
Yen Anjlok Terendah dalam 34 Tahun, Ini Untung-Rugi Buat Jepang & RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yen Jepang anjlok di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) dan berada di posisi terendah dalam 34 tahun terakhir. Ambruknya Jepang tidak hanya berimbas kepada ekonomi Jepang tetapi juga dunia, termasuk Indonesia sebagai salah satu mitra dagang Jepang.
Dilansir dari Refinitiv, yen sempat menyentuh titik terlemahnya pada Rabu (27/3/2024) yakni di angka 151,97. Posisi tersebut merupakan level terendah sejak 1990 hingga akhirnya memicu pertanyaan pasar mengenai potensi intervensi pemerintah untuk menopang mata uang Jepang.
Mengutip dari CNBC International, Menteri Keuangan Jepang, Shunichi Suzuki telah mengindikasikan bahwa langkah-langkah untuk "menanggapi pergerakan FX yang tidak teratur" bukanlah hal yang mustahil.
Setelah pertemuan Bank of Japan (BoJ) dengan kementerian keuangan dan Badan Jasa Keuangan, Masato Kanda, wakil menteri keuangan untuk urusan internasional, pada hari Rabu mengatakan bahwa pergerakan yen diawasi dengan ketat dan mendesak.
Pejabat BoJ mengatakan bahwa, jika perkembangan pasar valuta asing memengaruhi perekonomian Jepang, bank sentral akan merespons melalui langkah-langkah kebijakan moneter, kata Kanda.
Pelemahan Yen terhadap Perihal Ekspor-Impor Indonesia
Jepang adalah salah satu mitra dagang terbesar bagi Indonesia dan selalu masuk lima besar. Sebelum dekade 2010-an, Jepang merupakan menjadi tujuan ekspor utama ataupun mitra dagang terbesar bagi Indonesia.
Pada 2023, tercatat Jepang menjadi importir utama Indonesia dengan berada diperingkat kedua di bawah China. Sementara dari sisi ekspor sendiri, Jepang menjadi negara tujuan keempat, di bawah China, Amerika Serikat, dan India.
Merujuk data Kementerian Perdagangan, nilai perdagangan Indonesia-Jepang melonjak dari US$31,66 miliar pada 2019 menjadi US$37,3 miliar pada 2023.
Nilai ekspor Indonesia melonjak dari US$16 miliar pada 2019 menjadi US$20,79 miliar pada 2023. Sementara impor hanya naik tipis dari US$15,66 miliar pada 2019 menjadi US$16,51 miliar pada 2023.
Kendati ekspor-impor Indonesia secara tahunan mengalami kenaikan, namun hal menarik terjadi pada Januari 2023 terhadap 2024 yang menurun.
Ekspor Indonesia ke Jepang pada Januari 2023 hanya sebesar US$2,2 miliar dan pada Januari 2024 sebesar US$1,65 miliar atau turun 25,29%.
Sedangkan impor dari Jepang ke Indonesia juga mengalami penurunan meskipun tidak sedalam ekspor yakni dari US$1,36 miliar pada Januari 2023 menjadi US$1,08 miliar pada Januari 2024 atau menurun sebesar 20,8%.
Dengan begitu, neraca perdagangan Indonesia-Jepang pada Januari 2024 tercatat hanya surplus tipis yakni sebesar US$0,57 miliar atau turun 32,55% dibandingkan Januari 2023.
Pelemahan yen bisa menekan impor dari negara lain, termasuk Indonesia, karena perusahaan atau masyarakat Jepang mesti membayar lebih mahal untuk barang dari laur negeri. Pasalnya, transaksi perdagangan mayoritas dikonversi dalam bentuk dolar AS.
Demikian juga dalam bentuk investasi. Perusahaan Jepang harus membayar ongkos yang lebih mahal jika ingin menanamkan modal di Indonesia karena ada konversi.
Sebaliknya, investor Jepang akan mendapatkan dividen yang lebih besar dari Indonesia karena dividen dibayar dalam denominasi dolar AS untuk kemudian dikonversi ke yen.
Pelemahan Yen Bagi Jepang
Bagi eksportir Jepang, pelemahan yen jelas sebuah berkah karena mereka akan mendapatkan penerimaan lebih besar. Nilai ekspor Jepang pun akan naik karena dampak pelemahan nilai tukar. Dengan pelemahan yen, harga barang Jepang lebih murah bagi negara lain bila dibandingkan jika yen menguat.
Permintaan dari China dan Amerika Serikat (AS) akan produk-produk Jepang mengalir deras.
Dilansir dari South China Morning Post, konsumer China menghabiskan US$ 15 miliar atau sekitar Rp 223,13 triliun untuk membeli produk Jepang melalui aplikasi e-commerce pada 2021. Jumlah tersebut naik 9,7% dibandingkan 2020. Konsumen AS menghabiskan US$ 8,6 miliar atau sekitar Rp 127,93 triliun pada 2020.
Produsen action figure dan kartu koleksi merupakan produk-produk yang kebanjiran peminat setelah yen melemah. Penjualan Mercari naik 3,2 kali pada Februari sementara Rakuten Rakuma naik lima kali lipat.
Yen selama ini menjadi pilihan investor untuk transaksi "carry trades di mana investor meminjam modal dalam denominasi yen untuk kemudian diinvestasikan ke dalam instrumen berdenominasi yield atau imbal hasil lebih tinggi seperti dolar AS dan dolar Kanada.
Strategi meminjam yen dan kemudian menginvestasikan ke dalam US dolar atau mata uang lain sejauh ini memberi banyak keuntungan. Keuntungan pada 2022 saja mencapai 13%.
Ekonomi Jepang Masih Lemah
Secara umum, permintaan di Jepang masih cenderung lemah di tengah data aktivitas manufaktur (Purchasing Managers' Index/PMI) yang cenderung mengalami kontraksi.
Per Maret 2024, PMI Manufaktur Jepang sebesar 48,2. Kontraksi PMI Manufaktur Jepang ini telah terjadi selama 17 bulan beruntun sejak November 2022.
Untuk diketahui, PMI di bawah 50 menandakan industri di negara tersebut sedang dalam fase kontraksi, bukan ekspansi.
Permintaan di dalam negeri tertekan dan pasar internasional terus membebani sektor ini kinerja, karena produksi dan pesanan baru turun pada tingkat terkuat selama satu tahun.
Usamah Bhatti di S&P Global Market Intelligence mengatakan bahwa perusahaan di Jepang cenderung memilih untuk mengurangi aktivitas pembelian dan lapangan kerja.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)