
Pekan Depan Sudah Mulai Mudik, Pasar Keuangan RI Bakal Sepi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah pada pekan ini sentimen pasar cenderung minim, sehingga para pelaku pasar di dalam negeri cenderung memantau perkembangan dari sidang sengketa Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, pada pekan depan, sentimen pasar cenderung kembali ramai.
Adapun beberapa sentimen pasar pekan depan yakni sebagai berikut:
PMI Manufaktur China
Pada Minggu (31/3/2024), China resmi merilis data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) versi resmi (NBS) periode Maret 2024.
PMI manufaktur China periode Maret 2024 versi NBS dilaporkan mengalami kenaikan menjadi 50,8, dari sebelumnya di angka 49,1 pada Februari lalu. Ini menjadi yang pertama kalinya sejak September 2023 di mana PMI manufaktur China terus mencatatkan kontraksi sejak periode tersebut.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi. Hal ini menandakan bahwa sektor manufaktur China sudah kembali bergeliat, setelah lima bulan beruntun berkontraksi.
Indikator-indikator positif baru-baru ini menunjukkan bahwa ekonomi China perlahan-lahan kembali ke kondisi yang lebih baik, sehingga menyebabkan para analis mulai meningkatkan perkiraan pertumbuhan mereka untuk tahun ini.
Para pengambil kebijakan telah bergulat dengan kelesuan ekonomi yang terus-menerus sejak dicabutnya pembatasan ketat Covid di China pada akhir tahun 2022.
"Data bulan Maret menunjukkan perekonomian siap untuk mengakhiri kuartal pertama dengan kuat," jelas China Beige Book, sebuah perusahaan penasihat dalam sebuah catatan minggu lalu.
Namun, kemerosotan yang mendalam di sektor properti raksasa Asia ini masih menjadi hambatan besar terhadap pertumbuhan, dan menguji kesehatan pemerintah daerah yang banyak berutang dan neraca bank-bank milik negara.
Perdana Menteri Li Qiang mengumumkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2024 yang ambisius sekitar 5% pada awal bulan ini pada pertemuan tahunan Kongres Rakyat Nasional.
Kabinet China pada tanggal 1 Maret menyetujui rencana untuk mempromosikan peningkatan peralatan skala besar dan penjualan barang-barang konsumsi.
Kepala perencana negara mengatakan pada konferensi pers awal bulan ini bahwa rencana tersebut dapat menghasilkan permintaan pasar lebih dari 5 triliun yuan (US$ 691,63 miliar) per tahun.
Inflasi Indonesia
Pada Senin besok, Indonesia akan merilis data inflasi untuk periode Maret 2024. Inflasi Indonesia diperkirakan melesat pada Maret 2024 seiring meningkatnya permintaan selama Ramadhan.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Maret 2024 pada Senin (1/4/2024).
Konsensus pasar yang dihimpunCNBC Indonesiadari 11 institusi memperkirakan inflasi Maret 2024 akan mencapai 0,38% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year-on-year/yoy) akan berada di angka 2,88% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 1,71%.
Sebagai catatan, inflasi pada Februari 2024 tercatat 2,75% (yoy) dan 0,37% (mtm) sementara inflasi inti mencapai 1,68% (yoy).
Dalam catatan BPS, inflasi secara bulanan biasanya melandai pada Maret 2024 karena musim panen. Sepanjang periode 2019-2023 atau lima tahun terakhir, inflasi (mtm) Maretmencapai 0,11%.
Kendati demikian, inflasi bulanan pada Maret 2024 masih lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya karena adanya fenomena Ramadan. Seperti diketahui, Ramadan di Indonesia dimulai pada 12 Maret 2024 hingga 9 April 2024.
Ramadan adalah periode puncak konsumsi masyarakat Indonesia karena lonjakan permintaan barang dan jasa. Harga bahan makanan juga biasanya melambung selama Ramadan, seperti telur dan daging.
Ekonom Bank Maybank Indonesia, Juniman, menjelaskan sejumlah komoditas menyumbang inflasi pada Januari yakni gula, minyak goreng, daging sapi, telur, bawang putih, bawang merah, tepung, dan rokok. Namun, sebagian komoditas pangan justru turun seperti cabai.
Sementara menurut kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan inflasi (mtm) akan meningkat karena naiknya aktivitas domestik dan permintaan rumah tangga selama Ramadan.
Berbeda dengan komoditas pangan, harga BBMyang dijual PT Pertamina stagnan pada Maret 2024 sehingga bisa meredam inflasi.
PT Pertamina (Persero memutuskan menahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya jenis BBM non subsidinya di seluruh SPBU se-Indonesia per 1 Maret 2024 ini. Di luar Pertamina,Badan usaha penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia menaikkan jenis harga BBM-nya di SPBU per 1 Maret 2024 ini. Diantaranya SPBU Shell Indonesia dan BP-AKRdan Vivo.
Ambil contoh jenis BBM Shell Super 92, dari harga sebelumnya Rp 13.540 per liter naik menjadi Rp 14.530 per liter per 1 Maret 2024. Kemudian, Shell V-Power dengan kenaikan harga yang sama atau dari Rp 14.380 per liter menjadi Rp 15.360per liter.
Lalu BBM Shell V-Power Nitro+ yang harganya dari Rp 14.630 per liter menjadi Rp 15.650 per liter. Sementara Shell V-Power Diesel dari sebelumnya Rp 15.270 per liter, naik menjadi Rp 16.140 per liter.
Secara historis, inflasi pada Ramadan memang selalu melonjak. Pengecualian terjadi pada Ramadhan 2020 di mana bulan Puasa berlangsung hanya sebulan dari pandemi global Covid-19.
Dalam tujuh tahun terakhir, rata-rata inflasi Ramadan menembus 0,4%.Sebelum pandemi, inflasi Ramadan bahkan menembus 0,52%.
PMI manufaktur Indonesia
Masih dihari yang sama, data PMI manufaktur Indonesia untuk periode Maret 2024 juga akan dirilis. Konsensus Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2024 akan sedikit menurun menjadi 52,6, dari sebelumnya di angka 52,7 pada Februari lalu.
Data manufaktur RI pada Februari lalu menjadi yang pertama melandai dalam tiga bulan terakhir. PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 30 bulan terakhir.
S&P menjelaskan aktivitas manufaktur Indonesia ditopang oleh kenaikan permintaan dari dalam negeri. Sementara itu, permintaan dari luar negeri cenderung stagnan.
"Aktivitas manufaktur terus meningkat. Kondisi ini ditopang permintaan domestik yang solid tetapi permintaan luar negeri cenderung stagnan. Perlu dilihat dalam beberapa bulan ke depan di tengah adanya tanda-tanda pengetatan ekonomi global," ujar Jingyi Pan, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, dikutip dari website resmi mereka.
Dia menambahkan inflasi ongkos input naik cukup tajam pada Februari yang dikaitkan dengan kenaikan ongkos bahan mentah. Kenaikan ini belum dimasukkan dalam ongkos output sehingga akan diteruskan melalui biaya pengeluaran di masa mendatang yang berimbas pada kenaikan harga ke depan. Kondisi in bisa mengancam permintaan dan pertumbuhan output.
PMI Manufaktur AS
Tak hanya China dan Indonesia saja, Amerika Serikat (AS) juga akan merilis PMI manufaktur periode Maret 2024 versi ISM dan S&P Global pada pekan. Untuk versi ISM akan dirilis pada Senin besok, sedangkan versi S&P Global akan dirilis pada Rabu pekan depan.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur AS periode Maret 2024 versi ISM cenderung membaik sedikit menjadi 48,4, dari sebelumnya pada Februari lalu di angka 47,8.
Namun, PMI manufaktur ISM AS masih berada di zona kontraksi, yang menandakan bahwa sektor manufaktur Negeri Paman Sam mulai melambat efek dari inflasi yang masih tinggi dan ditahannya suku bunga acuan serta ketidakpastian kondisi global.
Pembukaan Lapangan Kerja AS JOLTS
Pada Selasa pekan depan, AS juga akan merilis data tenaga kerja berupa pembukaan lapangan kerja JOLTS periode Februari 2024.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan pembukaan lapangan kerja JOLTS akan cenderung menurun menjadi 8,79 juta lapangan kerja, turun dari Januari lalu sebanyak 8,86 juta lapangan kerja.
Jika data tersebut benar demikian, maka sektor tenaga kerja di AS cenderung mulai mendingin, meski data tenaga kerja lainnya masih berpotensi panas.
Data awal inflasi Uni Eropa
Pada Rabu pekan depan, Uni Eropa akan merilis data awal dari inflasi periode Maret 2024. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan inflasi Uni Eropa pada Maret 2024 cenderung akan stabil di 2,6%.
Sebelumnya, inflasi final Uni Eropa pada Februari lalu mencapai 2,6%, lebih tinggi dari perkiraan 2,5%, tetapi menjadi yang terendah dalam 3 bulan.
Sementara itu, inflasi inti final Uni Eropa pada Februari lalu mencapai 3,1%, lebih tinggi dari perkiraan sebesar 2,9%, tetapi menjadi yang terendah sejak Maret 2022.
Angka inflasi tahunan tersebut masih di atas target 2% dari bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB). Dalam basis bulanan (month-to-month/mtm), inflasi total Uni Eropa pada Februari 2024 naik 0,6%, tertinggi sejak April 2023.
Inflasi Februari terutama disebabkan oleh meningkatnya harga makanan, minuman beralkohol dan tembakau yang sebesar 3,9%), produk barang industri sebesar 1,6%, dan sektor jasa sebesar 4%. Sementara itu harga energi mengalami penurunan 3.7%.
