PMI Manufaktur Jeblok ke Terendah 5 Bulan, Awan Gelap Hantui Bisnis RI

mae, CNBC Indonesia
03 June 2024 09:45
Ilustrasi Pabrik Makanan. (Dok. Pexels)
Foto: Ilustrasi Pabrik Makanan. (Dok. Pexels)

Jakarta, CNBC Indonesia- Aktivitas manufaktur Indonesia terjun ke level terendah pada Mei 2024. Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Senin (3/6/2024) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia jatuh ke 52,1 Mei 2024. Indeks lebih rendah dibandingkan April 2024 yakni 52,9.

PMI manufaktur Indonesia sudah melandai dalam dua bulan beruntun. PMI Manufaktur Mei 2024 bahkan menjadi yang terendah sejak November 2023 atau lima bulan terakhir.

Kendati demikian, PMI manufaktur Indonesia masih berada dalam fase ekspansif selama 33 bulan terakhir.PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

S&P Global menjelaskan masih ekspansifnya PMI manufaktur Indonesia ditopang peningkatan produksi dan pesanan baru. S&P Global juga mengingatkan akan"awan gelap" dan banyaknya tantangan yang ada di depan.

Data menunjukkan tingkat pertumbuhan melambat dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, dan kepercayaan diri turun ke level terendah dalam empat tahun lebih.

Volume karyawan hampir tidak berubah, sementara terjadi peningkatan dalam inflasi biaya input. Tekanan pasar menghambat kekuatan harga dan tingkat di mana perusahaan meneruskan biaya kepada konsumen.

Paul Smith, direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence, mengatakan data PMI Mei menunjukkan kinerja sektor manufaktur yang solid karena masih kencangnya permintaan dari dalam negeri.

"Pelemahan manufaktur global terus termanifestasi melalui kinerja yang meredup untuk pesanan ekspor baru. Ada tanda-tanda awan gelap di depan," tutur Smith dalam website resmi S&P Global.

Dia menambahkan sangat wajar jika perusahaan kemudian mengambil pendekatan hati-hati terhadap jumlah tenaga kerja mereka dan memilih wait and see.

Pesanan ekspor baru turun untuk ketiga kalinya berturut-turut semakin menunjukkan perlambatan permintaan manufaktur global yang berlanjut.

Pesanan baru secara keseluruhan meningkat tetapi dalam tingkat terlemah selama enam bulan. Dengan produksi meningkat lebih cepat daripada pesanan baru pada Mei, produsen bisa membangun kembali inventaris gudang mereka.

Data terbaru menunjukkan bahwa stok barang jadi meningkat selama empat bulan berturut-turut dan ada pada laju terkuat selama 16 bulan. Namun, perusahaan melihat peningkatan dalam backlog pekerjaan, meskipun kenaikannya marginal dan menjadi yang terlemah sejak Februari.

Terkait tenaga kerja, secara keseluruhan, tingkat penyerapan tenaga kerja lebih rendah selama dua bulan berturut-turut (meskipun hanya sedikit). Beberapa ketidakpastian dalam prospek bisnis juga mempengaruhi keputusan perekrutan.

S&P mengingatkan tingkat kepercayaan bisnis kini ada di level terendah sejak Maret 2020 atau empat tahun lebih. Penurunan tersebut disebabkan kekhawatiran akan tanda-tanda penurunan permintaan pasar yang sedang muncul akan meningkat selama 12 bulan mendatang.

Pelemahan nilai tukar juga menjadi beban bagi dunia bisnis. Produsen melaporkan inflasi harga input yang kuat, di mana sebagian didorong oleh faktor nilai tukar yang tidak menguntungkan.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation