Pasar keuangan Indonesia diperlkirakanĀ masih akan menghadapi guncangan pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Rabu kemarin.
Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin kembali ditutup terkoreksi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Adapun di Asia, secara mayoritas melemah. Hanya won Korea Selatan yang berhasil menguat kemarin yakni mencapai 0,11%.
Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Rabu kemarin.
Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya kembali menguat, terlihat dari imbal hasil (yield) yang kembali menurun.
Rupiah yang masih lesu turut membebani IHSG kemarin. Padahal pada perdagangan Selasa lalu, IHSG sudah berhasil menguat, meski masih berada di level psikologis 7.200.
Jika pada perdagangan Kamis hari ini IHSG terkoreksi lagi, maka ada kemungkinan indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut terkoreksi ke level psikologis 7.000.
Rupiah yang melemah terjadi meski indeks dolar AS cenderung melandai. Indeks dolar AS turun ke posisi sekitar 104, di mana sebelumnya melandai, indeks dolar sempat menyentuh level 105.
Tekanan terhadap rupiah terjadi baik dari eksternal maupun internal.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto menjelaskan salah satu faktor yang membuat rupiah melemah yakni menurunnya optimisme pelaku pasar perihal pemangkasan suku bunga AS tahun ini.
Hal ini terjadi akibat kuatnya data ekonomi AS belakangan ini, khususnya dari inflasi AS yang mengalami kenaikan menjadi 3,2% (year-on-year/yoy) hingga data ketenagakerjaan yang masih cukup kuat ditandai dengan unemployment rate yang masih berada di angka 3,9%.
Selain faktor eksternal, pelemahan rupiah juga disebabkan oleh kondisi dalam negeri. Di antaranya adalah tingginya permintaan dolar AS menjelang lebaran, outflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN) hingga inflasi yang kembali naik.
Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street ditutup beragam dengan mayoritas menguat pada perdagangan Rabu kemarin atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Wall Street bergerak beragam setelah data menunjukkan pertumbuhan industri jasa AS semakin melambat pada Maret lalu, namun kenaikan tersebut terbatas setelah Ketua The Fed, Jerome Powell mengindikasikan penurunan suku bunga masih belum terlihat.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup turun 0,11% ke posisi 39.127,14. Namun untuk S&P 500 dan Nasdaq Composite berhasil ditutup menghijau. S&P 500 naik 0,11% ke 5.2011,49, sedangkan Nasdaq berakhir menguat 0,23% menjadi 16.277,46.
Semalam, Institute for Supply Management melaporkan PMI non-manufaktur atau jasa turun menjadi 51,4 pada Maret lalu, dari sebelumnya di angka 52,6 pada Februari lalu, dan lebih lemah dari perkiraan pasar dalam survei Reuters.
Meski melandai, tetapi sektor jasa di Negeri Paman Sam masih berada di zona ekspansif. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.
"Ini semua ada hubungannya dengan The Fed dan ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga yang ditolak. Saya pikir itulah yang membebani pasar di sini dan telah terjadi setidaknya selama beberapa hari," kata Tim Ghriskey, ahli strategi portofolio senior. di Ingalls & Snyder di New York, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, Lapangan kerja sektor swasta di AS kembali meningkat pada Maret lalu, membuat pasar semakin skeptis bahwa pemangkasan suku bunga acuan AS bakal dipangkas pada pertemuan Juni mendatang.
Automatic Data Processing (ADP) melaporkan lapangan kerja sektor swasta di AS meningkat sebesar 184,000 pada Maret lalu. Angka ini mengikuti kenaikan 155,000 (direvisi dari 140,000) yang tercatat pada Februari lalu dan berada di atas ekspektasi pasar sebesar 148,000.
"Bagi mereka yang tetap bekerja, kenaikan gaji dari tahun ke tahun tetap sebesar 5,1 persen setelah mengalami perlambatan yang stabil selama berbulan-bulan," tulis publikasi tersebut.
"Pada saat yang sama, keuntungan bagi mereka yang berganti pekerjaan meningkat secara dramatis hingga 10 persen, peningkatan kedua berturut-turut," tambah ADP.
Data inflasi yang masih cukup panas dan sektor manufaktur serta jasa yang masih bergeliat tampaknya membuat investor khawatir bahwa The Fed akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menurunkan suku bunga acuannya.
Hal ini membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali meningkat, yakni naik 2 basis poin (bp) menjadi 4,349%, menjadi yang tertinggi sejak November 2023.
Namun, indeks dolar AS terpantau masih melandai hingga 0,54% ke posisi 104,25 pada perdagangan kemarin.
Di lain sisi, Powell dalam pidatonya di acara Economic Outlookdi Stanford Business, Government, and Society Forum, Stanford, California, mengatakan bahwa butu waktu yang cukup lama bagi para pengambil kebijakan untuk mengevaluasi keadaan inflasi saat ini, sehingga menentukan waktu potensi penurunan suku bunga masih belum pasti.
Pasar keuangan RI terpantau kembali merana kemarin. Beberapa penyebab pasar keuangan RI kembali lesu kemarin yakni menurunnya optimisme pelaku pasar perihal pemangkasan suku bunga AS tahun ini, tingginya permintaan dolar AS menjelang lebaran, outflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN) hingga inflasi yang kembali naik.
Adapun perdagangan pekan ini tinggal dua hari lagi, sebelum libur panjang dalam rangka Lebaran Idul Fitri 1445 H. Pada pekan depan pun, pasar keuangan RI libur selama sepekan penuh.
Sebelum libur panjang Lebaran, investor sepertinya mulai masif melakukan aksi profit taking, terutama di pasar saham RI.
Meski begitu, pada hari ini, beberapa data ekonomi akan dirilis dan agenda serta kabar pasar akan mewarnai pasar keuangan RI. Tentunya, sentimen pasar pada hari ini juga akan membuat pasar keuangan RI kembali bergejolak.
Berikut sentimen pasar pada hari ini.
Asing Makin Getol Keluar Dari Pasar Keuangan RI
Investor asing tercatat terus mencatatkan outflow atau net sell, membuat pasar keuangan RI utamanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah merana dalam beberapa hari terakhir.
Berdasarkan data pasar hingga Rabu (3/4/2024) kemarin, asing di pasar saham tercatat melakukan net sell sebesar Rp 2,13 triliun, dengan rincian sebesar Rp 1,8 triliun di pasar reguler dan sebesar Rp 320,67 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
Sedangkan selama sepekan terakhir hingga kemarin, asing di pasar saham mencatatkan net sell sebesar Rp 4,96 triliun, dengan rincian sebesar Rp 4,97 triliun di pasar reguler dan net buy sebesar Rp 8,77 miliar di pasar negosiasi dan tunai.
Adapun sepanjang tahun ini hingga kemarin, asing di pasar saham masih mencatatkan net buy sebesar Rp 22,99 triliun, dengan rincian sebesar Rp 10,74 triliun di pasar reguler dan sebesar Rp 12,25 triliun di pasar negosiasi dan tunai.
Sementara menurut data dari Bank Indonesia (BI), pada periode perdagangan 25 - 27 Maret 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp 1,36 triliun terdiri dari beli neto Rp 0,97 triliun di pasar SBN, jual neto Rp 1,59 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp 0,74 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 27 Maret 2024, nonresiden jual neto Rp 33,31 triliun di pasar SBN, beli neto Rp 28,90 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 20,05 triliun di SRBI.
Asing yang terus mencatatkan outflow di pasar keuangan RI membuat IHSG dan tentunya rupiah kembali merana kemarin.
Depresiasi rupiah yang masih terjadi juga menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Pelemahan rupiah dipengaruhi tingginya permintaan dolar Amerika Serikat (AS) karena masa repatriasi dividen dari dalam negeri.
The Fed Masih Galak
Chairman The Fed Jerome Powell kembali menegaskan jika mererka akan menunggu lebih banyak data sebelum memangkas suku bunga.
Berbicara secara khusus tentang tekanan harga yang lebih kuat dari perkiraan pada awal tahun ini, pemimpin bank sentral tersebut mengatakan bahwa dia dan rekan-rekan pejabatnya tidak terburu-buru untuk melonggarkan kebijakan moneter.
The Fed sudah menahan suku bunga AS di level 5,25-5,50% sejak September 2023.
"Mengenai inflasi, terlalu dini untuk mengatakan apakah angka inflasi baru-baru ini mewakili lebih dari sekedar kenaikan," kata Powell dalam sambutannya menjelang sesi tanya jawab di Universitas Stanford, dikutip dari CNBC International.
Seperti diketahui, inflasi AS naik ke 3,2% (year on year/yoy) pada Februari 2024 dari 3,1% (yoy) pada Januari.
Inflasi pengeluaran pribadi warga AS (PCE) inti -di luar makanan dan energi- memang melandai tetapi hanya tipis dari 2,9% (yoy) pada Januari 2024 menjadi 2,8% (yoy) pada Februari.
Inflasi, terutama inflasi PCE inti, menjadi pedoman utama The Fed sebelum menentukan suku bunga.
"Kami tidak memperkirakan akan tepat untuk menurunkan suku bunga kebijakan kami sampai kami memiliki keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi akan bergerak turun secara berkelanjutan menuju angka 2%, mengingat kekuatan perekonomian dan kemajuan inflasi sejauh ini, kita punya waktu untuk membiarkan data yang masuk memandu keputusan kita mengenai kebijakan," tambah Powell.
Pernyataan tersebut muncul dua pekan setelah Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan suku bunga kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya.
Selain itu, pernyataan pasca-pertemuan komite pada tanggal 20 Maret mencakup kualifikasi "kepercayaan lebih besar" yang diperlukan sebelum pemotongan.
Dengan masih belum pastinya kapan pemangkasan dilakukan menurut Powell, ekspektasi pasar akan dipangkasnya suku bunga acuan pada pertemuan Juni mendatang semakin menurun.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, investor di AS memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 61,5% pada Juni, turun dari sekitar 63,8% pada pekan lalu.
Ā Yield Treasury AS kembali Naik, Tetapi Indeks Dolar AS Kembali Melandai
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali naik kemarin. Yield Treasury acuan tenor 10 tahun naik 2 basis poin (bp) menjadi 4,349%, menjadi yang tertinggi sejak November 2023.
Sedangkan indeks dolar AS (DXY) kembali melandai 0,44% ke posisi 104,25, dari sebelumnya pada Selasa lalu di 104,82.
Melemahnya indeks dolar bisa menjadi kabar bahagia bagi rupiah. Namun, kenaikan yield Treasury masih akan menjadi penekan rupiah.
Kenaikan imbal hasil ini bisa memicu aliranĀ outflowĀ dari IndonesiaĀ ke AS karena investor tertarik dengan imbal hasil yang lebih tinggi.
Ā
Penggajian ADP
Lapangan kerja sektor swasta di AS kembali meningkat pada Maret lalu, membuat pasar semakin skeptis bahwa pemangkasan suku bunga acuan AS bakal dipangkas pada pertemuan Juni mendatang.
Automatic Data Processing (ADP) melaporkan lapangan kerja sektor swasta di AS meningkat sebesar 184,000 pada Maret lalu. Angka ini mengikuti kenaikan 155,000 (direvisi dari 140,000) yang tercatat pada Februari lalu dan berada di atas ekspektasi pasar sebesar 148,000.
"Bagi mereka yang tetap bekerja, kenaikan gaji dari tahun ke tahun tetap sebesar 5,1 persen setelah mengalami perlambatan yang stabil selama berbulan-bulan," tulis publikasi tersebut.
"Pada saat yang sama, keuntungan bagi mereka yang berganti pekerjaan meningkat secara dramatis hingga 10 persen, peningkatan kedua berturut-turut," tambah ADP.
Saat menilai rincian laporan tersebut, Maret merupakan hal yang mengejutkan bukan hanya karena kenaikan gaji, namun juga sektor-sektor yang mencatat kenaikan tersebut.
Ā
Neraca Perdagangan Amerika Serikat
Pada hari ini, data neraca perdagangan dan data ekspor-impor AS periode Februari 2024 akan dirilis. Konsensus pasar Trading Economics memperkirakan neraca perdagangan AS sedikit membaik dari periode Januari lalu yakni masih kontraksi US$ 67,3 miliar atau sekitar Rp 1.071,08 triliun (kurs US$ 1= Rp 15.915).
Sedangkan ekspor AS pada Februari lalu diperkirakan tumbuh sedikit menjadi US$ 258 miliar dan impor AS diperkirakan juga sedikit membaik menjadi US$ 326 miliar.
Sebelumnya pada Januari lalu, tingkat ekspor meningkat menjadi US$ 257,2 miliar atau meningkat 0,1% dari posisi Desember 2023. Sedangkan impor AS juga meningkat 1,1% menjadi US$ 324,6 miliar pada Januari lalu.
Dengan data tersebut, maka sejatinya sektor ekonomi AS lainnya juga masih cukup kuat. Hal ini dapat membuat pelaku pasar semakin skeptis The Fed akan memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan Juni mendatang.
Ā Klaim Pengangguran Mingguan AS
Tak hanya data neraca perdagangan, AS juga akan merilis data klaim pengangguran mingguan untuk periode pekan yang berakhir 30 Maret 2024. Konsensus pasar Trading Economics memperkirakan klaim pengangguran meningkat menjadi 214.000 klaim.
Sedangkan klaim pengangguran tingkat lanjut diperkirakan meningkat menjadi 1,822 juta klaim.
Sebelumnya pada pekan yang berakhir 23 Maret 2024, klaim pengangguran juga menurun menjadi 210.000, ebih sedikit dibandingkan 212.000 pada pekan sebelumnya.