Cadangan Devisa Indonesia
Pada Jumat pekan depan, Indonesia juga akan merilis data cadangan devisa untuk periode Maret 2024. Konsensus pasar memperkirakan cadangan devisa RI pada Maret 2024 akan kembali berkontraksi menjadi US$ 143 miliar.
Sebelumnya pada Februari lalu, cadangan devisa RI dilaporkan turun menjadi US$ 144 miliar. Realisasi ini turun dibandingkan posisi pada akhir Januari 2024 sebesar US$ 145,1 miliar.
Berdasarkan siaran pers Bank Indonesia (BI), Kamis (7/3/2024) penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Meski begitu, BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan."
NFP AS
Masih di hari Jumat pekan depan, AS akan merilis data tenaga kerja lainnya yakni data penggajian non-pertanian (non-farming payroll/NFP) periode Maret 2024. Konsensus pasar Trading Economics memperkirakan NFP AS cenderung menurun menjadi 200.000, dari sebelumnya pada Februari lalu sebesar 275.000.
Jika benar demikian, maka ini menjadi terendah dari rata-rata tiga bulan terakhir sebesar 265.000.
Tak hanya NFP, AS juga akan merilis tingkat pengangguran periode Maret 2024 di hari yang sama. Konsensus pasar memperkirakan tingkat pengangguran AS tidak banyak berubah alias stabil di 3,9%.
Sementara tingkat penghasilan rata-rata per jam akan meningkat, dengan perkiraan analis sebesar 0,3% secara bulanan.
Data tersebut akan dipantau ketat oleh pelaku pasar dan The Fed. Apalagi, para pejabat The Fed sedang mencari data yang masuk untuk mengarahkan reaksi kebijakannya.
Pada konferensi pers pasca-pertemuan periode Maret, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa pasar tenaga kerja tetap kuat, meskipun pengetatan sudah berkurang. Namun masih relatif ketat.
Powell mengatakan bahwa penciptaan lapangan kerja yang kuat juga disertai dengan peningkatan pasokan pekerja terus meningkat, meskipun kesenjangan antara pekerjaan dan pekerja telah mengecil, permintaan akan tenaga kerja masih melebihi pasokan pekerja yang tersedia.
Oleh karena itu, Powell berpendapat bahwa risiko pencapaian sasaran lapangan kerja dan inflasi The Fed menjadi lebih seimbang. Namun, ia mengatakan bahwa setiap pelemahan yang tidak terduga di pasar tenaga kerja dapat memerlukan respons kebijakan dan hal ini dapat menjadi alasan bagi The Fed untuk memulai proses penurunan suku bunga.
Powell juga ditanya apakah berlanjutnya kekuatan di pasar tenaga kerja mungkin menjadi alasan bagi The Fed untuk menunda penurunan suku bunga.
Powell juga mengatakan bahwa mengingat angkatan kerja terus bertumbuh dan berlanjutnya aktivitas sisi penawaran serta pertumbuhan jumlah angkatan kerja, jumlah lapangan kerja yang kuat mungkin tidak bersifat inflasi.
Masa Mudik Diperkirakan Dimulai Jumat Pekan Depan, Pasar Bakal Sepi?
Meski sentimen pasar pekan depan cukup ramai dibandingkan pada pekan ini. Tetapi, masa arus mudik diperkirakan akan dimulai pada Jumat pekan depan, di mana masyarakat diprediksi sudah mulai meninggalkan daerah perantauan pada Jumat malam sehabis buka puasa.
Hal ini karena masyarakat diperkirakan mengambil mudik lebih awal demi menghindari puncak arus mudik yang diprediksi terjadi pada Sabtu dan Minggu pekan depan.
Jasa Marga memprediksi jumlah kendaraan yang keluar wilayah Jabotabek dari H-7 sampai H+2 lebaran atau 3-11 April 2024 yakni sebanyak 1,86 juta kendaraan. Jumlah tersebut naik 5,94% atau hampir 6% dibanding momen yang sama di tahun lalu. Namun jika dibandingkan terhadap waktu normal naik 54,13%.
Jika memang arus mudik dimulai pada Jumat pekan depan, maka diperkirakan pasar keuangan RI mulai sepi pada Jumat mendatang, meski ada beberapa sentimen pasar yang cukup ramai di hari tersebut. Apalagi dua minggu kedepan, pasar keuangan RI akan libur selama sepekan, karena adanya libur panjang Hari Raya Idul Fitri 1445 H.
Untuk itu, pelaku pasar sebaiknya mengantisipasinya pada Senin hingga Kamis dan diperkirakan pada Jumat pekan depan, baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah diprediksi terkoreksi karena aksi profit taking pasar menjelang Hari Raya Lebaran.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)