
Investor Berdebar Tunggu Sabda Powell, IHSG Bisa Jungkat Jungkit

Pekan ini perhatian investor akan tertuju pada berbagai rilis data ekonomi baik dari dalam maupun luar negeri.
Dari dalam negeri, Indonesia akan mengumumkan cadangan devisa pada Kamis (7/3/2024) untuk Februari.
Cadangan devisa Indonesia menurun menjadi USD 145,1 miliar pada Januari 2024 dari puncaknya dalam dua tahun terakhir sebesar USD 146,4 miliar bulan sebelumnya, yang mencerminkan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Angka terbaru tersebut setara dengan 6,4 bulan impor dan pembayaran utang. Bank Indonesia memandang cadangan devisa dalam beberapa bulan mendatang akan tetap melimpah, didukung oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta respons kebijakan yang beragam dari bank sentral dan pemerintah.
Selain itu bulan Maret adalah bulan bagi para emiten melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Tercatat ada beberapa perusahaan besar yang hendak melakukan RUPST pada bulan ini seperti BBNI, BBTN, BMRI, BBCA, BBRI, NCKL, dan emiten lainnya.
RUPST menjadi fokus investor karena biasanya akan diumumkan jadwal dan jumlah pembagian dividen.
Dari luar negeri perhatian investor akan tertuju kepada rilis data ekonomi Amerika Serikat terutama yang bersinggungan kepada keputusan kebijakan moneter bank sentral Federal Reserve atau The Fed.
Pada Selasa (5/3/2024) akan rilis data PMI Jasa AS yang diperkirakan akan melandai ke posisi 53 pada Februari. Sebelumnya PMI Jasa AS berada di posisi 53,4. Meskipun melandai, PMI Jasa Paman Sam tetap berada di zona ekspansif.
"Perusahaan jasa AS masih optimis terhadap perekonomian karena potensi dampak penurunan suku bunga. Akan tetapi, mereka berhati-hati karena inflasi, tekanan biaya yang terkait, dan konflik geopolitik yang sedang berlangsung", kata Anthony Nieves, Ketua Komite Survei Bisnis Jasa ISM.
Kemudian pada keesokan harinya akan ada testimoni Jerome Powell, ketua The Fed, yang mungkin akan memberikan kisi-kisi mengenai cut rate.
Suku bunga acuan di Amerika Serikat berada pada angka 5,50%. Para pengambil kebijakan di The Fed menilai bahwa tingkat suku bunga kebijakan kemungkinan besar akan berada pada titik puncaknya dalam siklus pengetatan ini.
Meskipun demikian secara umum menyatakan bahwa mereka tidak memperkirakan akan tepat untuk menurunkan suku bunga tersebut sampai mereka memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi akan bergerak secara berkelanjutan menuju angka 2%.
Selain itu, para peserta menyoroti ketidakpastian terkait berapa lama kebijakan moneter restriktif perlu dipertahankan.
Hanya dua pengambil kebijakan yang menyoroti potensi kelemahan dari mempertahankan sikap restriktif dalam jangka waktu yang lama, sementara yang lain mencatat risiko jika melakukan tindakan yang terlalu cepat.
Sementara itu, The Fed menegaskan bahwa jalur kebijakan suku bunga di masa depan akan bergantung pada data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko.
Federal Reserve mempertahankan suku bunga fed fund tidak berubah pada level tertinggi dalam 23 tahun di 5,25%-5,5% untuk pertemuan keempat berturut-turut pada Januari 2024, sesuai dengan ekspektasi.
![]() Perkiraan Suku Bunga The Fed |
Pada hari yang sama juga akan rilis data pembukaan lowongan pekerjaan. Berdasarkan konsensus Trading Economics pembukaan lowongan pekerjaan pada Januari akan melandai ke 8,9 juta dari 9,03 juta.
Mengenai data pekerjaan juga akan dipublikasikan non farm payrolls yang diperkirakan akan turun ke 200 ribu pada Februari dari sebelumnya 353 ribu.
Sementara dari China akan rilis data mengenai neraca perdagangan pada 7 Januari 2024. Berdasarkan konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics, neraca dagang China diperkirakan melonjak ke US$107 miliar pada Februari.
Sementara ekspor China tumbuh 2,5%, lebih ekspansif dari periode sebelumnya yakni 2,3%.
Sementara impor China pada periode Januari-Februari diperkirakan tumbuh 2%, lebih tinggi dari periode sebelumnya yakni 0,2%.
Pertumbuhan neraca dagang China tentu saja akan memberikan sinyal positif terhadap pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut. Dampak positif juga akan dirasakan oleh Indonesia karena China adalah mitra dagang utama.
Selain data neraca dagang, China juga akan merilis inflasi konsumsi tahunan dan bulanan periode Februari 2024.
Inflasi tahunan China diperkirakan akan tumbuh sebesar 0,4% yoy. Angka tersebut lebih baik ketimbang deflasi pada Januari sebesar 0,8% yoy. Sementara inflasi bulanan diperkirakan tumbuh 0,5% mom.
(ras/ras)
