Adu Kuat Manufaktur ASEAN, Jepang, China & AS, Siapa Paling Juara?

Revo M, CNBC Indonesia
04 June 2024 11:10
Digugat PKPU Hingga Terancam Bangkrut, Industri TPT Sunset?
Foto: CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Indonesia, ASEAN, hingga global masih tergolong cukup baik pada Mei 2024. Hal ini terindikasi dengan data Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur yang mayoritas masih dalam teritori ekspansif.

PMI manufaktur menggambarkan aktivitas industri pada sebuah negara. Bila aktivitas manufaktur masih kencang maka itu bisa menjadi pertanda jika permintaan masih tinggi sehingga ekonomi cerah.

Data PMI kerap digunakan untuk memahami ke mana arah ekonomi dan pasar serta mengungkap peluang ke depan. Oleh karena itu, negara dengan PMI Manufaktur lebih dari 50 dianggap memiliki industri/manufaktur yang berjalan dengan baik.

Sementara jika nilai PMI Manufaktur kurang dari 50, maka aktivitas manufaktur sedang tidak baik atau dalam kategori kontraksi.

Berdasarkan S&P Global per Mei 2024, negara-negara di ASEAN cenderung mengalami ekspansi dengan nilai PMI Manufaktur di atas 50, kecuali Myanmar.

Sebelumnya, data PMI n April oleh S&P Global menunjukkan perbaikan pada kondisi pengoperasian di seluruh sektor manufaktur ASEAN, di tengah ekspansi lebih lanjut pada permintaan baru dan output, meski pertumbuhan output sedikit menurun.

Headline PMI Manufaktur ASEAN tercatat di atas titik netral 50,0 selama empat bulan berturut-turut pada bulan April. Di angka 51,0, turun dari 51,5 pada Maret, data terkini menggambarkan perbaikan kecil pada kesehatan sektor manufaktur ASEAN.

Menanggapi data PMI Manufaktur ASEAN, Maryam Baluch, Ekonom S&P Global Market Intelligence mengatakan bahwa sektor manufaktur ASEAN bertahan di wilayah pertumbuhan pada awal triwulan kedua pada tahun ini. Permintaan baru naik pada laju cepat, menunjukkan perbaikan lebih lanjut pada tren permintaan. Pertumbuhan output masih solid secara keseluruhan, meski kenaikan sedikit turun.

S&PFoto: PMI Manufaktur ASEAN April 2024
Sumber: S&P Global

Sedangkan pada Mei 2024, PMI negara-negara di ASEAN mayoritas di atas 50, seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapura, Filipina, dan Indonesia.

Berbeda halnya dengan Myanmar yang hanya berada di angka 42,1.

Kendati PMI Manufaktur Indonesia masih berada di fase ekspansif selama 33 bulan beruntun, namun terjadi sedikit pelandaian dari 52,9 menjadi 52,1.

S&P Global menjelaskan masih ekspansifnya PMI manufaktur Indonesia ditopang peningkatan produksi dan pesanan baru. S&P Global juga mengingatkan akan"awan gelap" dan banyaknya tantangan yang ada di depan.

Data menunjukkan tingkat pertumbuhan melambat dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, dan kepercayaan diri turun ke level terendah dalam empat tahun lebih.

Direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence, Paul Smith mengatakan data PMI Mei menunjukkan kinerja sektor manufaktur yang solid karena masih kencangnya permintaan dari dalam negeri.

"Pelemahan manufaktur global terus termanifestasi melalui kinerja yang meredup untuk pesanan ekspor baru. Ada tanda-tanda awan gelap di depan," tutur Smith dalam website resmi S&P Global.

Dia menambahkan sangat wajar jika perusahaan kemudian mengambil pendekatan hati-hati terhadap jumlah tenaga kerja mereka dan memilihwait and see.

Sementara negara lainnya seperti China, Jepang, hingga Amerika Serikat (AS) terpantau berada di zona ekspansif dengan PMI Manufaktur masing-masing 51,7, 50,4 dan 51,3.

PMI Manufaktur di China tumbuh paling cepat dalam dua tahun terakhir pada bulan Mei karena peningkatan produksi dan pesanan baru, terutama pada perusahaan-perusahaan kecil, menurut sebuah survei sektor swasta pada hari Senin pekan ini, sehingga meningkatkan prospek untuk kuartal kedua.

Belakangan ini, China telah meningkatkan investasi infrastruktur dan menyalurkan dana ke sektor manufaktur berteknologi tinggi untuk mendukung perekonomian secara lebih luas pada tahun ini.

Sedangkan di Jepang, PMI Manufaktur membaik pada tahun ini pertama kali dalam setahun selama bulan Mei, yang mencerminkan putaran penciptaan pekerjaan lainnya, peningkatan baru dalam persediaan pra-produksi, dan volume pesanan dan produksi baru yang stabil secara umum.

Di tempat lain, intensifikasi tekanan biaya mendorong perusahaan untuk menaikkan biaya mereka harga output menjadi lebih besar.

Mengomentari hasil survei terbaru, Pollyanna DeLima di S&P Global Market Intelligence, mengatakan bahwa hasil PMI terbaru untuk Jepang menunjukkan hasil yang menggembirakantren di seluruh industri manufaktur, dengan pesanan barudan output secara umum stabil dan bisnis tetap adaoptimis terhadap tahun depan.

Sementara PMI Manufaktur AS juga masih ekspansif yang didorong oleh produksi yang lebih cepat pertengahan kuartal kedua tahun ini.

Lebih lanjut, kepercayaan bisnis meningkat dan ekspektasi positif mengenai masa depan sektor yang berkontribusi terhadap perekrutan penambahan staf, peningkatan baru dalam aktivitas pembelian dan penumpukan stok barang jadi.

Direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence, Andrew Harker mengatakan bahwa sangat menyenangkan melihat pesanan baru kembali tumbuh pada bulan Mei setelah penurunan pada bulan April.

Perluasan pekerjaan baru menjadi pertanda baik bagi produksi di beberapa bulan mendatang.

"Namun, tekanan biaya terus meningkat seiring dengan inflasi dalam hal ini adalah yang terkuat hanya dalam waktu satu tahun. Meskipun harga output naik lebih lambat di bulan Mei, hal ini tetap terjadi kemungkinan besar tidak akan berkelanjutan jika beban biaya meningkat naik lebih jauh di bulan-bulan mendatang," ujar Andrew.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation