PMI Manufaktur RI Turun di April, Gelombang PHK Mulai Terjadi

mae, CNBC Indonesia
02 May 2024 09:20
Sandiaga di Pabrik Tekstil
Foto: Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur Indonesia melandai pada April 2024. Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Kamis (2/5/2024) menunjukkan aktivitas manufaktur lebih rendah dibandingkan bulan lalu.

PMI manufaktur Indonesia turun ke angka 52,9 pada April 2024. Indeks lebih rendah dibandingkan Maret 2024 yakni 54,2.

Dengan demikian, PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 32 bulan terakhir. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

PMI Manufaktur melandai sejalan dengan melemahnya produksi dan permintaan baru. Namun, perusahaan tetap meningkatkan aktivitas pembelian dan menumpuk pasokan sebagai antisipasi naiknya permintaan beberapa bulan ke depan.

"Secara keseluruhan, aktivitas manufaktur masih positif pada April sejalan dengan meningkatnya permintaan dan output. Perusahaan terus menaikkan aktivitas pembelian dan membangun pasokan lebih tinggi untuk antisipasi kenaikan permintaan beberapa bulan ke depan," tutur Paul Smith, Economics Director S&P Global Market Intelligence dalam website resi mereka.

Kendati masih ekspansif tetapi PMI Manufaktur April mencatat sejumlah kekhawatiran. Salah satunya adalah penjualan ekspor yang turun selama dua bulan beruntun. Kondisi ini membuat perusahaan mengurangi tenaga kerja. Pengurangan tenaga kerja ini adalah yang pertama sejak Oktober 2023.

"Meskipun layoff terlihat sementara tetapi hal itu tetap merefleksikan adanya penurunan optimisme di antara perusahaan," imbuhnya.

Tingkat rekrutmen tenaga kerja turun untuk pertama kalinya sejak Oktober 2023. Dengan adanya pemotongan jumlah tenaga kera sementara produksi naik maka ada backlog pekerjaan kembali.

Data S&P juga menunjukkan jika masih ada kenaikan input ongkos produksi, termasuk dalam barang mentah. Kenaikan harga salah satunya karena dolar AS.

Kenaikan input ongkos produksi ini diteruskan perusahaan kepada harga barang sehingga ada peningkatan harga output barang yang dibeli konsumen.

Tingkat kepercayaan dunia udah turun ke level terendah hampir empat tahun pada April tahun ini. Namun, secara keseluruhan masih positif dalam memandang adanya kenaikan output perusahaan dalam 12 bulan ke depan. Sebanyak 45% dari panelis mengatakan perusahaan bersiap meningkatkan produksi.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation