya, Gaikindo mencatat, penjualan mobil nasional bulan Maret 2024 masih anjlok 26,21% atau 26.548 unit secara tahunan. Pada Maret 2023, penjualan tercatat mencapai 101.272 unit.
Anjloknya penjualan mobil ini perlu diwaspadai mengingat mobil menjadi indikasi bagi tingkat konsumsi masyarakat Indonesia kelas menengah dan atas.
Jika penjualan mobil terus turun maka ada indikasi konsumsi dann pertumbuhan ekonomi yang melandai.
Melemahnya penjualan mobil juga akan berdampak besar terhadap sejumlah emiten mulai dari produsen mobil, ban, hingga pelaku pembiayaan. Di antaranya adalah PT Astra International (ASII), PT Gajah Tunggal (GJTL), hingga PT Adira Dinamika Multi Finance (ADMF).
Pidato Jerome Powell
Jerome Powell selaku Ketua Bank Sentral AS, The Fed, akan berpidato pada malam ini pukul 21.00 WIB pada acara Annual General Meeting, Foreign Bankers' Association, Amsterdam. Publik menunggu apakah Powell akan memberi sinyal kebijakan ke depan.
Powell akan berpidato terkait kondisi makro ekonomi dan kebijakan yang akan ditetapkan ke depan. Federal Reserve Amerika Serikat mempertahankan kisaran target suku bunga pada kisaran 5,25%-5,50% pada pertemuan bulan Mei menjadikannya mempertahankan kebijakan selama keenam kalinya berturut-turut.
Keputusan tersebut terjadi seiring tekanan inflasi yang berkelanjutan dan pasar tenaga kerja yang ketat menunjukkan terhentinya kemajuan dalam menurunkan inflasi kembali ke target 2% tahun ini.
Pembuat kebijakan mengakui bahwa meskipun inflasi telah melandai selama setahun terakhir, namun tetap tinggi, dan telah terjadi kurangnya kemajuan yang signifikan dalam mencapai target bank sentral dalam beberapa bulan terakhir.
Namun, Powell menyatakan bahwa dia tidak melihat kemungkinan kenaikan dan percaya bahwa kebijakan saat ini sudah cukup restriktif untuk mencapai target inflasi 2%. Federal Reserve juga menyatakan niatnya untuk mengurangi kecepatan menerapkan kebijakan pelonggaran keuangan mulai dari 1 Juni.
(mza/mza)