Jika klaim pengangguran periode pekan lalu benar-benar menurun, maka tandanya data tenaga kerja mulai mendingin. Tetapi, data tenaga kerja lainnya menunjukkan masih panas, sehingga pasar semakin skeptis bahwa berakhirnya era suku bunga tinggi akan terjadi pada tahun ini.
Ā Sidang Sengketa Pemilu 2024 Masih Berlanjut
Mahkamah Konstitusi hari ini kembali akan menggelar sidangĀ sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU). Agenda hari ini adalahĀ Pembuktian Pihak Terkait dari pasangan calon (paslon) AniesĀ Baswedan-MuhaiminĀ Iskandar dan GanajrĀ Pranowo-MahfudĀ MD.
Sidang MK akan sangat memanas besok dengan kedatangan saksi menteri. Ini adalah kali pertama sidang menghadirkanĀ menteri yang akan menjadi saksi dan dimintai keterangan.Ā
Kehadiran menteri ke MK dijadwalkan pada Jumat besok pukul 08.00 WIB. Adapun empat menteri yang dipanggil MK adalah Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; Sri Mulyani Indrawati: Menteri Keuangan dan Tri Rismaharini, Menteri Sosial.
Sri Mulyani selaku menteri keuangan akan memberikan keterangan seputar pengelolaan anggaran negara. Sementara, Risma menyampaikan terkait bantuan sosial.
Sidang PHPUĀ di MK bukan kali pertama terjadi. Indonesia menggelar pemilihan presiden (pilpres) pada 2004,2009, 2014, 2019, dan 2024. Hasil pilpresĀ selalu digugat ke MK.Ā
Pada periode sebelum 2024, MK biasanya menghadirkan saksi dari kubu yang berseteru dan tidak sampai memanggil menteri.
 Foto: Sidang Lanjutan Sengketa Pilpres MK. (CNBC Indonesia/Muhamad Sabki) Sidang Lanjutan Sengketa Pilpres MK. (CNBC Indonesia/Muhamad Sabki) |
Gugatan pada PHPUĀ tahun-tahun sebelumnya lebih kepada dugaan kecurangan saat pemilihan ataupun teknis pemilu. Sebaliknya, pada tahun ini justru lebih mengarah ke proses sebelum pemilu mulai dari bansosĀ yang dinilai menguntungkan pasangan tertentu hingga usia GibranĀ RakabumingĀ Raka sebagai calon presiden.
Salah satu persoalan yang menjadi sorotan dan membuatĀ para menteri diundang untuk hadir dalam sidang sengketa PHPU ini adalah bantuan sosial (bansos). Bantuan melonjak pada periode menjelang Pemilu. Bahkan, tingkat bansos cukup tinggi mencapai Rp 496 triliun.
Persoalan ini telah menjadi paradoks bansos yang meningkat di saat kemiskinan mengalami penurunan dari tahun 2020 hingga 2023. Bahkan, peningkatan bansos terjadi saat kondisi inflasi yang terkendali dengan baik.
Bantuan El NinoĀ juga diberikan di saat dampak El NinoĀ sudah mereda.
Dalam catatanĀ CNBC Indonesia,Ā Jokowi memang kerap memberikan bansos dalam setahun terakhir, terutama dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai.
Sepanjang pemerintahan Presiden Jokowi, setidaknya ia telah meluncurkan berbagai BLT sekurang-kurangnya Rp190 triliun atau 346% lebih besar dibandingkan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang hanya dari Rp40 triliun. Anggaran tersebut masuk dalam anggaran perlindungan sosial yang jumlahnya melebihi Rp 433 triliun pada 2023.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data final PMI jasa Australia periode Maret 2024 (05:00 WIB),
- Sidang sengketa pilpresĀ MK (08.00 WIB)
- Rilis data final PMI jasa Uni Eropa versi HCOB periode Maret 2024 (15:00 WIB),
- Rilis data final PMI jasa Inggris versi S&P Global periode Maret 2024 (15:30 WIB),
- Rilis data inflasi produsen Uni Eropa periode Februari 2024 (16:00 WIB),
- ECB Monetary Policy Meeting Accounts (18:30 WIB),
- Rilis data neraca perdagangan Amerika Serikat periode Februari 2024 (19:30 WIB),
- Rilis data ekspor-impor Amerika Serikat periode Februari 2024 (19:30 WIB),
- Rilis data klaim pengangguran mingguan Amerika Serikat periode pekan yang berakhir 30 Maret 2024 (19:30 WIB).
Ā
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Avia Avian Tbk (09:30 WIB).
Ā
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]